Machine

126 15 0
                                    

Hancur sudah, rasa sedih dan kesal teraduk menjadi satu dan tertuang di raut wajahnya.

Sekarang ia mengerti apa yang dimaksud oleh kertas itu, yang berusaha untuk mencelakai ayahnya adalah Larry, tapi sosok yang ia tembaki tadi siapa...?

Jake masih mengira orang itu sama dengan Larry dan mungkin ia bersekongkol dengan Larry.

Tetapi... kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang ada di pikirannya.

Ia hanya bisa melihat ayahnya yang terkulai kaku tak bergerak.

Bak sebuah keajaiban, terlintas dibenak Jake sebuah ide yang brilian.

“Ya, aku harus menggunakannya!”

Gerak kaki mulai melangkah menuju anak tangga, satu persatu ia naiki hingga tiba di depan sebuah kamar. Pikiran yang buyar membuatnya tak menghiraukan larangan sang ayah.

Tangannya mulai menyentuh gagang pintu, menarik perlahan hingga membuat pintu sedikit berdecit.

Alunan detak jantung makin tak beraturan. Keringat dingin membasahi wajah, hingga membuatnya tak enggan untuk menelan ludah.

Hembusan angin membuat tirai bergerak kencang, datang dari sebuah jendela kecil.

Kedua bola mata itu tertuju pada sebuah benda yang tepat berada di hadapannya. Orang – orang biasanya menyebutnya dengan sebutan... “mesin waktu”.

Lubang hitam itu terus berputar seperti ingin menelan sesuatu. Jake memberanikan diri untuk mendekat..., mendekat..., dan terus mendekat..., hingga tepat berada di depan sebuah benda kuno yang tampak seperti sebuah portal untuk menuju ke masa depan maupun ke masa lalu yang sering ia lihat di film sci-fi.

Memicingkan kedua mata dan berusaha untuk fokus. Dalam sekejap, Jake hilang tak tahu kemana perginya.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang