Enam Belas-Keputusan

531 37 11
                                    

Atha menatap kepergian Rivangga dengan perasaan gamang yang menggelayut di hatinya. Tidak seperti biasanya yang selalu menginap di rumah Atha, malam itu Rivangga memilih untuk bermalam di tempat lain. Atha tidak mampu mencegah pun bertanya alasan mengapa Rivangga melakukan itu. Karena Atha tahu jika apa yang dilakukan Rivangga kini adalah buah dari permintaanya sendiri.

"Tadi Nak Riva kan, Tha? Dia nggak nginap di sini?" tanya Tiwi pada Atha saat putrinya itu berjalan melewati ruang tamu dimana dirinya sedang menonton televisi.

"Mungkin dia ada urusan," jawab Atha dengan lesu.

"Kalian sudah berbaikan ya?" tanya Tiwi penuh antusias.

Atha yang tadinya berniat langsung ke kamarnya akhirnya membelokan langkahnya menghampiri sang Bunda.

"Aku memintanya pergi," ujar Atha dengan jujur.

"Kamu apa?" Tiwi memastikan jika pendengarannya tidak salah.

"Atha minta Kak Rivangga pergi dari hidup Atha," jawab Atha dengan nada lemah. Detik berikutnya, air mata bercucuran membasahi pipinya.

Melihat putrinya yang menangis, kemarahan Tiwi surut seketika. Dia bergegas menarik putrinya agar duduk di sampingnya kemudian memeluknya.

Dua bulan ini meskipun Tiwi lebih banyak diam dengan apa yang terjadi antara Atha dan Rivangga, tidak sekalipun dia melepaskan pengawasan dari putrinya. Bukan dia yang mengabaikan dan tidak mau menegur Atha, tapi dia tahu benar karakter putrinya yang keras. Tiwi hanya tidak mau jika dia sering menegur perbuatan Atha yang sebenarnya sangatlah tidak pantas pada Rivangga, Atha akan semakin tersulut emosi dan akhirnya Atha akan melakukan hal yang berbahaya. Dia baru saja kehilangan suami yang paling dicitainya, karena itu dia tidak mau jika harus kehilangan putrinya juga atas keegoisannya bersama suaminya dulu.

Bukan tanpa pertimbangan, Tiwi dan Budiman menikahkan Atha yang masih remaja dengan Rivangga yang berjarak umur begitu jauh. Awalnya mereka menolak mentah-mentah permintaan Rivangga yang menurut mereka gila karena pria berumur dua puluh delapan tahun itu dengan berani melamar Atha yang masih berumur delapan belas. 

Ketika akhirnya Budiman divonis memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan membuat sisa umurnya pendek, dia masih berikeras menolak segala rayuan Rivangga yang melontarkan bermacam janji. Budiman bahkan sempat menitip pesan pada satpam penjaga pintu masuk kompleks untuk menolak kedatangan Rivangga. Hingga akhirnya Budiman luluh dengan segala perjuangan Rivangga yang tidak henti berusaha untuk meminta restu.

Bukan karena Rivangga kaya, memiliki pekerjaan bagus dan masa depan cerah yang menjadi alasan utama Budiman akhirnya memberi restu dan mengizinkan pria itu bertemu dengan putrinya. Tapi karena Rivangga benar-benar tulus mencintai Atha, sosok gadis bar-bar yang serampangan luar biasa yang terkadang membuat Budiman harus mengelus dada agar bersabar dengan kelakuan putrinya.

"Kamu yakin meminta suamimu pergi dari hidupmu?" tanya Tiwi sembari menenangkan Atha yang masih menangis di pelukannya.

Atha tidak menjawab pertanyaan sang Bunda, karena dia pun ragu dengan permintaanya sendiri.

"Jika memang itu keinginanmu, Bunda tidak akan mencegahnya. Karena Bunda tidak mau kamu harus menjalani pernikahanmu dengan perasaan tersiksa dan berakhir menjadi luka untuk kalian berdua," ujar Tiwi.

"Alasan Ayah akhirnya mau menjatuhkan restu pada Nak Riva bukan karena dia yang memiliki banyak materi dan berpangkat tinggi di perusahaanya, tapi karena Nak Riva tidak pernah berhenti untuk memperjuangkan perasaannya terhadapmu." 

Tiwi tertawa kecil mengingat saat-saat Rivangga yang tidak berhenti datang ke rumah meski sudah diusir berulang kali oleh suaminya.

"Kamu tahu apa yang dilakukan oleh Nak Riva saat pertama kali bertemu dengan Ayah dan Bunda?" tanya Tiwi mencoba memancing kediaman Atha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Atha (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang