KCM [TREMOR]

5.5K 206 10
                                    


" Kakak, apa kamu di dalam?"
Gadis itu masih setia menunggu di depan pintu kamar Ben. Jika saja kamar Benji tidak terkunci pasti dia sudah masuk sedari tadi.

Benji yang hampir saja mendapatkan puncak kenikmatan, langsung saja bangkit. Hilang  sudah kenikaatan yang akan ia raih bersama ketukan pintu berulang kali.

Dengan tergesa-gesa, dipungutnya celana yang berserakan di lantai. Ia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Tidak butuh waktu lama, ia sudah bersih dan rapi dengan baju kaos putih dan celana jens selutut. Dengan cepat Ben membuka pintu kamarnya, di depannya sudah ada gadis manis dengan buku di dekapannya.

" Kak, ayo kita ke taman belakang. Aku sudah membawa perlengkapan belajar." Dengan semangat Linaya mengarahkan buku yang sedari tadi ia pegang ke hadapan Ben.

" Tentu sayang, tapi sebelum itu kita harus sarapan dulu."

Linaya mengangguk riang, dipeluknya Ben dari samping dan berjalan menuju meja makan yang sudah dipenuhi beberapa menu sarapan dan tak terkecuali coklat panas kesukaan gadis itu.

Ben menarik kursi di sampingnya mempersilahkan Linaya duduk di dekatnya. Ben memilih Roti bakar sebagai menu sarapan pagi ini, sedangkan Linaya hanya memakan Biskuit yang di celupkan ke coklat panas kesukaannya itu.

Hening. Tak ada percakapan selama mereka sarapan. Ben memang tidak membiasakan berbicara saat makan.

***

Semilir angin terasa menenangkan saat dua orang itu duduk di tepi kolam ikan yang ada di taman. Bahkan angin menyapu rambut gadis itu sehingga menutupi sebagian wajah cantiknya.

Ben mengulurkan tangan kanannya dan menyibak rambut Linaya ke belakang telinga. Saat melihat sorot mata gadis itu begitu bahagia melihat beberapa gambar di buku yang di bawanya tadi,hati Ben merasa miris.

Tak ia sangka kejadian di masa lalu membuat gadisnya kehilangan sebagian kemampuan bahkan hampir sepenuhnya.

Linaya hanya mampu membaca lewat gambar, ia tidak bisa membaca tulisan yang ada di buku tersebut. Ben terus berusaha mengajarinya membaca walau masih terbata-bata Linaya tetap semangat belajar untuk bisa membaca. Gadis itu sangat ingin membaca dongeng-dongeng yang sering di bacakan Ben kepadanya.

Gadis itu juga sering sekali merasa kesepian. Ben yang mempunyai bayak pekerjaan dan kesibukan di luar tak mempunyai banyak waktu untuk menemani hari-hari Linaya.

Ben sudah memperkerjakan beberapa asisten rumah tangga untuk menjaga dan menemani Linya bahkan Ben mempekerjakan orang yang khusus untuk mengurus segala keperluannya.

Tapi tak membantu banyak. Gadis itu terus saja ingin melakukan segala sesuatu bersama Ben. Terkadang Ben terpakasa meminta izin pulang sebentar dari kantornya jika Linaya mulai berulah tidak mau makan jika tidak di suapi oleh Ben.

" Untuk hari ini sudah cukup belajarnya, kamu mau melakukan apa lagi Nay? Besok kakak sudah harus kembali bekerja."

Mendengar kata 'bekerja' membuat Linaya sedikit lesu. Ia masih ingin berlama-lama dengan kakaknya itu,  tapi besok Ben sudah mulai bekerja seperi biasa. Itu artinya waktu Linaya bersama Ben pasti semakin berkurang.

" Aku ingin menonton film Dora dan Bud bersama kakak, sampai aku teridur dan kakak menggendongku ke kamar."

Film itu lagi, huufft....

Entah sudah berapa kali gadis itu menonton film kartun yang membuat Ben geleng-geleng menahan kesal. Film itu selalu membuatnya jengah. Bertanya berulang-ulang kali. Pertanyaan yang anak Paud pun bisa menjawabnya.

Dengan mata berbinar Linaya menarik tangan Ben menuju rumah.
Di sana sudah ada Lala dan Tika yang  sedang sibuk membersihkan rumah. Ben sengaja mempekerjakan asisten rumah tangga yang masih muda, tujuannya agar Linaya merasa mempunyai teman.

Film mulai di putar, Linaya sudah mengambil posisi di sebelah Ben dengan kepala bersandar di bahu Ben.

" Hahahahah." gadis itu tertawa saat melihat rubah terperangkap  jebakan yang di buatnya sediri.

Linaya bangkit dari duduknya hendak berdiri tapi di tahan oleh Ben. " Kamu mau kemana?."

" Aku haus, aku mau ambil minuman di dapur, kakak mau minum apa biar sekalian aku ambilkan."

" Biar Tika saja yang ambil minumannya kamu disini saja."

" Kenapa kakak selalu melarangku ke dapur? Aku juga ingin melihat Lala dan Tika memasak itu pasti menyenangkan." Linaya masih bertanya-tanya kenpa kakaknya  selalu melarangnya untuk mendekati area dapur.

" Kakak tidak mau kamu kelelahan. Biarkan mereka bekerja kamu di sini saja." Ben terus saja meyakinkan Linaya tapi gadis itu tetap keras kepala.

" Tidak apa-apa aku hanya sebentar mengambil minuman dan beberapa cemilan kakak tunggu di sini saja." Belum sempat Ben mencegah gadis itu sudar pergi menuju dapur.

Jarak ruang santai dan dapur sedikit jauh mengingat rumah ini cukup besar dan luas. Perasaan Ben mulai tidak enak. Ia bangkit dan berjalan menuju dapur untuk menyusul Linaya.

Saat sampai di dapur, Wajah Benji pun berubah pucat. Linaya tengah berdiri di hadapannya dengan tangan kanan memegang sebuah pisau. Wajah ceria tadi berubah  pasi.

Linaya Tremor...

Mama

Papa

Tidak...tidak!!!!

Tolong hentikan...

Jangan bunuh mereka..

Tubuh Linaya terduduk pasrah. Pisau yang ia pegang terlepas. Gadis itu mulai kacau dan menjambak rambutnya sendiri. Terus histeris sambil menggeleng tidak terima.

Ben yang melihat itu pun langsung  memeluk dan menenangakan Linaya.

" Hentikan!!!!."

" Aku mohon jangan bunuh mereka."

" Naya tenaglah... Kakak disini tidak ada yang akan menyakitimu." Ben masih berusaha menenangkan Linaya yang terus saja berusaha menckar wajanya.

" SIAPA!!!! SIAPA YANG MENARUH PISAU SEMBARANGA HA!!!!. " Teriak Ben murka.




                           TBC






















Ketika Cinta Membagimu [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang