Di malam hari menjelang hari pernikahannya, Elias harus memastikan pekerjaannya yang menumpuk itu harus ia selesaikan. Elias sudah berencana untuk menghabiskan waktu selama satu minggu untuk pergi berbulan madu dengan Sheinna ke Yunani. Rencana ini belum Elias katakan kepada Sheinna, ia sengaja ingin memberinya kejutan.
Pekerjaan Elias terhenti saat seseorang mengetuk pintu kamarnya, Elias mempersilahkannya untuk masuk dan orang yang mengetuk pintu adalah Sean. Elias berdiri dari kursinya dan menghampiri Sean menyambutnya dengan pelukan.
"Kapan sampai Sean?"
"Aku baru sampai dan langsung kemari." Sean duduk di sofa sembari menelisik kesetiap sudut ruang kerja Elias.
Elias memberi Sean sebotol air dingin, karena ia tahu bahwa calon adik iparnya ini tidak terlalu menyukai bir atau juga cola.
"Jadi kamu belum ketemu sama Sheinna?"
"Aku pulang ke hotelpun, Sheinna pasti nggak ada di kamarnya. Dia pasti lagi bareng sahabatnya."
Elias mengangguk, bahkan Sheinna tidak menjawab panggilannya karena terlalu sibuk dengan mereka.
"Sebenarnya aku datang kemari atas permintaan Ibu, dia bilang mau bicara. Penting, katanya."
Elias terdiam. Ia sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh ibunya Sheinna.
"Keluarga kamu di mana? Kenapa cuma ada Jayden di sini?" tanya Sean.
"Mereka ada di rumah yang satunya. Di sini cuma ditempati aku dan Sheinna, mungkin nanti Jayden juga." jawab Elias.
Sean mengerti, kemudian ia mengajak Elias untuk segera pergi menemui Ibunya. Elias meminta Sean menunggunya sebentar untuk membereskan berkas-berkas di atas meja yang berserakan.
Setelah selesai, akhirnya mereka pergi dari sana."Gimana pekerjaan kamu?" tanya Elias saat di perjalanan menuju hotel.
"Pekerjaanku baik-baik aja, cukup stabil. Hanya mengurus 6 bangunan aja, nggak kaya kamu. Besok pagi menikah, jam segini masih sibuk mengurus pekerjaan."
Elias tertawa getir. Jika dia bisa menghentikan waktu, mungkin dia bisa mengkonsep ulang kehidupannya itu.
"Tapi aku salut sama kamu, aku termotivasi bekerja keras seperti ini dan jadiin kamu sebagai panutan." lanjut Sean. "Tapi apa kamu bisa aku percaya buat jagain Sheinna?"
Elias terdiam, ia tidak bisa menjawab dengan langsung dan yakin. Elias menyadari bahwa dirinya masih banyak kekurangan.
"Waktu Sheinna bilang mau ikut kamu kesini, jujur aku nggak setuju. Pertama, kalian belum menikah dan kedua aku takut Sheinna disakitin lagi."
"Kamu nggak percaya sama aku?"
"Iya, siapa yang bisa percaya sama pria yang punya kisah sebagai pria gila kerja dan menghalalkan segala cara agar pekerjaannya berjalan lancar? Belum lagi kebiasaan kamu yang mengencani wanita berbeda tiap negara yang sedang kamu kunjungi. Wajar bukan kalau aku nggak percaya sama womanizer sepertimu?"
"Itu sebelum aku ketemu Sheinna, sekarang aku udah berubah." timpal Elias.
"Aku ngambil tanggung jawab atas Sheinna, bahkan ketika Ayah masih ada. Kamu tau, gimana susahnya Sheinna menjalani hidupnya? Meski nggak pernah ditunjukin, tapi Sheinna itu tetap Sheinna yang lemah meski keras kepala. Rasanya berat buat ngelepas Sheinna, aku nggak mau dia sakit lagi."
"Aku bukan pria yang baik, tapi aku terus berusaha untuk berubah." tandas Elias.
Sean tidak menjawab, sebagai sesama pria Sean tahu betul bahwa pria itu sulit untuk berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, More! [Completed]
Romance[Konten Dewasa] Mereka tahu hidup bersama adalah akhirnya.. Mereka tahu hidup bersama adalah kebahagiaan.. Tapi mereka lupa, bahwa kebahagiaan itu masalah.. [Disarankan Baca dulu Kiss Me More!]