ikhlaskan aku karena allah

78 7 0
                                    

Kulangkahkan kakiku untuk berjalan “Bruukkkk”, tiba-tiba aku terjatuh karena tergelincir krikil di tepi lapangan sekolah. Tanpa aku sadari ada sosok yang berdiri di depanku. Ku bangun perlahan sambil membersihkan kedua tanganku yang sedikit kotor. Siapakah sosok yang berdiri di depanku? Aku mencoba mengoleh ke arahnya. Namun, nampaknya seorang pria yang tinggi, berkulit hitam manis dan wajahnya cukup tampan.

“Hati-hati”, ucapnya melepas senyum dari dua belah bibirnya.
Aku terkejut dan melamun sambil menatap wajahnya dalam-dalam. Bibirku kaku untuk bicara, nafasku begitu berat, jantungku seakan berhenti sejenak.
“Kamu tidak apa-apa kan?”, tanyanya menyadarkan lamunku.
“t.t.ti.dak kkok”, balasku yang tiba-tiba lata.

Kulanjutkan langkahku. Teringat sosok pria tadi, siapakah gerangan dirinya?. Ku terbayang selalu ingatan senyuman manisnya yang begitu menawan. Eemm… apa mungkin aku suka dia?.

Pagi yang cerah, aku membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, malam yang petang menjadi pagi yang cerah dengan datangnya mentari. Kicauan burung penyemangat pagiku. Sebentar menghampiri handphoneku membuka account facebook kemudian bergegas mandi untuk pergi ke sekolah.

Terlihat pukul 06.15 pagi di tanganku. Setelah menyantap sarapan pagi, aku segera berangkat ke sekolah. Sampai di sekolahan, seperti biasa aku memasuki gerbang sekolah menuju ke kelas. Namun sebelumnya aku harus melewati laboratorium, ruang aula dan tak lupa mengambil kunci kelas di ruang guru. Ketika aku hampir masuk ke ruang guru, tak sengaja aku bertemu dengan sosok pria kemarin. Sepertinya ia baru saja keluar dari ruang guru.

“Hey,..” panggilku menghentikan langkahnya.
“Assalamualaikum”, ucapnya berbalik menyapaku.
“Waalaikum salam”, balasku.
“Ada apa?”, tanyanya kepadaku sambil tersenyum.

“Kenalkan aku Finasya Tara”, ucapku sambil mengulurkan tangganku.
“Saya Rifan Tarsyarif Muttaqin”, jawabnya sambil merapatkan kedua tangannya di dada.
“Salam kenal”, ucapku sambil menarik uluran tanganku.
“Sudah dulu ya finasya, saya buru-buru mau ke kelas”, ucapnya pergi meninggalkanku.

Hatiku berdebar sambil memikirkan pria tadi, rasanya senang sekali bisa bertemu dengannya. Momen yang baru pertama kali aku rasakan. Hmm.. jadi ingin tau siapakah sosok pria itu?.

Istirahat sekolah
Ku keluar dari pintu kelas kemudian aku pun pergi ke koperasi. Tak saya duga, ternyata ada Kak Rifan juga di situ.

“Kak Rifan” panggilku yang pelan.
Seperti kemari, ia pun berbalik menyapaku dengan salam, “Assalamu’alaikum”.
“Waalaikum salam” balasku selalu.

“Ada apa panggil saya?”, tanyanya dengan lembut.
“Emm.. nggak kok. Boleh minta nomor hpnya Kak?”, tanyaku padanya.
“Boleh”, jawabnya sambil mengeluarkan bulpoin.
“Catat di kertas ini aja Kak”, usulku kepadanya.

Kak Rifan pun menuliskan no hpnya di kertas.
“Makasih Kak”, ucapku dengan hati yang senang.
“Sama-sama”, balasnya yang singkat.

Tepatnya malam minggu, malam yang indah Ku melihat bulan dan bintang, tak lama aku berdiri di balik jendela kamarku, aku pun mengambil handphone dan mengirim 1 pesan ke Kak Rifan yang berisi salam dan “by Finasya”. Kupandang handphoneku dan 1 pesan balasan dari Kak Rifan pun masuk dan ku baca. Kami pun akrab dalam komunikasi. Tiba-tiba suara adzan pun berkumandang.
“Sudah dulu ya Finasya, saya mau shalat isya”, ucapnya mengakhiri percakapan.

Waktu pun begitu cepat, dari hari ke hari, pagi ke pagi, malam ke malam, dan akhirnya sebulan pun telah berlalu. Kini aku semakin dekat dengan Kak Rifan bahkan seperti adik kakak, bukan hanya itu semenjak aku bertemu dengannya. Kini aku mulai berubah jadi rajin melakukan ibadah dan telah memakai pakaian muslim setiap hari dan ke manapun ku pergi. Semua ini aku lakukan atas dasar rasa sukaku dengan Kak Rifan. Dialah yang membuat diriku berubah.

Pagi hari ku duduk bersandar di halaman rumahku. Kurenungkan hatiku dan kutulis sesuatu di buku diary.
“Ya Allah… Finasya suka Kak Rifan, Finasya sayang Kak Rifan, Finasya nggak mau meninggalkan Kak Rifan. Finasya sadar.. kalau Finasya berubah karena dia dan apa yang Finasya lakukan itu salah di mata-Mu, mungkin Allah tidak menerima ibadahku karena selama ini maksud dan tujuannya hanya untuk bisa kenal sosok Kak Rifan dan Kak Rifan bisa suka sama Finasya.
Ya Allah… Finasya akan teruskan niat Finasya untuk jadi wanita solehah. Sekarang dan mulai detik ini, Finasya akan berubah karena Allah. Finasya janji akan melakukan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu. Dan Finasya nggak akan suka lagi sama Kak Rifan Finasya akan fokus ke penyakit ini dulu. Finasya yakin, kalau Finasya akan kuat melawan penyakit yang menyerang tubuh finasya, penyakit ganas yang mematikan. Finasya ikhlas dengan datangnya penyakit ini karena Allah.”

Satu minggu pun berlalu, kini rasa suika ku pada Kak Rifan semakin hilang. Kulangkahkan kakiku dan aku terjatuh. Kumencoba untuk berdiri namun tak bisa dan aku tak bisa menggerakkan kakiku. Aku berpikir kalau aku lumpuh, aku pun menangis dan ketakutan. Apa yang akan terjadi pada diriku setelah ini? tanpa aku sadari aku pun jatuh pingsan.

Kubuka kedua mataku perlahan, ku melihat banyak orang di sekelilingku, mungkin sekarang aku berada di rumah sakit. Tiba-tiba “Kreekk…” suara pintu terbuka mendatangkan seseorang. Dan seseorang itu adalah Kak Rifan.
“Assalamu’alaikum”, salamnya kesemua orang yang ada di ruangan ini.
“Waalaikum salam”, jawabku dan yang lain.
karena kehadiran Kak Rifan, semua orang yang ada di ruangan ini pun keluar kecuali Kak Rifan.

“Finasya, kamu sakit? Kenapa nggak bilang Kakak?”, tanyanya yang cemas.
“Nggak kok, ini Cuma sakit biasa”, ucapku yang mencoba menyembunyikan penyakitku.
“Kakak tau kamu berbohong, tapi sebelumnya kakak minta maaf. Tadi kakak ke rumahmu dan kakak liat buku diary yang ada di halaman rumahmu, kakak tak sengaja membuka lembaran terakhirnya dan kakak baca. Kakak tau semuanya. Kakak sebenarnya juga sayang sama kamu, tapi mungkin sekarang sudah terlambat, karena kamu sudah nggak suka lagi sama kakak.” Ucapnya yang menjelaskan.
“Maafkan aku yaa kak? Kakak jangan sedih, bila nanti akan terjadi sesuatu padaku, kakak harus kuat, dan bila nanti aku pergi dipanggil Allah, kakak harus ikhlas.” Ucapku yang lemah.

Tepatnya hari jum’at, sebulan setelah kejadian itu. Finasya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Semua keluarganya menangis dan salah satu dari mereka menelpon Kak Rifan untuk mengabarkan kejadian ini. Hati Kak Rifan terpukul setelah mendengar berita itu. Ia menangis dan langsung pergi ke rumah sakit. Semua orang yang mengenal Finasya menumpahkan air matanya setelah mendengar bahwa Finasya telah pergi untuk selamanya.

kumpulan cerita islamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang