1 / Gudang

42 2 2
                                    

Menjadi mahasiswa popular dikampus memang sungguh menyenangkan, selain bisa dikejar – kejar banyak wanita cantik, aku juga bisa ‘bermain’ bersama mereka.

Bercumbu dan bercinta satu malam sudah seperti ritual wajib bagiku dengan mahasiswa baru.

Seperti sekarang misalnya—

dia Sarah.

Mahasiswa baru, si ayam kampus target baruku. Kami bertemu saat perkumpulan club dikampus.

Dia cantik, berkulit putih, rambutnya panjang dan hitam lebam, wajahnya kebule – bulean. Itu yang lebih kusuka.

Aku membawa Sarah kegudang kampus hari ini, aku tak tahan lagi melihat dia dengan rok pendeknya itu, ingin sekali aku membawanya ke hadapanku, 'bermain' denganku.

Sarah tidak mengelak, ia ikut dan percaya saja kata – kataku yang membual dimintai mengambilkan barang oleh dosen di gudang.

Padahal langit sore sudah menggelap, seharusnya daerah gudang ini sudah sepi entah karena sudah gelap atau memang tempatnya menyudut.

Tak bisa kutahan lagi, kulihat wajah Sarah dibalik cahaya yang minim di gudang.

Masih cantik meski samar – samar.

Tanpa disadari pandanganku sudah jatuh ke bibir merahnya dan jatuh lagi ke arah dua gundukan kepunyaannya.

Semakin menggebu rasanya, ketika Sarah membalas tatapanku yang sedang menatap kepunyaannya itu.

Tanpa menunggu responnya, aku langsung menyambar bibir merah meronanya itu dengan bibirku, dan mendorong pundaknya hingga menempel ke dinding gudang.

Bibir Sarah rasanya manis, dia pandai bermain lidah juga rupanya.

Aku yang memang sudah master ini senang saja menikmatinya, menyambut hangat pergerakkan lidahnya, memaju mundurkan dan bertukar saliva ditengah permainan.

Yah itu terjadi sekitar 5 menit, hingga aku dengan bringas membuka seluruh kancing pada kemeja Sarah, dan menyisakan  pakaian dalamnya saja.

Sarah sepertinya juga kelewat senang atas pembukaan yang kulakukan.

Kini giliran ia yang bringas membuka bajuku, membuka celanaku dan memainkan kepunyaanku yang sudah menyapa dibawah.

Ohooww, dia sudah lihai juga rupanya.

Permainan dimulai dengan perlahan namun pasti, semua reaksi yang dikeluarkan Sarah tidak terlalu berisik namun masih merdu, sepertinya aku candu.

Erangan, sentuhan, lumatan Sarah bagai madu bagiku.

Ingin kuulang lagi, lagi dan lagi

BORN TO BE BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang