10. Pertarungan

1.6K 236 65
                                    

Pertarungan tidak bisa di hindari lagi, Xingchen dengan penuh emosi mencoba untuk membunuh Xueyang, sebenarnya dia kecewa dan marah dengan dirinya sendiri, yang sepertinya mulai lemah terhadap lelaki itu.

Sabetan demi sabetan pedang Xueyang hindari, tidak ada sedikitpun niat Xueyang untuk menggunakan pedangnya untuk melawan Xingchen, dia mengeluarkan pedangnya hanya sebagai penyeimbang gerakan Xingchen. Semakin lama, Xingchen sepertinya mulai kelelahan dan pertarungan mulai mereda.

"Lakukan apa pun yang kamu suka, aku akan pergi!" Tiba-tiba Xingchen berjalan menjauh dari Xueyang menuju pintu gerbang. Meninggalkan  perang yang sedang berlangsung.

"Ke mana kau akan pergi?" tanya Xueyang sinis, sambil mengejar. "Apa kau ingin pergi ke dalam pelukan kekasih lamamu itu?" Kata-kata Xueyang membuat langkah Xingchen terhenti.

"Apa maksud kata-katamu?" Dengan Xingchen sudah berbalik.

"Bukankah dia memintamu untuk tinggal bersamanya? Jadi ini jawaban dari pertanyaanku malam itu? Kau memilih dia dan menolak untuk hidup bersamaku!!" Xueyang merasakan sakit yang teramat di dadanya, inikah yang dinamakan patah hati, yang membuat orang rela mengakhiri hidup? Sepertinya benar, karena saat ini dia pun ingin merasakan mati.

Xingchen menjadi binggung, langkahnya meragu, tak ada kata yang terucap untuk menyangkal tuduhan itu yang membuat Xueyang berpikir benar.

"Kau boleh membenciku, tapi tidak bisakah kau merasakan ketulusan perasaanku dan mempercayai  kata-kataku?" Xueyang mengiba, bahkan jika dilihat lebih dekat, air mata telah berkumpul di pelupuk matanya siap untuk tumpah.

"Maaf, tapi aku tidak mempercayai kata seorang pembohong." Sambil Xingchen melangkah menjauh tanpa melihat keadaan Xueyang yang telah benar-benar kacau.

"XIAO XING CHEN!!! Apa kau mencintai lelaki itu?" Xueyang berteriak lantang. Xingchen terdiam sejenak, lalu terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan orang itu.

"JAWAB PERTANYAANKU, XIAO XINGCHEN!!!" Xueyang tidak dapat lagi mengontrol emosinya.

Xingchen yang merasa lelah mental dan tubuh, ingin cepat-cepat mengakhiri, akhirnya menjawab pertanyaan menuntut itu.

"JIKA IYA, APA URUSANMU!" jawab Xingchen yang sepertinya sudah terpancing emosi, karena tudingan Xueyang yang tidak beralasan.

Xingchen tidak menyadari jika kata-katanya yang dikeluarkan karena kesal itu telah membangkitkan jiwa seekor srigala.

Sabetan Jiangzai dari arah belakang membuat pedangnya terlempar jauh, dengan tiba-tiba Xueyang menyerang Xingchen dengan kalap tak memberi kesempatan Xingchen untuk bisa menghindar atau pun melawan. Tidak ada maksud melukai tapi melumpuhkan kekuatan Xingchen tujuan Xueyang.

Sesaat setelah mendapat serangan  dari Xueyang, tubuh Xingchen mendadak menjadi lemas, entah racun apa yang sudah berhasil Xueyang berikan kepada Xingchen bersamaan dengan serangannya yang tiba-tiba itu.

Xingchen roboh hanya dalam hitungan menit. Dadanya terasa sesak. Kabut tebal sudah menyelimuti rumah itu, perlahan pintu gerbang yang terbuka ditutup kembali oleh Xueyang, sekarang Xingchen telah berada dipelukkan Xueyang. Membawa Xingchen yang tidak sadarkan diri ke kamarnya.

Xingchen bisa merasakan sentuhan lelaki itu di pinggangnya saat Xueyang membawanya. Dia masih sadar, tapi tidak dengan tubuhnya yang lemas dan tidak dapat dia gerakan sama sekali.

Xingchen dapat mendengar pintu kamar yang tertutup, tetapi bukan suara yang berasal dari pintu kamarnya, analisanya mengatakan jika saat ini dia berada di kamar Xueyang, karena aroma ruangan ini jelas Xueyang pemiliknya.

Tiba-tiba saja seluruh tubuhnya meremang, dia menjadi takut sendiri membayangkan apa yang bakal terjadi selanjutnya. Dia baru menyadari kesalahannya telah memprovokasi Xueyang hingga membuatnya kembali menjadi Xueyang yang tidak punya hati dan  kejam.

Perlahan Xueyang meniduri Xingchen di kasurnya, dengan lembut dia rapikan rambut Xingchen yang menghalangi wajah cantik itu.

"Apa kau belum juga mengerti, Chen-chen? Aku benar-benar mencintaimu, aku berusaha untuk berubah demi kamu, tetapi sepertinya kau sama sekali tidak menganggapku." Dengan tangan Xueyang yang sudah bergerilya di tubuh Xingchen menyibak satu demi satu lembaran pakaian sutera itu.

"Xueyang ..., " kata-kata Xingchen lemah, nafasnya masih tidak menentu karena menghirup udara beracun milik Xueyang.

Tangan Xueyang terhenti saat menyisakan lembar terakhir pakaian Xingchen, dia begitu ragu, namun sangat ingin membukanya. Melihat dan merasakan tubuh putih nan halus itu. Namun, otak warasnya masih berpikir jernih, saat tiba-tiba sebuah selimut menjadi pilihannya untuk menutupi tubuh ramping yang sedang tertidur di kamarnya itu.

"Selamat malam Chen-chen, tidurlah yang nyenyak," sebuah ciuman hangat menyentuh kening Xingchen. Dan pintu pun tertutup.

Bersambung

THE LOVE TRIANGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang