Bagian Tujuh

179 20 12
                                    

Hari ini, Yuki dan Rena berjalan-jalan di sekitar taman. Tentunya, mereka bersama kedua buah hati mereka. Rena menggendong Yuria, sementara Yuki menggendong Yuira.
Mereka duduk di sebuah kursi yang berada di taman, di bawah pohon. Mereka juga membicarakan tentang pekerjaan, dan juga pertumbuhan Yuria dan Yuira yang akan menginjak usia 4 bulan. Kedua bayi kembar itu masing-masing diam dan hanya menggerakkan kedua tangannya yang mengepal, mereka tak rewel sama sekali.

"Rena, aku melupakan tas. Sepertinya, tertinggal di rumah Jurina. Sebelum kemari, aku ke rumah Jurina untuk menjenguk Ayah. Aku ambil tas dulu, ya? Kau tunggu di sini, nanti kita jalan-jalan lagi, ok?"
"Iya sudah, ambil saja. Kemarikan saja Yuira."
"Aku akan membawanya saja, bye…" kata Yuki sambil bangkit dan melangkah pergi.
"Eh? Yuki? Aish… dia ini…" keluh Rena sedikit kesal dengan ulah sahabatnya itu.

***

Yuki masuk ke dalam rumah Jurina, ia menemukan tas miliknya yang tergeletak begitu saja di sofa rumah Jurina. Ia menghela nafas lega, dan mulai berjalan lalu mengambil tas miliknya itu.
Secara bersamaan, Jurina keluar dari dapur membawa botol minuman dan juga camilan. Ia melihat Yuki yang mengambil tas miliknya. Jurina berjalan mendekati saudara angkatnya itu.

"Lain kali jangan lupa membawanya. Kau tahu? Aku hampir membuangnya tadi."

Plak!
Jurina meringis kesakitan, ketika mendapat pukulan di bahunya. Pukulan itu memang menyakitkan. Yuki tak pernah tanggung-tanggung, jika Jurina membuatnya kesal seperti itu.

"Aku akan membunuhmu, jika kau berani melakukannya!" Kata Yuki menatap horor Jurina.
"Aku hanya bercanda, Yuki. Sakit sekali."
"Aku tak peduli."

Lalu, Jurina mengalihkan pandangannya pada sosok bayi mungil yang lucu yang berada di gendongan sang Kakak.
Jurina menatap bayi yang masih polos itu, sejenak wajah bayi itu mengingatkannya pada seseorang yang pernah ada dalam hidupnya.

"Siapa bayi ini?"
"Yuira. Salah satu anak kembar Rena. Lucu, bukan?"

Jurina terdiam. Pantas saja, bayi itu mengingatkannya pada seseorang. Bayi itu anak Rena. Mengingat bayi itu, Jurina juga menjadi ingat dengan lelaki itu. Lelaki yang di lihatnya di mall dan juga di kafe.
Entah kenapa, ia tak suka dengan adanya bayi itu di rumahnya.

"Kau boleh pergi!" Yuki menatap heran adiknya yang berubah menjadi dingin itu.
"Kau kenapa?"
"Tak apa. Bawa bayi itu pergi dari sini, aku tak mau melihatnya lagi di rumah ini." Kata Jurina lagi dengan dingin.
"Kau ini tega sekali dengan Yuira. Dia ini masih bayi, dan kau tak berhak membencinya, karena dia tak tahu apa-apa."
"Sudah sana pergi!" Kata Jurina cepat dan mendorong Yuki.

Yuki tersentak, hampir saja Yuira jatuh dari gendongannya karena ulah Jurina itu. Yuki heran, kenapa Jurina membenci Yuira? Padahal, Yuira masih bayi yang polos dan tak mengerti apa-apa, tapi kenapa adiknya itu begitu membenci Yuira?

"Jika Yuira celaka, aku akan membunuhmu, Jurina!" Kata Yuki dengan menatap tajam ke arah adiknya.
"Dia tak apa-apa, bukan? Dan dia tidak cidera. Jadi, bawa bayi itu pergi dari sini."
"Aku juga ingin pergi. Ayo sayang, jangan dengarkan apa kata Tante itu." Ucap Yuki dengan sinis.

***

Yuki mengambil buah Apel yang terdapat di pusat perbelanjaan. Apel yang begitu indah dan mungkin akan sangat manis, jika di makan. Di sampingnya, Rena juga memilih buah-buahan. Setelah mereka membeli perlengkapan sehari-hari untuk Yuira dan Yuria, kini mereka pergi untuk membeli buah-buahan dan beberapa sayuran segar.
Yuki akan makan malam dengan Rena malam ini, dan juga membantu Rena untuk memasak. Kemungkinan, Yuki akan menginap di rumah Rena, karena besok hari minggu. Toh, Yuki pasti bisa membantu Rena mengurus kedua anak kembarnya. Rena mengijinkannya, dan Yuki akan tidur dengannya.
Sementara ranjang bayi Yuria dan Yuira juga berada di dalam kamar Rena. Itu karena Rena tak susah-susah keluar kamar, ketika Yuria atau Yuira menangis di malam hari. Dan Yuki, mungkin bisa membantunya, jika kedua anak kembar itu menangis.

Setelah itu, mereka pulang. Membawa banyak barang belanjaan. Di rumah Rena, Yuki juga membantu Rena untuk mengurus kedua bayi kembar itu. Memandikan dan juga memakaikan baju untuk keduanya.
Yuki juga membantu Rena memasak di dapur, setelah itu mereka makan bersama. Sementara Yuira dan Yuria berada di kereta bayi. Keduanya tampak tenang dan tak menangis sama sekali.

"Terima kasih, Yuki. Kau sudah mau membantuku."
"Sama-sama. Aku senang, bisa membantumu dan juga mengurus kedua anak kembarmu. Iya, itung-itung untuk belajar, jika suatu saat nanti aku mempunyai anak. Apalagi anak yang lucu seperti kedua anak kembarmu."

Rena tersenyum mendengarnya. Kemudian, mereka diam untuk melanjutkan makanan mereka yang belum habis.
Setelah itu, Yuki kembali membantu Rena untuk mencuci piring-piring yang kotor.

"Yuki, kau lebih memilih menikah dengan seorang lelaki atau perempuan?" Tanya Rena penasaran.
"Ehm… aku menyukai keduanya. Tapi, siapa pun di antara mereka yang berhasil membuatku jatuh cinta, aku akan memilihnya. Entah itu perempuan atau laki-laki."
"Begitu, ya…"

Yuki hanya tersenyum, kemudian mereka bersantai di sofa ruang tamu. Sambil menidurkan kedua bayi kembar Rena yang telah mengantuk.

"Kau sendiri pernah bilang kepadaku, jika kau menyukai perempuan. Tapi, kau menikah dengan laki-laki."
"Itu karena aku di jodohkan." Kata Rena membalas.
"Iya memang benar. Ketika aku mendengarnya, rasanya aku ingin melakukan operasi untuk mengubah genderku… hahaha…." Canda Yuki sambil tertawa.
"Untuk apa?"
"Menikahimu… hehe…"
"Aku tak menyukaimu, bodoh!"

Yuki kembali tertawa mendengarnya. Konyol memang, jika ia melontarkan candaannya itu kepada Rena. Toh, Rena juga menyukai perempuan. Jadi, Yuki tak perlu repot-repot untuk operasi.

"Memang kenapa kau ingin operasi?" Tanya Rena penasaran. Sepertinya ia menganggapnya serius.
"Hanya ingin menjadikanmu seorang wanita normal… hahaha…"
"Dasar!" Yuki kembali tertawa.

"Rena, aku hanya kasihan kepadamu. Jika kau mendapatkan laki-laki yang baik. Bukankah itu bagus? Dia bisa membantumu untuk mengurusi kedua anak kembarmu."
"Tak perlu, Yuki. Aku masih ingin sendiri."
"Baiklah. Aku tak akan memaksa."

Setelah itu, mereka masuk ke dalam kamar. Membaringkan kedua bayi kembar Rena yang telah terlelap tidur. Yuki sangat gemas dengan wajah tidur kedua bayi itu. Begitu menggemaskan.
Yuki dan Rena kemudian duduk di ranjang milik Rena, sambil melanjutkan pembicaraan mereka yang tertunda.

"Kau tahu, Rena? Sebenarnya… dulu aku pernah berpikir untuk membawa Jurina ke rumah sakit! Aku ingin dia mengubah gendernya itu." Kata Yuki sedikit kesal. Terbukti dari suaranya.
"Kenapa?" Tanya Rena penasaran.
"Ulahnya yang selalu bergonta-ganti pacar perempuannya itu membuatku gemas. Ingin sekali aku memberinya pelajaran, dengan cara mengubah gendernya itu."

Rena tertawa mendengarnya. Yuki memang gila, seperti itu saja membuatnya gemas dengan adiknya itu.

"Jika dia laki-laki… bukankah akan menjadi lebih buruk lagi? Bagaimana jika ia mempunyai banyak kekasih?" Tanya Rena membuat Yuki menggaruk lehernya yang tak gatal sama sekali.
"Kau ada benarnya juga, Rena. Tapi, beruntungnya aku tak jadi melakukannya." Rena kembali tersenyum.
"Kau ini ada-ada saja, ya.."
"Jika Jurina laki-laki, aku akan menikahkan dirinya denganmu!" Kata Yuki dengan mantap.

Rena terbelalak kaget. Bagaimana mungkin? Jurina saja adalah orang yang sudah pernah melukainya dulu. Jika Jurina laki-laki, bukankah akan bertambah parah? Bagaimana jika dia menduakan cintanya lagi seperti ketika itu? Rena tak mau lagi untuk di sakiti yang kedua kali oleh orang yang sama.

"Kenapa?" Tanya Rena lagi.
"Karena kalian sangat cocok. Kalian seperti cocok menjadi sepasang kekasih, daripada aku melihatnya dengan Mayu."
"Itu tidak mungkin, Yuki."
"Mungkin saja, Rena."

Rena hanya tersenyum. Walau bagaimana pun juga, Yuki tak tahu jika Jurina yang telah menyakitinya dulu. Jadi, ia memakluminya. Ia masih tak mau bercerita dengan Yuki yang sebenarnya. Apalagi, setelah mengetahui jika Yuki adalah Kakak angkat dari Jurina.
Rena hanya tak mau, jika ia merusak hubungan antara Yuki dan Jurina. Bagaimana pun, mereka adalah saudara.

TBC

ComeBack To Me Again! (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang