KCM [ TIBOX CLUB ]

3.6K 149 52
                                    


Benji bergegas meninggalkan area pemakaman menuju parkiran. Ia menyalakan mobilnya lalu menuju ke lokasi yang sudah di share oleh Brian tadi.

Sekarang Benji sudah berada di depan sebuah club, dimana banyak muda mudi berseliweran sekedar untuk bersenang-senang. Tempat seperti ini tidak asing bagi Ben, ia juga sering menghabiskan waktu luang melepas penat di sela-sela kesibukannya bekerja dan menjaga Linaya.

Di ujung sana terlihat seorang pria dengan jaket kulit berwarna hitam, kepalanya di tutupi topi berbahan kulit serupa dengan jeket yang ia kenakan.

Ben berjalan menuju pria itu. Ia tidak akan pernah lupa dengan sosok di depannya ini. Pria tinggi dan tegap yang selalu membantunya menangani kasus-kasus rumit yang tidak dapat Ben selesaikan sendiri.

" Hai, bro!!!. Apa kau sudah lama menungguku di sini." Ben menarik kursi yang ada di samping pria itu.

" Tidak terlalu lama, hanya 7 gelas beer dan 2 gelas vodka sampai kau datang hahahaha." pria itu tertawa ringan.

" Kau masih sama seperti dulu Brian. Masih saja kuat minum." Ben balik melempar senyum ke arah Brian.

Brian adalah teman semasa sekolahnya dulu di Amerika. Ia lulus sebagai agen Federal Bureau of Investigation atau sering dikenal sebagai agen FBI. Saat itu Benji sangat ingin sekali masuk ke agen tersebut tapi nyatanya ia gagal dalam tes terakhir dan Brian lah yang beruntung masuk ke agen tersebut.

Ntah apa yang menyebabkan Brian mengundurkan diri dari pekerjaanya, dan memulai karir barunya sebagai investor saham terbesar di perusahaan-perusahaan besar yang ada di sini, termasuk perusahaan Ayah nya Benji.

Di samping itu ia juga terdaftar sebagai aparat Polisi, tapi benda kantor dengan Ben. Karena itu juga Benji tidak terlalu sering bertemu dengan Brian di sebabkan oleh lokasi tempat mereka berkerja yang tidak sama.

" Sesuai dengan informasi yang baru aku dapatkan. Aku dengar mereka akan melakukan transaksi disini." Brian mulai membuka percakapan.

" Apa kau benar-benar yakin mereka akan melakukannya di sini? Seingatku tempat ini cukup rawan di datangi oleh polisi seperti kita?." Ada nada ragu dari pertanyaan  Benji.

Ia yakin sekali orang yang mereka incar tidak sebodoh itu memilih tempat dimana polisi seperti mereka bisa dengan mudah  menangkapanya.

" Tentu saja. Kita mungkin tidak bisa menangkap dalang utamanya tapi setidaknya menangkap anak buahnya sudah cukup untuk mengantarkan kita kehadapan si keparat itu." Ucapnya yakin sambil meneguk segelas beer.

" Semoga usaha kita kali ini tidak sia-sia. Semakin aku mengingat si keparat itu semakin aku ingin membunuhnya."
Rahang Benji mengeras setelah mengatakan itu. Tujuan terbesarnya adalah mengungkap tragedi perampokan 7 tahun silam yang merenggut nyawa Paman dan Bibi nya. Sehingga monoreh luka mendalam bagi Linaya begitu pun dengan Benji.

" Kau tenang saja, walau kasus ini akan segera di tutup. Aku tidak akan berhenti untuk membantumu menemukan mereka. Aku banyak berhutang Budi padamu Ben." Dengan santai Brian menepuk- nepuk lengan Benji agar pria itu tenang.

" Oh ya, dari tadi kau tidak memesan minuman. Ayolah segelas Vodka tidak akan membuatmu hilang kesadaran."
Ajaknya santai.

Benji mulai sadar sedari tadi ia terlalu fokus bicara dengan Brian hingga lupa untuk memesan minuman.

Ia memesan segelas Tequila dengan varian  Bianco, minuman berwarna  karamel kecoklatan itu biasanya mempunyai kadar alkohol sebanyak 35%-60%.

Ben tidak ingin mengambil resiko jika ia menambah kadar alkohol di minumannya, mengingat Ben bukanlah seorang yang terlalu kuat dalam urusan minum.

Di booth sebelah ia melihat wanita dengan rambut berantakan sedang meracau tidak karuan. Ia terlihat sangat mabuk sekali. Di tangannya sudah ada segelas wishkey yang Ben yakin minuman itu mempunyai kadar alkohol tinggi sehingga membuat wanita disebelahnya itu mabuk.

Ben tersentak ketika lengannya di sentuh oleh Brian. Ia memalingkan padangannya dari wanita itu menatap Brian.

" Perhatikan arah jam 9, sepertinya mereka sudah sampai. Kita harus bersiap-siap."

Ben memutar kepalanya ke arah jam 9. Terdapat dua pria sedang berbincang-bincang salah satu dari mereka munggunakan hodie hitam dan menggunakan masker. Sehingga, baik Brian maupaun Ben tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Sepertinya mereka baru akan memulai transaksi. Ben pun tak ingin tergesa-gesa, ia hanya meperhatikan mereka dari tempatnya duduk.

Terdengar sebuah pertikaian di seberang tempat ia dan Brian duduk. Sepertinya ada pria mabuk yang sedang berkelahi dengan seseorang.

" Lihatlah, masalah kecil seperti itu akan menjadi pekerjaan kita kurang dari 24 jam. Akan ada laporan di meja kerjaku besok, dengan laporan penganiayaan." ucap Brian jengah.

" Ujung- ujungnya minta uang damai bahkan sampai 1 M, kalau semudah itu mendapatkan uang untuk apa aku menjadi aparat bahkan gajiku tidak lebih dari 2 % dari nominal gila itu."

mereka masih menikmati pemandangan di depan yang memperlihatkan dua orang saling beradu  jotos. Tanpa ingin melerai.

" Kau terlalu sering menonton infotaiment kawan." Ben tergelak mendengar  ocehan Brian yang membahas kasus yang sedang menimpa  salah satu selebriti tanah air.

Tiba- tiba pria yang sedang mereka pantau, sepertinya hendak meninggalkan tempat itu dengan sigap Brian berlari ke arah dua pria yang berjalan menuju pintu keluar.

Mereka menyadari pergerakan Brian. Lalu berlari menuju parkiran di samping nighjar. Masih dalam keadaan berlari Brian mencari kemana arah dua orang itu. Mereka sangat cepat sampai Brian kehilangan jejak.

" sial!!!." upatnya.

Sedangkan Benji, terperangkap dengan wanita mabuk yang ada di hadapannya. Wanita itu tiba-tiba memeluk Benji sambil terisak sehingga menghalangi Ben untuk mengikuti Brian.

" Jangan pergi!!! Jangan tinggalkan aku." wanita itu semakin mengeratkan pelukannya.

" Permisi Nona, kau sepertinya salah orang, tolong biarkan aku pergi." Benji berusaha melepaskan pelukan dari wanita itu..

Tiba-tiba....

Huweeekk..

Wanita itu muntah di dada bidang Benji sehingga mengotori baju yang Ben kenakan.

"   Astaga, apa lagi iniii!!!."

" Kau sangat mabuk Nona sebaiknya kau Pulang saja." dengan nada setengah kesal Ben pun mengabil dompet yang ada di dalam tas wanita itu.

Setelah membaca kartu identitas nya Ben merasa tidak asing dengan wanita mabuk yang ada di pelukannya ini..

Siapa dia?

                               TBC













Ketika Cinta Membagimu [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang