11. Amarah

1.6K 230 77
                                    

Songlan tidak dapat tidur dengan tenang, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Xingchen, maka dia memutuskan akan pergi ke rumah Xingchen pagi-pagi sekali esok untuk membawa Xingchen pergi.

Xingchen bangun dengan tubuh yang lebih bertenaga, dia mencoba keluar dari kamar yang selama ini diam-diam dia datangi. Sebenarnya Xingchen sering masuk ke kamar Xueyang untuk memberikannya permen, dia akan meletakan begitu saja permen itu di atas kasurkasur atau pun di atas meja.

Xingchen sangat tahu jika lelaki itu sangat menyukai makanan manis. Maka, Xingchen akan selalu menyempatkan diri untuk membelinya setiap kali dia pergi ke pasar.

Ada rasa bersalah saat mengatakan dia tidak mempercayai kata-kata Xueyang, karena jauh di lubuk hatinya, dia dapat merasakan ketulusan kata-kata itu dan getaran yang dia sendiri tidak dapat mengerti.

Songlan berdiri tepat di hadapan Xingchen saat pintu kamar terbuka, Songlan sangat terkejut karena mendapati Xingchen keluar dari kamar dengan pakaian tipis yang tersisa di tubuhnya.

Xingchen mengerutkan dahinya, karena dia dapat merasakan aura yang berbeda dari orang yang berada di hadapannya saat ini, dan jelas dia bukanlah Xueyang.

"Xingchen, bersiaplah! kau ikut denganku sekarang juga!" perintah Songlan yang membuat Xingchen tidak dapat lagi menolak. Seekor kuda berwarna putih telah bersiap di depan pintu gerbang untuk membawa Xingchen pergi meninggalkan rumah kumuh itu.

Di lain tempat Xueyang sedang berbelanja di pasar, dia membeli apa pun yang menurutnya dibutuhkan untuk Xingchen, bahkan saat ini dia sedang memilih pakaian cantik berwarna putih, walau bukan berbahan sutera.

Hari ini dia yakin jika Xingchen akan memikirkan lagi keputusannya untuk meninggalkannya, karena jelas Xueyang bisa merasakan jika sebenarnya Xingchen juga merasakan apa yang dia rasakan.

"Xingcheng, aku pulang, aku membelikan baju bagus untukmu, aku juga membeli makanan enak."

"Xingchen kau di mana!"

Seluruh ruangan Xueyang datangi, tak ada tanda keberadaan Xingchen di rumah itu, Xueyang hanya bisa berteriak frustasi memanggil-manggil nama orang yang sepertinya telah pergi jauh.

Malam-malam berikutnya, makanan itu tetap tersaji penuh di atas meja seolah-olah dia tengah makan malam bersama seseorang.

Xueyang masih berharap jika suatu saat Xingchennya pasti kembali. Jadi dia akan tetap di sini menunggunya.

Berbulan-bulan telah berlalu, kabar keberadaan Xingchen seperti ditelan bumi. Aqing yang telah kembali setelah gagal, mendapatkan kabar yang semakin membuatnya sedih, tinggalah kini mereka berdua.

A-yang semakin sering jarang pulang, hanya sesekali menengok Aqing, lalu segera pergi lagi, entah apa yang sedang dia lakukan, Aqing sangat mengkhawatirkannya.

A-yang tetap mencari keberadaan Xingcheng, Namun, walau dia sudah bersusah payah mencarinya, sosok yang dirindukannya tak juga dapat dia temukan.

Xueyang seperti orang kehilangan arah dan tujuan saat ini, bahkan membunuh dan merampok kembali dia lakukan sebagai hiburannya. Xueyang begitu frustasi, sampai akhirnya di otaknya berpikir, jika dia membuat onar, pasti Xingchen akan mencarinya untuk menangkapnya.

.

.

.

THE LOVE TRIANGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang