2. Pertemuan Pertama

1.9K 274 25
                                    

Xingchen pergi mengikuti ke mana langkah kakinya membawa, tidak terasa sepuluh tahun sudah berlalu, petualangannya bersama sang guru besarnya harus berakhir sampai di sini. Kini, sang guru telah memutuskan untuk meninggalkan dunia persilatan dan lebih memilih berdiam diri di tempat terpencil. Dan sekarang Xiechenlah yang melanjutkan.

Xingchen saat ini menjadi murid terakhir dan satu-satunya dari guru besar Baoshan Sanren, setelah murid pertamanya Cangse Sanren tewas terbunuh dalam perjalan berburu bersama suaminya dari keluarga Wei.

Xingchen bersikeras akan meneruskan semua ajaran gurunya dan selalu membantu orang seperti yang telah gurunya ajarkan padanya.

Perjalan kali ini tidak biasa, setelah mendapat info satu keluarga sihir tewas terbunuh, Xingchen langsung menuju ke tempat kejadian, berbagai hal janggal Xingchen temukan di tempat kejadian, dari banyaknya darah yang dikeluarkan korban, keadaan korban pun sangat mengenaskan, mati ditebas dan di biarkan darahnya  menggenangi tanah, mereka seakan-akan dijadikan sebagai tumbal untuk ilmu hitam.

Xingchen mengetahui dengan pasti siapa pelakunya, sudah lebih dari tiga bulan Xingchen memburunya, tetapi setiap sampai ke tempat kejadian dia selalu pergi lebih dulu. Orang itu adalah Xueyang, orang yang bertanggungjawab dari semua kekacauan ini. Dia adalah penjahat paling terkenal dari kota asalnya  Anshan.

Di tengah sedang mengamati korban, Xingchen tertegun melihat ke atas, sesosok pemuda berjubah hitam sedang memperhatikannya, duduk dengan santainya di atas atap dengan pedang yang berlumuran darah.  Seolah-olah dia sedang menunggu  untuk pertempuran baru. Matanya begitu terang menatap Xingchen dengan penuh minat membunuh.

Pertarungan tidak bisa dihindari lagi.  Xueyang yang telah kehabisan energi setelah membantai satu keluarga, tetap bersikeras melawan Xingchen yang begitu tenang. Dia kesulitan menghadapinya, berkali-kali Xueyang mendapatkan luka sabetan pedang dari Xingchen.

Pertarungan sudah bisa dipastikan siapa yang akan keluar jadi pemenang, tetapi bukan Xueyang jika dia tidak bermain licik. Sebuah kabut tebal tiba-tiba datang, membuat penglihatan Xingchen menjadi menurun, Xingchen tetap waspada dan berhasil melukai Xueyang lagi, tetapi tiba-tiba napas Xingchen menjadi sesak, kabut asap ternyata telah dibumbui bubuk racun oleh Xueyang.

Dalam hitungan menit Xingchen tumbang jatuh keracunan dan dalam keadaan tak setengah sadar Xueyang mendekati Xingchen.

"Sangat disayangkan seorang berbakat dan juga mempunyai paras cantik sepertimu harus mati dengan cara seperti ini." Sambil pisau telah berada di wajah Xingchen.

Xueyang berpikir sesaat, seolah-olah dia mengenali orang yang sedang terlihat tertidur itu, yang  sesungguhnya sedang berada di batas hidup dan mati.

Tiba-tiba kabut asap seolah-olah terhisap dan udara menjadi jernih. Sebuah sabetan pedang nyaris memisahkan kepala dari tubuh Xueyang, jika dia terlambat menghindar tepat waktu. Xueyang melompat pergi menjauh,  menghindari lelaki yang baru datang itu. Sabetan pedangnya jelas dia bukan orang sembarangan.

Xueyang segera melarikan diri, dia tahu betul jika saat ini keadaan dirinya kurang menguntungkan untuknya tetap memaksa bertarung dengan orang yang sepertinya bukan tandingannya. Beruntung untuk Xueyang karena laki-laki itu tidak mengejarnya, dia lebih memilih menyelamatkan Xingchen.

Tubuh kurus Xingchen dibawa lelaki itu yang ternyata seorang Tuan Muda dari keluarga Song. Seorang pemuda yang menjadi tuan rumah di usianya yang begitu muda, karena seluruh keluarganya tewas di bantai oleh perampok gunung dalam perjalanan pulang 10 tahun yang lalu.

.

.

.

Angin lembut menyapa, melewati jendela, memasuki kediaman yang begitu tenang dan sunyi. Gemericik air dari kolam ikan terdengar dari  samping kamar indah itu. Namun, tiba-tiba terdengar suara pelayan yang hilir mudik seperti sedang sibuk menyiapkan sesuatu.

THE LOVE TRIANGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang