Angkutan Desa

186 12 0
                                    

Ketika Claudy masih dalam keadaan bengong, mamanya kembali ke kamarnya dan mengatakan ada seseorang yang sedang mencarinya, Claudy bergegas ke luar,  ternyata Tuti yang sudah sembuh, dan akan membali lagi ke kosannya,
Setelah Tuti pergi, Papa Claudy bertanya, kenapa Tuti sampai kos, padahal jarak SMA itu tidak sampai 25 km dari sini. lalu Claudy menceritakan tentang keadaan desa ini yang tidak punya angkutan umum, jadi sangat sulit bagi anak anak itu untuk berangkat dari rumahnya.
Papa Claudy mangut manggut mendengar cerita Claudy, kemudian dia terdiam lalu berkata.
" Telfon Bayu gih!. "
" Nggak punya nomornya, Pa...." Kata Claudy dengan senyum yang dipaksakan sambil mengangkat alisnya.
" Udah seharian keluar sama orangnya, tapi nggak punya nomornya.. ck ck ck ck... " Kata Papanya kecewa.
Kemudian Papa Claudy menelfon seseorang . "Halo, Bayu, bisa Om bicara sebentar? "
Claudy yang sedang minum, tersedak karna mendengar papanya menelfon Bayu, bagaimana mungkin, papanya bisa mengenal Bayu dan mengetahui nomornya, padahal mereka tidak pernah bertemu.
Melihat Claudy tersedak, papanya melemparkan pandangan heran.
" Kamu kenapa? "Kata papanya setelah menelfon.
"Nggak apa apa, Pa.. " jawabnya sambil minum lagi.
kemudian Papanya melanjutkan perkataanya "Orang tuanya mengajak kita makan malam di rumahnya, "
Mendengar itu, Claudy kembali tersedak, melihat itu, papanya tertawa geli.
Setelah Magrib, Bayu datang menjemput mereka, tak lama kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah dengan pekarangan yang asri, rumah itu terlihat klasik namun sangat indah dan sangat terawat. di sebelah kiri rumah tampak sebuah kolam renang, dan terlihat juga tempat duduk dan ayunan dipinggir kolam renang tersebut. Di depan rumah, kedua orang tua Bayu menyambut mereka dengan senyum ramah.
Setelah makan malam,  Papa Claudy mengatakan.
" Bayu, tujuan Om ingin bertemu karna, tempat Om bekerja ingin memberikan beberapa angkutan pedesaan sebagai sarana transportasi untuk desa ini, jadi anak anak yang akan pergi sekolah akan lebih mudah, sehingga mereka tidak perlu kos lagi diluar dan bisa tinggal dengan keluarga mereka. " Papa Claudy sengaja menyebutkan pemberian itu dari tempat kerjanya, bukan dari pribadinya.
Mendengar itu Claudy tersenyum, ternyata Papanya punya ide yang cemerlang, Semua Orang pun mengucapkan syukur atas berkah ini.
Bayu menatap Claudy dengan perasaan haru seolah olah berterima kasih, Claudy membalas tatapan itu dengan senyuman sambil menaikkan bahunya seolah olah ia mengatakan ia juga baru tau.
keesokan harinya, lima unit mobil untuk angkutan desa benar benar telah sampai, tertanya Papa Claudy punya koneksi yang baik dengan dealer tersebut. Semua warga sangat gembira, karna mereka tidak akan repot lagi jika akan pergi kemanapun, begitu juga dengan anak anak yang harus kos di luar sekarang bisa tinggal di rumah mereka masing masing, termasuk Tuti dan Said.
Tuti amat senang, dia jadi bisa sering berkunjung ke Pustu tersebut sambil memperhatikan kegiatan Claudy, sepertinya dia benar benar ingin menjadi seorang bidan desa. Begitu juga dengan Claudy, dia juga sangat senang karna rasanya dia memiliki seorang adik, apalagi wajah Tuti yang manis tidak bosan di pandang mata, terlebih dia juga sangat humoris dan selalu membuat Claudy tertawa . Claudy bahkan meminta Tuti memanggilnya dengan sebutan kakak.
Selain itu, Said tak mau kalah, meski tak punya tujuan selain bertemu dengan Dokter Claudy, dia juga sering berkunjung ke sana, dan ternyata Tuti sangat usil dan sering menggodanya, tapi sepertinya Said tidak kesal meskipun dia sering marah pada Tuti.
"Jika kalian terus bertengkar, ntar jodoh lo! " Kata Claudy.
spontan Said berkata. "Nggak, " dan melanjutkan perkataannya "Aku sukanya sama Bu Dokter"
" Dasar tak tau diri, kamu mana pantas sama Bu dokter" celetuk Tuti.
"Lantas aku pantasnya sama siapa? "Tanya Said lagi.
"Sama a... ku.. " jawabnya nyengir sambil menunjuk hidungnya
"Bletak" tiba tiba sebuah gulungan kertas mendarat di jidat Tuti. Tuti pura pura kesakitan sambil mengusap jidatnya yang kena pukulan kertas tersebut. Melihat ulah mereka Claudy tidak bisa menahan tawanya.
Seperti biasa, setiap minggu pagi, Claudy pergi bersepeda, kali ini dia memakai sepedanya yang biasa. sepeda berwarna pink dengan keranjang di depannya. Tiba tiba sebuah mobil melaju kencang disampingnya, karna kaget, dia hilang keseimbangan dan jatuh, ternyata pengemudi itu dapat melihat Claudy yang jatuh dari kaca spionnya, dia berhenti mendadak, keluar dari mobilnya dan mendekati Claudy serta menyodorkan uang seratus ribu rupiah kepada Claudy yang masih duduk dan sibuk melihat goresan di tangannya.
" Nih buat berobat, " Kata laki laki itu.
Claudy melihat uang itu, dan kemudian dia menengadah ke atas dengan kesal, dia melihat seorang pemuda dengan pakaian yang sangat rapi, dan tampak berkelas sementara pemuda itu tampak kaget setelah menatap wajah Claudy yang sangat cantik , dia terdiam, terpaku, terpesona..., Claudy berdiri sambil mengibaskan debu di bajunya.
"Apa kau tak bisa minta maaf" Tanyanya geram.
laki laki itu masih diam membisu, tangannya masih memegang uang seratus ribuan tersebut. melihat itu Claudy malah semakin kesal, dia mengambil sepedanya dan bermaksud akan pergi, tiba tiba pria tadi memegang pergelangan tangannya dan berkata. "Maafkan aku". sekali lagi dia terkejut karna kulit Claudy begitu halus dan amat lembut. Claudy melepaskan tangannya dan segera berlalu, laki laki tadi hendak mengejarnya, tapi... ternyata ban mobilnya kempes, dengan kesal dia berguman.. " Ah.. sial...!  "Katanya kesal sambil menendang bannya dengan kesal. Sementara Claudy telah hilang dari pandangan matanya.

Bunga Cinta di Sebuah DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang