Bersediakah kau menjadi Imamku?

247 14 0
                                    

Bayu masuk sambil mengucapkan salam, wajah Said yang cemberut makin bertambah, cowok itu kelihatan semakin imut.
" Apa sudah mendingan, Dek? " tanya Bayu sambil mengusap rambut Said,
Wajahnya semakin kesal karna dia merasa diperlakukan seperti anak kecil, senyum Bayu tersungging melihat wajah adiknya yang kesal.
Claudy memperhatikan kedua orang ini, tiba-tiba dia ingat dengan saudaranya, Kedua kakak laki-laki nya berada di Luar negeri. Kedua kakaknya berada di Singapura, kakak tertua bekerja di sana, kakak keduanya sedang menyambung kuliah mengambil spesialis bedah.
Dia anak perempuan semata wayang dikeluarganya, waktu kecil dia sering bertengkar dengan kedua saudaranya, jarak usia mereka tidak terlalu jauh, kakak tertuanya  berusia 28 tahun sekarang, Kakak keduanya 25 tahun. Tapi mereka tidak berada di Indonesia beberapa tahun terakhir ini, dan pulang hanya sekali sekali saja karna kesibukan masing-masing. Ayah mereka berharap kedua anak laki-laki nya untuk meneruskan Rumah Sakitnya. Tapi kelihatannya si sulung tidak berminat untuk itu, begitu juga dengan Claudy yang lebih memilih untuk menjadi dokter desa, mungkin karena dia lelah dengan hiruk pikuknya ibukota.
Melihat mereka berdua yang selalu bertengkar tapi saling menyayangi, dia sangat rindu dengan ke dua saudaranya, karna hampir setahun ini mereka tidak pulang, waktu wisuda Claudy pun mereka tidak bisa meninggalkan kegiatan mereka masing-masing.
Melihat Claudy yang termenung, Bayu dan Said saling berpandangan, seolah olah mereka bertanya dalam diamnya melalui tatapan mata masing-masing.
Akhirnya Said bertanya karena tidak bisa menahan penasaran.
" Bu Dokter, ada apa? Apa ada masalah? " Tanyanya dengan nada cemas.
Claudy tersadar dari lamunannya dan menatap wajah kedua orang itu yang tampak cemas, melihat wajah cemas mereka yang tampak polos dia tertawa dan berkata " Tidak apa apa, hanya saja melihat kamu dan mas Bayu, aku teringat dengan saudaraku. "
"Apa wajah kami mirip dengan saudaramu? " Tanyanya lagi.
" Bukan mirip, tapi persaudaraan kalian begitu hangat.. meskipun sering berantem, tapi aku tau, kalian saling menyayangi. "
Bayu hanya terdiam, dibibirnya tersungging senyuman tipis, karna dia tidak menyangka Claudy dapat melihat kalau dia sangat menyayangi Said.
Suara azan magrib bergema, tiba-tiba Claudy berfikiran usil dan ingin menggoda Bayu dengan leluconnya. Dia berjalan mendekati pemuda itu, dan berhenti satu langkah di depannya. Sambil menengadahkan kepala karna Bayu lebih tinggi darinya kira-kira 15 cm darinya .Tinggi Claudy sekitar 163 cm, dia menatap wajah Bayu dan berkata "Bersediakah kau menjadi Imamku...? " tanyanya lembut.
Bayu kaget, Said tak kalah kaget mendengar pertanyaan Claudy yang ambigu. melihat mereka yang syok.. Claudy tersenyum dalam hati, kemudian berkata.. "Sudah waktunya Sholat Magrib, bersediakah kamu menjadi imam? kita sholat berjama'ah di sini. Mbok Yem dan Inah juga ikut. Bagaimana dengnmu Said?" tanyanya lagi.
mendengar itu, Said lega,  karna tadi dia berfikir Dokter Claudy akan neminta Mas Bayu menjadi Imam dalam rumah tangganya,
sementara Bayu terlihat agak Kecewa. Dia terus menatap mata Claudy dalam dan lembut dan berkata.. " Aku bersedia" suaranya terdengar begitu lembut.
Sekarang malah Claudy yang berdebar,  ternyata mata itu begitu indah, bulu mata yang lebat dan alis yang rata, wajahnya begitu bersih. 'Pria ini benar benar sempurna' batinnya, sambil tertunduk malu.
Melihat mereka berdua, untuk pertama kalinya Said menyesal dengan keputusannya dirawat di Pustu ini.
Setelah Sholat,  mereka makan malam bersama, Said duduk di kursi roda karna tidak di izinkan untuk berjalan.
Pada saat ini Claudy tidak mengerti dengan hatinya, tiba-tiba saja dia menjadi pendiam, tatapan mata pemuda itu selalu menari di fikirannya,sekali lagi dia mengelengkan kepala dan menepuk kedua pipi nya sambil bergumam "Apa yang ku pikirkan? "
" Apa yang kau fikirkan? " tanya Bayu yang ternyata mendengar perkataannya.
Claudy kaget, tiba-tiba pipinya berubah merah merona seperti pantat monyet.
Melihat itu.. Said berkata.. "Aku benar-benar ditikung " Katanya dengan ekspresi sedih.

Bunga Cinta di Sebuah DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang