Enam-Marah

490 54 20
                                    

Rivangga marah dan Atha tahu benar karena apa penyebabnya. Larena Atha yang terpesona dengan pria paruh baya tampan semeable yang tidak lain adalah calon mertuanya. Setelah meninggalkan gigitan di telinganya satu minggu yang lalu, Rivangga meninggalkanya begitu saja di ruang tamu kediaman Svarga dan tidak ada kabar beritanya hingga saat ini.

Meski hampir tiap hari Amarys menghubungi Atha, tidak sedikit pun informasi yang dia dapatkan mengenai keadaan pria yang katanya calon suaminya itu. Selain karena Amarys tidak pernah menyinggung tentang Rivangga, Atha pun sungkan untuk bertanya.

Atha sebenarnya tidak peduli dengan tidak adanya kabar dari pria itu. Namun, pertanyaan yang dilontarkan oleh Bunda maupun Ayahnya hampir setiap hari lah yang lebih mengganggunya. Kedua orang tuanya selalu menanyakan bagaimana kabar Rivangga dan menanyakan mengenai progres hubungan mereka berdua. Dan Atha selalu saja menjawab dengan jawaban yang sama.

"Ya gitu deh."

Atha mendengkus keras untuk mengenyahkan pemikiran mengenai menghilangnya Rivangga selama satu minggu terakhir dari kepalanya. Dia kembali memusatkan konsentrasinya pada layar ponselnya yang menampilkan manga yaoi favoritnya.

Baru saja konsentrasi Atha kembali, panggilan Mauza mengganggunya.

"Tha, ada yang cari lo tuh."

"Hem ...." Atha menjawab singkat. Matanya tidak lepas dari adegan yang ditampilkan manga di layar ponselnya.

Mauza mendengkus jengah. Tahu jika perkataannya hanyalah angin lalu di telinga sahabatnya itu.

"Lo liat dulu deh, kayaknya dia cocok tuh buat jadi seme Satria."

"Eh bangke!" maki Satria yang memang sedang duduk di samping Atha. Apalagi setelah melihat tubuh sahabat gesreknya itu langsung tegap setelah mendengar kata seme dari mulut Mauza.

"Mana-mana?" Atha celingukan tidak jelas. Mauza yang melihatnya hanya memutar bola matanya.

"Di bawah."

Atha berdecak malas. Saat ini dirinya sedang berada di kamar istirahat milik Abi di Coffe Break bersama Satria. Sementara kedua temannya yang lain sedang membantu di Cafe.

"Males ah." Atha menjawab cuek.

"Namanya Rafa, dia ngaku adiknya Bang Aga."

Tubuh Atha kembali tegap. Dia langsung bangkit dari duduknya dan bergegas menuju lantai bawah dimana Rafa berada.

"Rafa siapa?" Satria menatap Mauza penasaran.

Mauza mengangkat bahunya tak acuh. "Dia bilang adik bang Aga."

Satria berdecak. Dia bangkit lalu menyusul Atha ke cafe bawah. Sudah jadi kebiasaan untuk keempat sahabat Atha memfilter setiap cowok yang mencoba mendekati gadis itu. Dan mereka berempat akan memasang pagar pembatas jika cowok itu tidak lolos dari filter mereka. Tidak heran jika Atha tidak pernah berpacaran satu kali pun hingga membuat kegemarannya semakin menjadi.

"Yo, Bro." Atha menepuk keras bahu Rafa. Membuat pemuda yang sedang minum itu langsung tersedak.

"Yelah, santai aja Bro. Gue nggak minta minuman lo kok." Atha menyodorkan air mineral yang sudah dibuka olehnya pada Rafa dengan tampang tak berdosa.

Rafa langsung menegak air mineral dari Atha untuk meredakan rasa panas dari acara tersedaknya tadi. Dia memelototkan matanya saat melihat Atha yang terkekeh.

"Ngapain cariin gue? Kangen pasti."

Rafa langsung memasang wajah jijik mendengar ucapan calon kakak iparnya itu.

Dear Atha (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang