Part 9

60.2K 1.6K 8
                                    

Para tamu undangan sudah datang di Ballroom hotel Victoria, salah satu hotel milik papa ku. Sebagian tamu adalah teman bisnis yang sangat dekat dengan papa dan om David. Yang lain adalah keluarga dan teman terdekat ku dan juga teman terdekat Nick. Aku melihat Nick yang sedang mengobrol dengan Alexis, Beny, Kafka dan Nino teman satu gank nya dulu waktu SMA. Tidak jauh dari Nick dan teman-temannya terlihat Thunder dengan seorang gadis.

Hellen

Aku diam terpaku melihat Hellen yang sedang berbicara dengan Thunder dan melihat ke arahku dengan pandangan sinis.

"Mau tunangan jangan ngalamun" Arlita menyenggol bahu ku.

"Eh enggak kok, siapa yang ngalamun" ucapku ringan.

"Kalau gak ngalamun terus tadi ngliatin apaan?"  Tanya Sandra.

"Gak liatin apa-apa kok kak...ya udah yuk acara udah mau di mulai" aku mengajak mereka mendekati podium.

"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya mohon perhatiannya sejenak karena acara pertunangan Kalista Laurelynn putri bapak Marcello Abimanyu dengan Nickolas Villa putra bapak David Villa akan segera di mulai" kata seorang mc.

"Dipersilahkan untuk saudara Nicko memakaikan cincin di jari manis tangan kiri saudari Kalista" kata mc dan kemudian Nick pun memakaikan cincin berlian yang di bagian dalamnya terukir nama Nickolas Villa di jari manis ku.

"Selanjutnya saudari Kalista dipersilahkan untuk memakaikan cincin di jari manis tangan kiri saudara Nicko" kemudian aku pun memasangkan cincin yang di dalamnya terukir nama ku di jari manis Nick.

Setelah acara inti kemudian disusul acara ramah tamah. Tangan Nick tak pernah lepas dari pinggangku ketika kita sedang bercakap-cakap dengan salah satu rekan bisnisnya. Risih tapi setiap kali aku menolak dia semakin erat memeluk pinggangku. Rekan bisnis yang ku tahu bernama mr. dan mrs. Liam itu pun berlalu dan aku segera melepaskan pelukannya dan mencari keberadaan Arlita. Aku menghampiri Arlita yang sedang berkumpul dengan Alexis, Beny, Nino dan Kafka. Ternyata Nick pun mengikutiku berjalan kearah mereka.

"Weits...selamat ya Kal, gak nyangka banget lo tunangan sama Nick..." kata Kafka menggodaku.

"Kalian semua aja pada gak nyangka apalagi aku" balas ku santai.

"Eh tapi beneran lho Kal, beruntung banget Nick dapetin lo..." kata Beny yang sedang memegang minuman ditangan kanannya, dan satu tangannya lagi masuk ke saku.

"Maksud lo apa ha?" Tiba-tiba Nick langsung memiting kepala Beny.

"Aduuh iya bro sorry bro.." ampun Beny dan Nick pun melepaskannya.

Kami sedang asik mengobrol mengenang masa-masa SMA kita dulu hingga kami menghiraukan alunan musik dansa. Terlihat beberapa pasangan sudah memasuki area dan berdansa.

"Hai Nick, dansa yuk" tiba-tiba Hellen datang dan bergelayutan di lengan kiri Nick.

"Hellen lo apaan sih?" Nick sedikit membentaknya dan melepaskan lengannya dari Hellen.

Kami semua terdiam dan aku lebih memiih untuk tidak melihat mereka.

"Ups...gue kira disini gak ada Kalista..." kata Hellen dengan nada yang dibuat-buat. Aku menatap dan tersenyum padanya.

"Selamat ya atas pertunangan lo sama Nick, semoga...." kata-kata Hellen menggantung. Matanya melirik Nick dan tersenyum sedangkan Nick membuang muka kearah lain.

"Semoga lo bisa nerima bekas gue" bisik Hellen lirih di telingaku yang membuat ku menegang dan dada ku terasa sesak.

Ingin rasanya aku menjambak gadis didepanku ini, namun aku masih punya stok kesabaran dan tau tempat. Penampilannya sih anggun, dia mengenakan peplum dress maroon berlengan pendek dengan panjang kira2 10cm diatas lutut dan high heels putih yang dipakainya semua sangat pas dengan kulit putihnya. Cantik namun mulutnya sangat busuk.

Kemudian Hellen mengulurkan tangannya pada ku dengan senyum sinisnya dan aku pun menjabat tangannya dengan senyum yang mengembang. Aku harus terlihat tetap tenang, calm down Kalista. Dan dia pun permisi pulang.

"Hellen ngomong apa barusan?" Tanya Nick yang memegang bahu kiriku agar menghadapanya, langsung ku tepis tangan itu.

"Bukan urusan kamu, yuk Lit..." kata ku santai dan mengajak Arlita pergi menjauh dari gerombolan itu.

"Kayanya ada yang gak beres deh Nick..." terdengar suara entah milik siapa mengucapkan kata itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kalista duduk di depan ruang tv dan memandang jengah beberapa majalah bisnis di depannya. Terpampang foto dirinya dan Nick sebagai sampul majalah. Tentu saja pertunangannya kemarin tak luput dari pemberitaan publik mengingat Nick adalah seorang putra dari seorang pebisnis terkaya. Muak rasanya melihat pantulan dirinya bersanding dengan seseorang yang pastinya sudah tidur dengan banyak wanita itu. Kalista teringat akan ucapan Hellen di waktu acara pertunangannya minggu lalu.

Semoga lo bisa nerima bekas gue

Terdengar suara Surti pembantu rumah tangga yang sudah hampir 25 tahun bekerja dengan keluarga Kalista mempersilahkan seseorang masuk.

"Silahkan den, bibik permisi dulu" kata Surti dengan suara medok jawanya.

"Makasih ya bik" saut Nick dengan ramah.

Nick melihat gadis yang akhir-akhir ini mengisi pikirannya, gadis yang sudah seminggu ini mengabaikan segala bentuk perhatian darinya. Nick menarik nafas sejenak dan melangkah menghampiri Kalista dan duduk di sebelahnya.

"Hai..." sapa Nick dengan senyum.

Kalista menghela nafas dan akan beranjak pergi, namun tangan kekar Nick menahannya yang membuat Kalista kembali duduk.

"Aku mau ngomong sama kamu" Ucap Nick sambil mencoba menggenggam tangan kanan Kalista lembut, tetapi tangan Kalista dengan sigapnya melepaskan genggaman itu.

"Aku lagi gak mood, mendingan kamu pulang deh" jawab Kalista yang masih menatap layar televisi yang sebenarnya Kalista tidak tahu apa yang sedang dilihatnya di tv itu, dia hanya enggan melihat laki-laki disampingnya ini.

Nick menghela nafasnya berat, belum pernah dia mendapat penolakan dari seorang gadis, penolakan yang sangat membuat dadanya sesesak ini. Penolakan dari seorang gadis yang sudah membuat hatinya bergetar dan detak jantungnya tak menentu jika berdekatan dengannya. Biasanya Nick dengan mudahnya mendapatkan hati seorang gadis yang rela memberikan apapun hanya dengan tatapan dan senyuman khas dari Nick. Tetapi Kalista berbeda, dia sulit sekali didekati, sikapnya yang selalu dingin apalagi setelah acara pertunangan minggu lalu. Pikiran Nick berkutat pada apa yang di bisikan Hellen kepada Kalista malam itu hingga membuat Kalista sedingin ini dengannya.

Kalista beranjak pergi menuju kamarnya di lantai 2. Nick mengikutinya dia harus tahu yang sebenarnya, dia harus tahu alasan Kalista terus menghindar dan menolaknya.

"Kal tunggu..." Nick memegang tangan Kalista sebelum gadis itu melangkah masuk ke kamarnya.

"Sebelum kamu masuk kamar jelasin semuanya sama aku, apa salah aku sampai kamu terus-terusan menghindar dari aku" Nick menatap mata hazel coklat itu, ada sorot kebencian disana.

"Lepasin!" Desis Kalista yang melepaskan tangan Nick dan masuk ke kamar kemudian menguncinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Yee..akhirnya bisa update part 9...
Jangan lupa vote n coment ya biar author semangat nglanjutin cerita ini...

Happy Reading... :)

My Sexy EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang