7. Kisah Sesungguhnya

1.5K 215 13
                                    

Di lain tempat Songlan terus menyalahkan dirinya sendiri. Pertemuannya dengan Xingchen menjelaskan segalanya, semua pertanyaan yang terus berputar di kepalanya terjawab dan ketakutannya menjadi kenyataan.

Mata ini dia tahu siapa yang memberikannya, mata bulat berwarna kelabu itu jelas bukan miliknya, hanya dia satu-satunya orang yang memiliki mata indah yang saat ini dia gunakan untuk melihat dunia. Xiao Xingchen.

Songlan sedang berpikir keras, dia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, dia sangat ingin datang menemui Xingchen sekarang juga,  membawanya pergi dari tempat itu dan langsung menghabisi Xueyang. Tetapi tiba-tiba dia berpikir kembali.

"Apa mungkin Xingchen telah melupakan janjinya dan memilih menjadi penghianat? Tapi tidak mungkin karena dia masih berburu malam untuk menghabisi para mayat hidup itu." Pertentangan di diri Songlan.

"Apa jangan-jangan Xueyang dengan kelicikannya berhasil menipu daya Xingchen?"  Songlan terus berkutat dengan pikirannya. Tiba-tiba dia teringat percakapannya dengan gadis kecil buta penjual anyaman itu kemarin.

"Gege kaya, apa yang sedang kau cari?" Gadis buta itu tiba-tiba bertanya sesuatu yang sebenarnya Songlan sendiri merasa bingung, karena benar setelah kepergian Xingchen dia merasa setengah dirinya hilang seperti berjalan tapi tak ada tujuan.

"Sebenarnya aku sedang mencari seseorang," jawab jujur Songlan.

"Siapa yang kau cari? Seseorang yang sangat penting di hidupmu?" tanya gadis kecil itu lagi. Songlan tak menjawab karena jelas dia yang meninggalkan orang itu dan semua karena kesalahannya.

"Sudahlah Gege kaya, kau jangan jadi murung begitu ...."

"Namaku Songlan ... kau bisa memanggilku Lan atau Song gege"

"Namaku Aqing ...." Gadis itu dengan ceria memperkenalkan namanya.

"Oh, iya, Song Ge, jika kau kesepian kau bisa datang ke rumahku, di sana ada aku, Yang Gege yang sangat menyebalkan dan Gege putih yang sangat cantik, dijamin kau tidak akan bersedih lagi, karena walaupun pun Yang Gege itu menyebalkan tapi dia sebenarnya baik juga." Aqing mengundangnya untuk datang sambil menceritakan para gegenya.

Mendengar Aqing sering sekali menyebut gege putih yang cantik tiba-tiba pikirannya tertuju kepada satu orang yang tengah dia cari, tidak mungkin jika dia orang yang sama yang Songlan maksud, tetapi sepertinya tidak ada salahnya jika dia bertanya lebih lanjut.

"Seperti apa gege putih cantik yang kau maksud? Apa aku boleh menebaknya?" Songlan sepertinya tidak berharap lebih, jadi dia bermain kata dengan santainya.

"Dia memiliki rambut hitam kelam  yang panjang dan indah, seolah kegelapan malam tersembunyi di sana?" tebak Songlan.

"Iya benar!" Aqing menjawab dengan antusias.

"Dia menggunakan pakaian sutera putih yang indah, seolah-olah baju dan kulitnya menyatu karena orang itu begitu putih dan lembut." mata Songlan menatap jauh memikirkan sosok yang sangat dirindukannya itu.

"Wah ... kau benar, Ge!!" jawab Aqing senang, lalu Songlan meneruskan kembali ucapannya.

"Senyumnya begitu manis dengan dua buah lesung pipi yang dalam saat dia tersenyum, lalu ...

"Dia memiliki mata yang begitu indah berwarna kelabu dan bulat, setiap orang yang melihatnya akan merasa teduh dengan tatapannya." Tetapi kata-kata terakhir Songlan membuat Aqing murung.

"Tapi untuk yang terakhir kau salah Song Ge, Gege putihku sama sepertiku," jawab Aqing sedih.

Songlan terdiam. "Apa dia tidak bisa melihat?" tanya Songlan.

"Aku yakin matanya begitu indah, jika kain putih itu dia lepaskan, tapi tidak ada satu pun orang yang pernah melihat mata itu, dan tidak sekalipun Gege putih menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan dirinya buta."

Songlan terdiam sesaat, lalu dia berkata." Baiklah Aqing aku akan berkunjung ke tempatmu, aku sangat penasaran dengan Gege putihmu itu."

Aqing sangat gembira mendengarnya, buatnya berteman dengan orang kaya jauh lebih menguntungkan daripada bergaul dengan Yang Gege yang menyebalkan itu.

Lamunan itu berakhir saat kilasan memorinya menangkap adegan Xueyang, Xingchen dan Aqing sedang berkejar-kejaran bercanda dengan bahagia. Emosi tidak bisa dibendung lagi, diambil pedangnya dan segera keluar menuju gubuk kediaman Xingchen.

Sesampainya di depan pintu gerbang, Songlan mendapati musuh bebuyutannya sedang duduk dengan santainya memblokade langkahnya menuju rumah itu.

Tanpa aba-aba Songlan menarik pedangnya. Dan berniat langsung menyerang Xueyang. Tetapi Xueyang masih duduk dengan tenang seolah-olah dirinya tidak mudah diprovokasi.

"Apa tujuanmu sebenarnya Tuan Muda Song? Ingin membunuhku? Atau ingin menemui Xingchen terkasihmu? Oops ... aku lupa saat ini Xingchen bukan milikmu lagi, tepatnya sekarang adalah milikku." Kata-kata Xueyang mampu membuat ketenangan Songlan terganggu. Dia mulai menyerang dengan membabi buta. Sedangkan Xueyang hanya menghindar.

"Oh, iya, Tuan Muda Song, bagaimana kau memiliki muka untuk datang menemuinya saat ini? setelah kau membuang Xingchen dan dengan tanpa malu memiliki mata pemberian orang itu! Di mana harga dirimu sebagai lelaki yang hidup dari belas kasihan orang?"

"Diam kau!! Seorang pembunuh sepertimu tak layak berbicara kepadaku." Songlan geram.

"Kenapa semua tuan muda merasa dirinya jauh lebih baik? Padahal pada kenyataanya aku yang seorang bajingan bisa hidup lebih baik dan tidak merugikan orang lain sepertimu!"

"Tidak merugikan orang lain? Kau membantai satu keluarga sihir, dibilang tidak merugikan orang lain!!" Songlan geram.

"Aku hanya membalas apa yang telah mereka lakukan kepadaku!!"  diikuti suara tawa yang begitu ambigu yang menggambarkan kesedihan dan kepuasan secara bersamaan.

"Lalu kenapa kau membunuh semua orang di perguruanku? Mereka tidak sekalipun memiliki salah kepadamu!" Bentak Songlan.

Hahahaha ...

"Jadi kau memburuku dengan segitu gencarnya karena kau berpikir aku yang telah membantai perguruanmu?!! Hahaha ... sangat lucu, seorang Tuan Muda yang pintar,  Namun salah mengincar orang. Tidakkah aku terlalu menghambur-hamburkan tenagaku jika membantai mereka semua? Tidakkah kau melihat luka di tubuhnya yang ditarik semua kesadaran sihirnya?? Apa menurutmu seorang Xueyang punya kemampuan yang begitu hebat untuk melakukan itu semua?" kata-kata Xueyang mampu membuat seorang Songlan terdiam.

Dia mulai mengingat saat semua pembantaian di perguruannya terjadi, Xueyang berada di sana dengan keadaan yang sama seperti dirinya, sepertinya dia baru datang. Karena jelas jika diperhatikan dari pakaiannya saat itu masih rapi dan belum ada noda darah setetes pun, tetapi karena emosi menguasai,  Songlan tidak memperdulikan itu, dia  mulai menyerang Xueyang secara langsung.

Xueyang yang tidak punya pilihan lain dan banyak waktu untuk menghindar, spontan  menebar langsung bubuk racun ke wajahnya sebagai tindakan pembelaan diri. Dan bubuk yang biasanya dicampurkan di asap atau kabut buatan itu, langsung dia taburkan ke Songlan, yang membuat siapa pun yang terkena akan mendapat kerusakan yang fatal jika terkena mata.

Songlan sadar betul dengan risiko terburuk bubuk beracun itu, tetapi tiba-tiba setelah itu dia tersadar dan mendapati dirinya ditolong oleh Wei Wuxian, dan setelah beberapa hari akhirnya dia bisa melihat kembali.

Setelah mereka saling berargument tiba-tiba pintu terbuka menampakan Xingchen yang sepertinya tengah siap-siap untuk berburu malam, dengan kecepatan penuh Songlan menyembunyikan dirinya dari Xingchen.

Bersambung

Zhan_akira
12/08/19

THE LOVE TRIANGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang