rencana Allah itu indah

72 7 0
                                    

“Nis dipanggil tu sama kepala sekolah, ditunggu di ruangannya”.
“Oh iya Ra makasih ya infonya”.

Aku pun bergegas menuju ruang kepsek dengan perasaan cemas. Ada masalah apa sampai aku dipanggil kepala sekolah.
“Assalamu’alaikum pak permisi, ada apa ya bapak memanggil saya kemari?”
“Wa’alaikumsalam, langsung to the point saja Nak bapak mau minta bantuan kamu. Kamu tau sendiri kan kelakuan Nando dia teman sekelasmu kan? Bapak mau kamu bisa merubah sikap dan kelakuannya begitupun nilai nilai pelajarannya yang bobrok, Bapak sudah angkat tangan menghadapi kenakalannya. Sejak ibunya meninggal 2 tahun yang lalu sikapnya berubah 180 derajat”. Jelas pak Hardi dengan mata berkaca kaca.


“Jadi, Nando itu putra bapak?”.Tanyaku penasaran sebab tak ada yang tahu akan hal ini.
“Iya nak, ini semua rahasia Nando juga yang meminta merahasiakannya. Jadi bapak berharap sekali kamu dapat membantu bapak”.
“Insyaallah pak saya akan membantu bapak semampu saya.”

Hari ini kumulai aksiku memberantas kejahatan eh maksudku memulai aksi melaksanakan tugas dari Pak Hardi.

“Loh ngapain lo ke sini, siapa yang ngasih tau alamat gue?”. Sinis Nando padaku
“Oh ini aku dimintai bantuan ayahmu ngasih les privat ke kamu”. Jawabku santai
“Sok-sokan banget ya, lo pikir udah paling jenius gitu sampe-sampe mau ngajarin gue segala. Udahlah lo pulang aja dan bilang sama bokap gue, gue bisa ngatur hidup gue sendiri”. Ucapnya sambil mendorong tubuhku dan menutup pintu dengan keras
Oke aku gak boleh nyerah Keep fighting Annisa Nuradhani.

Hari berikutnya aku menemuinya lagi di rumahnya dan kali ini dia tak bisa mengusirku karena aku bersikeras untuk mengajarinya.
“Oke kita mulai pelajarannya. Ini ada 5 soal matematika aku kasih kamu waktu 10 menit, cukup kan?”.
“Lo gila ya 1 soal 2 menit”. Jawabnya memprotesku
“Coba aja dulu, jangan bilang gak bisa sebelum kamu nyoba”. Ucapku membantahnya.

Kulihat dia mulai sibuk dengan kertasku tadi. Setelah 10 menit berlalu kutarik paksa kertas itu dan WOW apa yang kudapat, bukannya jawaban dari soalku tapi malah gambar animasi yang wajahnya diganti dengan perempuan berjilbab. Apa tadi kubilang… berjilbab. Apa dia berniat mengejekku?
“Bagus kan gambar gue, mirip gak sama muka lo”. Terangnya sambil cekikian tak jelas.
Baru kali ini kulihat dia tertawa selepas itu ah.. padahal sudah 2 tahun aku sekelas dengannya.

Keesokan harinya tak kutemui sosoknya dikelas, bahkan sampai jam pelajaran selesai tak kutemui sepotong pun tubuhnya eh batang hidungya. Apa jangan-jangan dia bolos lagi? Dasar bocah satu ini memang keterlaluan.
Kucari dia mulai dari warung belakang sekolah sampai terminal tempatnya biasa nongkrong, tapi hasilnya NIHIL. Kuputuskan untuk mencari tau ke rumahnya dan kutanyakan pada pembantu di rumahnya.

“Tadi pagi den Nando berangkat kok non bibi liat sendiri”. Tutur bibi padaku
“Kalo non mau nyari biasanya den Nandi suka ke danau di belakang kompleks kalo tidak ya dia di makam ibunya di ujung kompleks”. Lanjutnya lagi.
“Makam ibunya? Apa benar dia ada di sana, coba dulu deh!”. batinku

Kulangkahkan kakiku memasuki pemakaman duhh.. agak ngeri sih, senja pun juga mulai menyapa.

“Aku cari ke mana mana ternyata kamu di sini Ndo”. Ucapku padanya, diapun menoleh dengan ekspresi terkejut.
“Udah gue bilang jangan ikut campur kehidupan gue”.
“17 April 1972, Wah hari ini ibu kamu ulang tahun ya Ndo! Selamat ulang tahun ya tante Winda, saya Annisa temennya anak tante”. Ucapku sambil memandang nisan yang bertulis nama “WINDA KUNCORO”.
“Dasar gila”. Sinisnya padaku

“Udahlah aku tau pasti tadi kamu juga ngomong gitu kan?”. Sindirku
Tak ada angin tak ada hujan Nando menceritakan semua masalahnya padaku. Kulihat matanya mulai berkaca kaca. Sekejap dia memelukku yang ada tepat di sampingnya erat sekal, bisa kudengar isak tangis di sela sela pelukannya.

“Astagfirullah haladzim”. Refleks aku langsung mendorong tubuhnya.
“Maaf Nis aku gak sengaja”. Ucapnya bersalah
“Iya aku tau, ayo Ndo sekarang kita pulang ini hampir magrib”. Diapun mengangguk setuju.
“Tante Nisa sama Nando pamit dulu ya, jangan heran kalau Nisa bakal sering ke sini nemenin Nando”. Ucapku sambil mengelus nisan itu.

Setelah hari itu sikap Nando mulai berubah, dia lebih sering menemuiku untuk bertanya soal pelajaran dan ilmu agama. Hubungan dengan ayahnya pun kian membaik, pak Hardi sendiri yang menceritakan padaku kalau Nando sudah meminta maaf atas kelakuannya selama ini.

“Woy… ngelamun aja neng kesambet baru tau rasa”. Ucapnya yang sukses mengagetkanku.
“Kamu itu yang kesambet, datang bukannya ngucapin salam malah ngagetin segala”.
“Hehehe maaf Assalamu’alaikum Annisa”. Cengirnya tanpa dosa
“Wa’alaikumsalam, tumben nyariin ada apaan?”.

“Oh.. jadi kamu nganggep aku nyariin kamu cuman kalo butuh aja!”.

“Ya udah kalo gak butuh”. Ucapku cemberut.
“Gitu aja ngambek, jelek tau”. Jawabnya mencubit pipiku.

“Ihh… udah berani pegang pegang ya, belum muhrim tau”
“Ohh belum berarti akan dong, ciee malu ya mukanya jadi merah gitu”. Ucapnya menggodaku.
“Apaan sih enggak lah”.

“Nis aku suka sama kamu tapi tunggu dulu ini pernyataan bukan pertanyaan jadi gak perlu kamu jawa. Jika nanti semuanya udah siap dan waktunya uda tepat, aku janji bakal langsung datengin ayah kamu”.
“Buat…?”. Jawabku tak mengerti
“Ya buat halalin kamu dong Annisa Nuradhani Rivaldino!”. Jawabnya sambil tersenyum sumringah.

“Sejak kapan nama belakangku ganti jadi Rivaldino bukannya Azzahra?”.
“Sejak hari ini whleeee”. Ucapnya sambil berlari dan meledukku”
“Awas kamu Ndo aku laporin Ayah ku ganti nama anak orang sembarangan”. Ucapku sembari mengejarnya.

Ya, sejak hari itu semuanya berubah, berubah jadi lebih indah tepatnya. Sejak hari itu pula Nando memutuskan ikut belajar di Ponpes tempat ayahku mengabdi. Katanya supaya lebih mendekatkan diri pada sang pencipta sekalian mendekatkan diri pada ayahku juga (aneh ni anak). Semoga apa yang dia ucapkan hari itu dapat menjadi kenyataan. Aku yakin rencana Allah itu indah.

kumpulan cerita islamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang