Masih ada generasi muda yang menyayangi desa mereka.

346 19 0
                                    

Dalam perjalanan, Bayu memikirkan bahan apa yang akan menjadi topik pembicaraannya. otaknya buntu, padahal waktu kuliah dulu dia selalu menemukan topik pembicaraan yang menyenangkan. mungkin karna pekerjaannya selama ini, dia jadi pribadi yang serius, karna begitu banyak yang harus dia lakukan untuk desa ini selama beberapa tahun ia menjadi kades.
Desa ini dulunya adalah desa tertinggal, penduduk desa pada umumnya hanya sampai tamat pendidikan dasar, dialah penduduk yang pertama menduduki bangku kuliah bahkan satu satunya untuk saat ini.
Semenjak dia menjadi Kades, dia mewajibkan semua anak anak bersekolah, mengusahakan pendidikan Paket AKF, Paket A dan B bagi anak anak yang tidak melanjutkan pendidikan.  Belum lagi mengusahakan Listrik Masuk Desa dan pembangunan jalan, semua itu benar benar menguras pikiran dan tenaganya, sehingga Ia tidak punya pikiran untuk berkelakar seperti dulu. Tapi... saat ini dia benar benar menyesal kehilangan kemampuannya itu.
"Bu Dokter, berapa usiamu? "dari sekian banyak kata-kata yang harus diucapkan dia malah menanyakan usia, dia sampai lupa, bahwa menanyakan usia pada seorang wanita ... kurang pantas.
"22 , kamu? " Dokter itu balik bertanya.
"26 tahun". jawabnya singkat
"26...aku manggil mas Bayu aja ya,!  dan panggil saja aku Claudy" kata claudia sambil tersenyum, sayangnya Bayu tak melihat senyuman itu karna Ia berada di depan.
" Baik" jawab Bayu benar benar singkat, sehingga membuat Claudy merasa agak canggung. 
akhirnya mereka sampai di rumah Pak karman, Rumah yang cukup megah untuk ukuran di desa itu.
"Ini rumah Pak Karman? " tanya Claudy.
"Iya, dia tinggal di sini, tapi bukan rumahnya, Pak Karman menjaga Villa ini, pemiliknya ada di Jakarta. "jawab Bayu.
Mereka memasuki gerbang rumah itu, tempat tinggal Pak Karman ada di belakang, terpisah dari rumah induk, di dalam kamar itu, dia melihat seorang gadis terbaring lemah, tanpa menunggu komando, Claudy langsung memeriksa gadis itu, setelah selesai dia bertanya beberapa pertanyaan pada gadis itu. "Kamu kelas berapa? "
"kelas XI Bu Dokter", Jawabnya agak lemah.
emang cita citanya jadi apa? Tanya Claudy lembut.
"pengen jadi bidan, dan mengabdi di desa ini, soalnya, dokter dan bidan di sini sering pindah, kalau penduduk asli kan gak akan pindah pindah", jawabnya polos.
mendengar itu Bayu tersenyum, bersyukur masih ada generasi muda yang menyayangi desa mereka,
"Kalau begitu, kamu boleh sering sering main ke Pustu, sekalian belajar.  Tapi jangan lupa pelajaran di sekolah, oke.! "
"Beneran Bu Dokter, makasih banyak, aku akan rajin belajar kalau liburan aku ke sana, aku kos didekat sekolah, maklum, Bu.. jauh. " katanya semangat.
Gitu dong.. cepat sembuh ya Tuti, "Kata Claudy.
kemudian, mereka minta izin pulang, karna hari sudah larut malam, Bayu menawarkan diri  mengantar Claudy.
"Sepedaku? " kata Claudy.
"Bisa besok, ini sudah terlalu malam untukmu bersepeda" jawab Bayu.
Akhirnya Claudy diantar pulang. Dalam perjalanan pulang, Bayu merasa udara terlalu dingin, akhirnya dia membelokkan sepeda motornya ke arah rumahnya.
"kita kemana? "Tanya Claudy,
" Udara terlalu dingin, aku akan mengambil Jaket. "katanya sambil mematikan motor.
"Ayo masuk"ajaknya lagi
"Aku di teras saja "Jawabnya singkat.
mendengar ada suara wanita, ibunya bayu bergegas keluar, penasaran. Selama ini putranya tidak pernah membawa seorang wanita kerumah. Matanya berbinar menatap gadis itu, melihat itu, Bayu langsung memperkenalkan Claudy, dari pada ibunya bertanya yang bukan bukan.
"Bu.. ini Dokter Claudy, tadi dari rumah Pak Karman, mengobati Tuti, karna kemalaman, kuantar pulang, singgah sebentar buat ngambil jaket, dingin. "kata Bayu.
"O.... " katanya ibu itu agak kecewa, berharap putranya akan membawa calon menantunya, tapi ternyata bukan. Tapi wajahnya kembali cerah. "Gak apa apa, ini awal yang baik" batinnya.
Tak lama kemudian Bayu keluar membawa Dua buah Jaket. " Pakailah, udara cukup dingin"
Claudy menerimanya agak malu,  dengan enggan melihat kearah Ibu Bayu.
"Iya, pakai saja nak, dingin. " Kata Ibunya Bayu yang mengetahui bahwa Claudy agak malu.
dengan senyuman, Claudy menerima jaket itu sambil mengucapkan terima kasih.
kemudian mereka melanjutkan perjalanan.
Sepeninggalan mereka, Ibunya Berdo'a,  mudah-mudahan ini awal yang baik bagi putranya.

Bunga Cinta di Sebuah DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang