Dengan keringat dingin, aku memberanikan diri masuk ke kamar pasien yang ditempati oleh Becca.
Jujur, jika kau bisa melihat aku kala itu. Kau akan merasa kasihan padaku.Aku melihat Becca terbaring lemah, dengan kondisi tubuhnya yang sudah kurus kering dan tidak seperti dulu. Tulang - tulang pipinya sudah menonjol, ia sedang terpejam sekarang.
Lalu, kucoba genggam tangannya selembut mungkin berharap tidak membangunkannya. Namun, pada akhirnya dia merasakan sentuhan itu dan tersadar
Aku yang spontan melihat Becca mulai meneteskan air mata, Becca juga kulihat dia tengah berusaha menahan air matanya jatuh. Namun, tidak berhasil.
Kuusap air matanya, dan mengecup keningnya, tak lupa juga mengecup pucuk tangannya
"Aku memang tidak pantas dimaafkan" Tuturku kala itu dan aku memandang dalam lengan Becca, tidak mampu menatapnya. "Lakukan apapun sesukamu padaku. Kau juga bisa melaporkanku, menuntutku, atau apapun itu. Aku terima" dengan wajahku yang masih menunduk
Aku dapat merasakan getaran pada tangannya, Becca menangis, air matanya turun dengan deras membasahi pipinya.
"Aku memang lelaki bodoh yang masih mengharapkan wanita sepertimu untuk jadi istriku. Aku tidak pantas diperlakukan dengan baik" Lanjutku dengan air mata yang menetes membasahi lengan Becca yang dipegang olehku.
Tiba - tiba Becca menarik lenganku yang sedang menggenggamnya untuk mendekat pada tubuhnya. Aku yang sadar akan itu mendekat dan-
Rebecca hanya memelukku dengan erat.
Sangat erat-hingga tak mau lepas untuk beberapa saat.Tangisku kembali pecah begitupun dengan Becca. Ia sudah sesenggukan dibalik punggungku. Lantas ia melepas pelukannya dan menempelkan kedua tangannya dipipiku.
"Bara, aku tidak pernah benci padamu. Akulah yang salah disini." Ucap Becca dengan lemah--
"Aku seharusnya tidak meninggalkanmu begitu saja"
Becca mencoba memperjelas kata - katanya, dengan menarik nafas dalam "Anak kita-- kau jaga baik - baik yaa" Lanjutnya. "Aku akan sangat bahagia jika dia juga bahagia" Sambung Becca sambil mengelus - elus perut besarnya itu dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Apa yang kau katakan? Aku?! Tidak! Tapi, kita yang harus menjaga dia dengan baik, Becca."
"Bara, kuharap semua dugaanku kedepannya salah setelah proses persalinan ini. Tapi aku yakin padamu kau bisa menjadi ayah yang bertanggungjawab."
"Becca, sayang. Aku yakin kau akan baik - baik saja setelah ini"
Becca memegang tanganku kembali, kali ini lebih erat dari yang sebelumnya "Maafkan Aku".
Sesaat setelahnya datanglah dokter dan perawat yang membawa Becca ke ruangan lainnya.
Ruangan bersalin. Ini waktunya Becca untuk operasi persalinan.
Becca, kau wanita kuat.
Kau pasti bisa melawan semua rasa sakitmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN TO BE BAD
Short StoryKutuangkan sedikit kenangan yang ada dibenak kedalam tulisan. Bukan maksud untuk membual, tapi ini berdasarkan perasaan yang sudah lama terpendam. Kepada siapa lagi aku bisa bercerita, kalau bukan dengan kamu. IYA KAMU. Maukah kamu menyimpannya? Sa...