"Sheinna!" panggil Aron.
Sheinna hanya menoleh, lalu memberinya senyum dan kembali berjalan menuruni tangga. Aron berusaha berjalan cepat agar bisa menghampiri Sheinna.
"Tunggu! Kita pulang bersama." Akhirnya Aron bisa menyusul Sheinna dan menghentikan langkahnya.
"Kita tidak sedekat itu." timpal Sheinna, seraya menjatuhkan tangan Aron dari bahunya.
Aron memutar matanya. Ia melangkah ke depan sehingga ia bisa menghalangi Sheinna agar tidak pergi lagi.
"Tentu saja kita tidak dekat, ini hari pertama kita bertemu. Tapi, kita bisa memulai pertemanan bukan?"
Sheinna tidak menjawab, ia hanya mengernyitkan dahinya. Perasaan Sheinna sedang kesal, di hari pertama bekerja bisa-bisanya ia memiliki rekan kerja yang terobsesi pada kehidupan kekasihnya, dan Elias pun selalu tidak ada saat ia butuhkan.
"Aku sedang tidak mood berbicara sekarang." Sheinna berjalan menyamping sehingga ia bisa melewati Aron.
"Yah, terlihat dari wajahmu yang begitu muram. Apa ini gara-gara calon suamimu itu?" Aron berjalan mengikutinya dari belakang.
Sheinna tidak menjawabnya.
"Apa berjalan di tangga darurat salah satu cara untuk menetralkan emosimu? Kita turun dari lantai 8, aku rasa kakimu akan lecet."
Sheinna berhenti lagi, ia memejamkan matanya seraya menarik napas dalam.
"Urus saja urusanmu Aron, dan berhenti bicara padaku." Sheinna tidak berteriak padanya, ia mencoba berbicara dengan tenang.
"Wah, wah.. Kau begitu menyeramkan dengan raut wajah seperti itu." Aron berjalan mendahuluinya, lalu ia dengan tidak sopan menunjuk dahi Sheinna yang mengkerut itu.
"Kalau begitu aku duluan." Aron memberinya senyuman lalu ia berjalan menuju pintu keluar.
Sheinna menatap Aron, hingga ia menutup pintu keluar. Sheinna menghembuskan napasnya kasar, dan tidak terlalu memperdulikan sikap tidak sopannya itu. Sheinna terus berjalan menyusuri tangga, sembari mengatur napasnya. Berjalan adalah cara terbaik bagi Sheinna untuk menetralkan pikiran dan meredam emosinya.
Akhirnya Sheinna sampai di lantai satu, tubuhnya kini kembali segar karena pikiran dan emosinya kembali normal. Ia sudah bisa tersenyum kepada orang yang berpapasan dengannya.
Di luar sudah mulai gerimis, wangi hujan adalah yang terbaik. Sheinna menghirup wanginya dan perasaannya benar-benar ringan sekarang.
"Ini, minum dulu."
Sheinna terkejut dan menoleh ke samping. Aron berdiri di sana sembari menyodorkan es kopi kepadanya.
"Kau masih di sini?" tanya Sheinna.
"Ini ambil."
Sheinna mengambilnya dan tidak lupa berterimakasih kepada Aron.
"Mulai sekarang kita berteman." terang Aron.
Sheinna langsung tersedak dengan kopinya.
"Pertemanan kita dihargai dengan ini?" Sheinna mengangkat es kopinya seraya tersenyum kepada Aron.
Aron cukup terkejut karena Sheinna untuk pertama kalinya tersenyum padanya dengan tulus. Semurah es kopi? Pikirnya.
"Kalau begitu kapan-kapan kita harus pergi makan siang bersama." timpal Aron.
Sheinna mengangguk dan kembali meminum es kopinya.
"Benarkah?" Sepertinya Aron benar-benar tidak menyangka bahwa satu cup es kopi berhasil membuatnya berteman dengan Sheinna.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, More! [Completed]
Romance[Konten Dewasa] Mereka tahu hidup bersama adalah akhirnya.. Mereka tahu hidup bersama adalah kebahagiaan.. Tapi mereka lupa, bahwa kebahagiaan itu masalah.. [Disarankan Baca dulu Kiss Me More!]