Bab 17 : Sudut Pandang

3.6K 253 38
                                    

"Na... Bangun! Ayo sarapan!"

Sheinna mencoba membuka matanya, meski sebenarnya ia masih mengantuk.

"Na.." Sarah membuka pintu kamarnya, dan mengintip di balik pintu.

"Iya, aku sudah bangun."

Sheinna turun dari tempat tidurnya, dan kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Perasaan Sheinna sudah jauh lebih baik dari seminggu yang lalu. Sejenak, ia bisa melupakan kejadian mengerikan di hari pernikahannya itu. Dia juga menolak dihubungi siapapun, termasuk oleh ibunya sendiri. Sheinna tidak mau membahas pernikahannya dan Elias. Sheinna ingin menenangkan dirinya meski sulit.

Beruntungnya, dia memiliki sahabat yang begitu pengertian. D, membawanya pulang ke kediaman keluarganya dan sekarang dia bisa tidur dan makan dengan nyaman karena diterima dengan lapang oleh keluarga yang sudah Sheinna anggap sebagai keluarganya sendiri.

Sheinna selesai dengan urusan di kamar mandi, kemudian ia keluar dari kamarnya dan berjalan turun ke ruang makan. Di sana sudah ada Sarah, bibi nya D yang sedang menyiapkan makanan di atas meja bersama para pelayan. Selain Sarah ada juga Jimmy--suaminya, Theo--anaknya dan tentu saja ada Charles, kakeknya Dean.

"Selamat pagi semua." sapa Sheinna.

"Pagi Sheinna.." Charles menyambutnya dengan pelukan hangat.

Sheinna kemudian duduk di kursi bersama mereka semua. Dean dipastikan tidak akan ada di sana, karena manusia itu sulit sekali untuk bangun pagi.

"Sheinna, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Sarah.

Sheinna mengangguk, tentu saja ia bersedia. Keluarga ini sudah terlalu baik padanya.

"Ini sudah jadwal Dean memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit. Kau bisa membujuknya pergi dan menemaninya?"

Tentu, dengan senang hati Sheinna akan melakukannya. Apa yang tidak bisa ia lakukan demi sahabatnya itu? Sheinna akan melakukan apapun demi kesembuhannya, karena Sheinna merasa ikut andil dengan apa yang sudah terjadi dengan Dean.

"Apa Mom belum menemukan perawat baru untuknya?" tanya Theo.

"Belum, cukup sulit menemukannya. Mom perlu perawat yang benar-benar kuat secara mental. Mom capek kalau harus terus mencari yang baru." jelas Sarah.

"Biarkan saja, tidak perlu repot. Sekarang sudah ada Sheinna yang akan merawat Dean." timpal Charles.

Sheinna tidak menggubris, ia melanjutkan mengunyah sarapannya.

Charles sangat menyukai Sheinna, ia bahkan sudah sesumbar akan menjodohkan mereka berdua, dan mendiang Ayah Sheinna sempat menyetujuinya.

Dulu Sheinna sangat menyukai Dean, sampai ia tidak tahan jika harus terus menahannya. Akhirnya saat kelulusan sekolah menengah atas, Sheinna memberanikan diri menyatakan perasaannya kepada D, namun sayang D langsung menolaknya mentah-mentah.

Selesai sarapan, Sheinna pergi ke kamar Dean untuk membangunkannya dan saat ia masuk ke dalam kamarnya, Dean masih terlelap tidur di balik selimut.

"D, bangun!" Sheinna menggoyangkan tubuhnya, tapi ia tidak bangun juga.

Sheinna menelisik kamar Dean, rasanya sudah lama sejak terakhir dia ada di sana. Tapi suasananya tetap sama, cat kamarnya masih berwarna abu-abu, buku-buku dan sketsa yang berantakan di karpet. Dan yang mencuri perhatiannya adalah lukisannya dan Ibunya Dean yang tergantung di dinding.

"Dean!" kini Sheinna sedikit membentak.

"Ya Tuhan, aku ini bukan anak kecil." gumam Dean yang masih enggan membuka matanya.

I Love You, More! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang