#21

659 70 0
                                    

Sejak saat itu, Vernon sering berusaha mengalihkan topik saat aku menceritakan tentang mimpiku belakangan ini. Pria itu selalu ada di setiap mimpiku. Aku menjadi was-was, berpikir bahwa akan terjadi sesuatu. Atau aku memang pernah mengenali pria itu? Setiap aku berusaha mengingatnya, kepalaku terasa sakit. Seperti tertusuk-tusuk.

Hari itu adalah hari dimana kami akan melakukan sebuah trip ke Hong Kong. Kami semua menginap di suatu hotel yang cukup mewah. Kami menyewa 6 kamar. Kali ini, aku sekamar dengan Seokmin. Ia membawa beberapa snack untuk kami makan di hotel.

"Hyung, kau dengar soal Vernon?" Aku tersedak dengan apa yang ia katakan.

"Apa itu, Seokmin-ah?" tanyaku, beusaha tetap tenang.

"Aku dengar, dia dulu pernah punya semacam kakak angkat. Tapi kakaknya tidak resmi!"

"Oh iyakah? Lalu, apalagi?"

"Ehm. Sepertinya setelah itu kakaknya pergi. Aku dengar itu dari Seungkwan. Dia dengar dari Mingming. Ingat? Teman trainee kita dulu," kata Seokmin dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanan. Aku hanya mengangguk. Sejak kapan Vernon punya kakak? Aku kira dia anak pertama.

Beberapa waktu kemudian, kami sudah kembali ke Korea. Kami melanjutkan jadwal yang beberapa kali kami undur. Saat itu Vernon sedang duduk sendiri di bawah pohon. Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Hey," sapanya.

"Hey. Aku dengar kau dulu pernah punya kakak angkat," tanyaku. Ia terkejut mendengar perkataanku. Aku sendiri terkejut kenapa kata-kata itu bias tiba-tiba keluar dari mulutku. Ia tersenyum dan melihat ke arahku.

"Iya," jawabnya singkat.

"Oh.. Lalu apa aku tau tentang kakakmu ini?" kenapa tiba-tiba aku jadi posesif?

"Tentu saja kau tau! Hanya saja mungkin kau lupa tentang dia. Dia adalah orang yang sangat baik. Ia sangat peduli padaku dan selalu ada di sisi ku saat aku berada di titik terendahku bahkan sampai sekarang. Sekarang pun dia berada di dekatku," jelasnya. Aku melihat ke sekelilingku dan tidak melihat siapa-siapa di dekat kita. Aku melihatnya dan kami saling menatap. Vernon mengangguk pelan.

"A....ku? Sejak kapan?" Aku tidak percaya ini. Apa benar?

"Iya. You know, ada satu hal yang sejujurnya kami sembunyikan darimu," katanya.

"Kami? Siapa itu?"

"Aku, ibuku dan almarhum ayahku. Sofia belum mengetahui tentang ini."

"Dan rahasia itu adalah?"

"Orangtuamu sekarang sebenarnya bukanlah orangtua kandungmu. Pria yang muncul di mimpimu adalah ayahmu. Saat itu, bibi mengalami mati otak dan meninggal saat kau berumur 7 tahun. Lalu, paman mengalami depresi dan akhirnya bunuh diri. Sebelum paman melakukan hal tersebut, ia menitipkanmu pada yang disebutnya 'sahabat' yaitu, orangtuamu saat ini,"

"Tunggu. Paman? Bibi?"

"Ya. Ayahmu dan ibuku bersaudara. Alasan kau tidak mengingat kejadian itu adalah karena kau sudah terlalu tersakiti karena sering dititipkan oleh almarhum orangtuamu ke orangtua angkatmu sekarang. Jadi, kau meng-isolasi ingatan itu," jelasnya. Aku menitiskan air mata. Aku tidak menyangka Vernon telah membohongiku selama ini. Aku merasa terkhianati, marah, sedih dan senang di waktu yang sama.

"Aku minta maaf. Ayahku melarangku untuk memberitaukannya padamu karena pada akhirnya kau akan menyakiti dirimu sendiri. Aku benar-benar menyesal. Aku tidak tahan melihatmu terus disiksa oleh para iblis itu. Mereka tidak bisa dimaafkan. Mereka sudah berjanji untuk menjagamu dengan baik tapi mereka mengingkari semua janji yang mereka katakana kepada ayahmu," katanya dan menunduk. Air mata jatuh dari pipinya. Aku memegang tangannya yang dingin. Ia mengangkat kepalanya dan mengarahkan pandangannya padaku. Aku memeluknya erat.

"Terimakasih sudah meringankan bebanku selama ini. Kali ini aku tau benar kenapa kau melakukan semua itu. Kau pasti lelah setelah membantuku selama ini. Sudah cukup perjuanganmu demi aku,"

"Tidak, aku melakukan semua ini memang karena aku menyayangimu dan bukan karena faktor lain. Setelah ini aku akan memberitau ibuku untuk mencabut hak orangtuamu untuk merawatmu," katanya dan berdiri. Sebelum dia bisa pergi, aku meraih tangannya.

"Kau tau tentang orang yang beberapa kali kita temui?"

"Hah? Oh seperti orang yang waktu itu kita temui di restoran itu? Itu mungkin hanya sasaeng. Not a big deal," katanya santai. Ia pergi menuju food court dan kembali dengan 2 gelas minuman dingin di tangannya. Ia memberikan salah satunya kepadaku dan duduk di sampingku.

Alone || Joshua Hong FF {Seventeen} [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang