Kalista diam membeku saat tanganku meraba pahanya, tangan ku meraba pahanya semakin ke atas. Mataku menatap mata hezelnya yang mulai berkabut, ada gairah disana. Aku mengeluarkan evil smirk andalanku.
"Eheem...Nicko" Dad berdehem dan membuat kami berdua langsung salah tingkah.
Aku suka wajahnya yang merona merah, semakin cantik. Astaga kurasa celana ku mulai menyempit. Belum pernah aku sebergairah ini dengan wanita manapun. Tapi dengan Kalista, membuat libido ku langsung memuncak.
Setelah makan malam selesai kami semua kembali ke ruang tamu dan membahas soal hubungan ku dan Kalista.
"Minggu depan pa?apa tidak terlalu cepat?" Tanya Kalista pada papanya.
"Kalau begitu lusa saja ya?" Jawab om Marcel santai yang membuat tawa ku mengembang dan langsung dilayangkan tatapan membunuh dari Kalista.
"Ya sudah kalau begitu biar Kalista saja yang menentukan kapan waktunya" kata Dad dengan bijaksana.
Aduh dad kalau Kalista yang nentuin bisa tahun gajah tunangannya. Gerutuku dalam hati.
"Sampai Kalista siap om" Katanya mantap.
"Aduuh kayaknya gak adil kalau kita cuma dengerin mau Kalista, gimana pendapat kamu Nicko?" Tanya tante Fara lembut. Memang tante Fara calon mertua yang baik.
"Kalau Nick sih pengen secepatnya tante" jawabku dengan manis, Kalista langsung menatap ku tajam.
Aku tersenyum puas, Kalista sampai kapan pun kamu gak akan menang lawan aku. Sekarang juga, lima lawan satu, dewi fortuna berpihak pada ku untuk memiliki kamu.
"Ya sudah kalau begitu minggu depan pertunangan kalian akan dilaksanakan. Elyn?" Kata om Marcel yang di akhiri pertanyaan untuk Kalista.
"Terserah deh" jawabnya lesu sambil menunduk. Ada kesedihan di raut wajahnya.
Aku bakal buktiin kalau aku bener-bener sayang sama kamu Kal, itu janji aku buat kamu. Kataku dalam hati.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kalista menyandarkan kepalanya diatas meja kerjanya, dia benar-benar sangat tidak bersemangat karena kejadian semalam. Diambil ponselnya dan dicari kontak nomor seseorang.
"Haloo beb..." sapa seseorang di seberang sana.
"Aku pengen ketemu bisa?" Tanya Kalista lesu.
"Iya bisa, biar nanti gue ke cafe lo ya. 10 menit"
Kemudian sambungan telfon pun terputus. Arlita adalah sahabat terdekat Kalista, dia selalu mencurahkan isi hatinya pada Arlita. Sebenarnya ada satu lagi Salsa, namun Salsa melanjutkan studynya di California. Cafe Kalista memang sengaja di bangun di dekat bangunan perusahaan yang cukup megah milik keluarga Hartono, ayahnya Arlita.
Tok tok tok
"Masuk" kata Kalista.
"Hai Kalista sayang, tumben lo pengen ketemu gue" ucap Arlita yang baru datang dan langsung duduk di depan meja Kalista.
"Minggu depan aku tunangan"
"What? Jadi lo tunangan sama Nicko?" Tanya Arlita yang terkejut, dan Kalista hanya mengangguk lesu.
"Lo udah yakin Kal? Emang om sama tante gak tanya dulu pendapat lo?"
"Percuma pendapat ku gak pernah di anggep Lit" terang Kalista lesu.
"Hmm...sabar ya beb, mungkin ini memang yang terbaik buat lo. Buktinya dari sekian banyak cowok yang deketin dan mau di jodohin sama lo, lo malah jadinya sama Nicko yang gak pernah di sangka-sangka" kata Arlita yang memegang tangan Kalista, seolah-olah bisa menguatkan hati sahabatnya itu.
"Shoping aja yuk daripada muka lo kusut gitu gak enak banget di lihat nya" ajak Arlita yang menarik tangan Kalista. Kalista pun mengambil tas dan memasukkan ponsel ke dalamnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Arlita dan Kalista sedang berjalan menuju butik langganan mereka yang langsung di sambut oleh salah satu pelayan yang sudah cukup hafal dengan mereka berdua.
"Kalista?" Tiba-tiba ada yang memanggil Kalista dari belakang.
"Tante Nia" Kalista pun menghampiri Nia dan cipika cipiki.
"Kamu suka kesini juga?wah kalau gitu kapan-kapan kita bisa shoping bareng dong yah" ucap Nia dengan senang hati.
"Iya tante soalnya dress nya bagus-bagus si disini. Oh ya tante kenalkan ini Arlita sahabat aku, Lit kenalin tante Nia mom nya Nicko" Ucap Kalista ramah. Kemudian Mereka berdua saling salaman.
Setelah mencari dress yang dirasa bagus dan cocok Arlita dan Kalista pun membayar di kasir, tetapi tante Nia juga mau membayar di kasir yang akhirnya semua dibayar tante Nia, padahal Kalista sudah menolak sekuat tenaga.
"Eh gilaa, camer lo baik banget beb" kata Arlita sewaktu mereka berdua memasuki sebuah restoran jepang.
"Aku jadi gak enak nih Lit sama tante Nia, tadi kan dress yang kita pilih mahal-mahal banget" kata Kalista.
Mereka berdua duduk lalu memesan menu yang mereka pilih.
"Ya gapapa kali, tuh duit camer lo juga gak bakalan abis tujuh turunan. Gue juga mau jadi mantunya kalo tuh tante Nia punya anak cowok satu lagi" cerocos Arlita.
"Ya udah sih sana kamu yang gantiin aku tunangan sama Nicko" balas Kalista sumringah.
"Yee gue bukan pagar makan tanenam kali" jawab Arlita manyun.
Keluarga David Villa termasuk dalam jajaran keluarga pengusaha terkaya seIndonesia. Dan beliau hanya mempunyai satu putra yaitu Nickolas Villa. Sedangkan orang tua Kalista dan Arlita juga termasuk pemilik perusahaan besar namun tidak sebesar perusahaan milik orang tua Nicko.
Ketika Kalista dan Arlita sedang menyantap makanan, tiba-tiba pandangan Kalista tertarik pada pengunjung yang duduk tidak jauh dari mereka.
"Eh Lit, itu Nick bukan sih?" Tanya Kalista menghentikan makannya.
"Mana Kal?" Tanya Arlita yang mengikuti arah pandang Kalista.
"Ituuu yang sama cewek pake baju biru" kata Kalista sambil menunjuknya.
"Iya Kal itu beneran Nicko tapi sama siapa akrab banget kayanya" ucap Arlita setelah melihat mereka berdua.
Kalista langsung mengambil tas nya dan pergi meninggalkan Arlita.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Cie-cie Kalista cemburu ciee....
Readers author mau nanya ini enaknya cewek yang sama Nick itu siapa ya...yuk capcus coment...
Kecup satu-satu para readers :*
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Enemy
Romance"Nick?" kataku ketika melihat laki-laki yang baru datang. "Kalista?" Dia pun ikut terkejut. "Kalian udah saling kenal?" kata mama "Kalau gitu bagus dong berarti perjodohan ini tidak ada masalah" lanjutnya. Kemudian muncul seringaian licik dari wajah...