Bagian Sebelas

177 17 3
                                    

Semua orang sibuk membicarakan tentang liburan. Jurina baru saja mengatakan, bahwa dia akan liburan dan ia akan membawa para karyawannya. Dan itu membuat mereka sangat senang. Setidaknya, mereka tak perlu lagi menguras otak mereka untuk pekerjaan. Mereka memang butuh liburan untuk menenangkan pikiran mereka. Dan Jurina sungguh sangat pengertian. Mereka sangat mengagumi bos baru mereka tersebut.
Yuki juga sangat senang mendengarnya. Ia tak henti-hentinya tersenyum, sementara Rena yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya yang seperti anak kecil itu. Begitu lucu.

"Rena, ternyata dia mendengarkan nasehatku juga." Kata Yuki tersenyum senang.
"Ya syukurlah kalau begitu."

Yuki mengangguk mendengarnya. Ia begitu senang, karena sang adik mau mendengarkan nasehatnya. Setidaknya, liburan itu untuk membuat Jurina tenang. Melupakannya dari masalah-masalah yang selama ini terjadi.

"Yuki, tapi aku tak bisa meninggalkan anakku. Bagaimana?" Tanya Rena. Sejujurnya dia khawatir dengan Jurina yang tidak akan menyetujuinya membawa kedua putri kembarnya.
"Ehm… ya juga iya. Nanti coba saja kau bicara pada Jurina. Aku yakin, dia akan mengerti kondisimu."
"Baiklah."

***

Rena berjalan ke arah toko. Rena belum pulang, ia menyempatkan untuk membeli popok bayi. Rena juga membeli beberapa bahan dapur yang habis.
Setelah membayar, Rena keluar. Di sana, ia tak sengaja bertemu dengan Yuichi.
Rena menyapa lelaki itu dan di balas oleh Yuichi. Yuichi mendekat. Di tangannya terdapat sebuah kantong, entah apa isinya. Namun sepertinya ia baru saja berbelanja.

"Kau membeli apa, Rena?" Tanya Yuichi.
"Aku membeli popok bayi untuk kedua bayiku. Lalu kau sendiri?" Rena bertanya balik.
"Sama. Paruru meneleponku tadi untuk membeli popok bayi untuk Yui. Jadi, aku menyempatkan kemari."
"Kau suami yang sayang pada istri, ya? Aku yakin, Paruru sangat beruntung memiliki suami sepertimu."
"Kau bisa saja."

***

Jurina membayar semua barang yang baru saja ia beli di sebuah minimarket. Jurina keluar dan memasukkan barang belanjaannya ke mobil. Jurina baru saja pulang dari kantor. Wajahnya begitu kusut karena lelah bekerja.
Setelah sang Ayah meninggal, Jurina begitu berkutat dengan pekerjaannya. Seolah, mencoba menghilangkan beban pikirannya dengan bekerja. Jurina pikir, hanya itu satu-satunya cara untuk melupakan masalahnya. Hingga Yuki memberitahu, bahwa ia harus liburan untuk menenangkan pikirannya. Dan akhirnya Jurina menyetujuinya.

Ketika akan masuk mobil, Jurina melihat dua orang yang ia kenal di seberang jalan. Di sebuah Toko. Jurina memperhatikan orang itu dan ia terkejut. Itu Rena! Dan lelaki yang waktu itu di pukulnya. Mereka berdua tersenyum lepas tanpa ada beban sama sekali.

"Cih! Kenapa lelaki itu bisa tersenyum, setelah apa yang ia lakukan di belakang Rena? Suami macam apa dia ini!" Kata Jurina dengan ketus, menatap tajam lelaki itu.

Jurina memperhatikan Rena yang juga tersenyum. Ia mendesah, kenapa Rena begitu sangat polos? Kenapa Rena selalu percaya pada lelaki itu? Sama persis seperti ketika Jurina selingkuh di belakang Rena, ketika SMA dulu. Rena sangat polos di bohongi.
Jurina kesal. Harusnya, Rena tak sepolos itu. Bagaimana bisa wanita itu sangat polos mempercayai lelaki itu? Jurina tak habis pikir dengan pikiran Rena sama sekali.

Jurina menyebrang jalan, ia menghampiri Rena dan lelaki itu dengan perasaan kesal. Dan kemudian, Jurina kembali memukul pipi lelaki itu serta menatapnya tajam.
Rena terkejut dengan apa yang ia lihat. Rena segera menolong Yuichi, ia melihat Jurina menatap Yuichi dengan tajam.

"Kau lagi?!" Yuichi tak habis pikir. Kedua kalinya gadis itu memukulnya, dan tanpa ada alasan yang jelas.
"Eh? Maksudnya?"
"Dia yang memukulku, Rena." Kata Yuichi.

Namun, Jurina tetap menatap Yuichi dengan tajam. Seolah tak peduli dengan apa yang mereka katakan.

"Jurina-san cukup! Kenapa kau memukul Yuichi?" Tanya Rena tak percaya.
"Dia lelaki bajingan, Rena."
"Mungkin kau salah paham, Jurina-san." Kata Rena lagi.
"Tidak. Dia itu lelaki kurang ajar!" Balas Jurina lagi.

Jurina ingin memukulnya lagi, namun Rena segera menghentikannya. Jurina marah tanpa alasan yang jelas, dan itu membuat Rena sangat kesal.

"Hentikan! Kau ini kenapa? Bisakah kau tak memukul Yuichi lagi? Kau marah tanpa alasan yang jelas, Jurina-san." Kata Rena kesal.
"Tanpa alasan? Dia ini laki-laki hidung belang!"
"Hentikan, Jurina-san! Lebih baik kau pulang, aku yakin kau salah paham. Tenangkan dirimu. Pulanglah!"
"Kau akan menyesal, Rena!"

Jurina berbalik dan melangkah pergi. Ketika ia akan menyebrang jalan, Jurina menoleh ketika melihat Rena yang mengerang sambil memegang perutnya. Jurina terkejut. Lelaki itu membantu Rena untuk berjalan ke mobilnya.

"Apa Rena hamil?" Tanyanya tak percaya.

***

"Kau kenapa, Rena?" Tanya Yuichi. Mereka sedang berada di perjalanan pulang.
"Aku hanya masuk angin saja. Terima kasih sudah mau menolongku."
"Owh… begitu. Rena, apa kau mengenal gadis tadi?"
"Dia atasanku di kantor."
"Eh… dia pemilik perusahaan Matsui?"
"Iya." Kata Rena mengangguk.

Yuichi mendesah. Tak menyangka, jika gadis yang marah dan memukulnya itu juga salah satu anak pemilik perusahaan terkenal di Nagoya.
Tapi yang Yuichi tak mengerti, kenapa gadis itu marah dan memukulnya. Setahu Yuichi, dia tak pernah mempunyai masalah dengan perusahaan mana pun. Apalagi membuat ulah yang merugikan anak orang lain.

"Kenapa dia marah kepadaku?" Tanya Yuichi tak mengerti.
"Aku juga bingung. Tapi mungkin dia salah paham, nanti aku akan mencoba bertanya kepadanya." Yuichi mengangguk menyetujui.

***

Jurina harus menuruti Yuki malam ini. Tiba-tiba Kakaknya itu menariknya pergi keluar, membeli beberapa bahan dapur dan juga sebuah kue. Tapi, mood Jurina sekarang sedang buruk.
Bagaimana tidak. Rena lebih memilih laki-laki itu, dan tidak mendengarkan ucapannya. Dan lagi, kenapa Rena memegang perutnya tadi? Apa Rena hamil? Dan itu alasan Rena mempertahankan laki-laki sialan itu? Jurina benar-benar tak habis pikir, bagaimana jika Rena benar-benar hamil? Tidak. Jurina tak mau itu terjadi.

"Jurina, kenapa kau diam saja?" Tanya Yuki.
"Aku baik-baik saja."
"Ayolah… buang dulu masalahmu. Temani aku memilih kue ini."
"Beli pizza saja kalau begitu." Kata Jurina menyarankan.
"Ish… memangnya Rena suka?" Tanya Yuki sedikit kesal.

Jurina sedikit mengkerutkan keningnya, ketika Yuki mengatakan bahwa kue itu ia beli untuk Rena. Ah… Jurina ingat, bukankah mereka berteman baik? Wajar saja jika Yuki perhatian dengan Rena dan juga sebaliknya. Tapi, itu membuat Jurina sedikit cemburu. Yuki bisa dekat dengan Rena, namun dia tak bisa sedekat itu dengan Rena.

"Memangnya untuk apa kau membeli kue untuk Rena?" Tanya Jurina penasaran.
"Rena sedang mengidam!" Jawab Yuki dengan asal.
"Eh?"

Namun Yuki diam, tapi masalahnya Jurina menganggapnya serius. Ia masih ingat, ketika Rena memegang perutnya tadi dan merintih. Ia menduga, bahwa Rena benar-benar sedang hamil. Dan itu alasan Rena untuk mempertahankan laki-laki itu.

Apa dia memang sedang hamil?

Jurina tak habis pikir. Ini membuatnya kembali mendesah dan perasaan takut menyelimutinya. Ia takut, jika Rena tersakiti karena lelaki itu.

Rena!

Yuki memperhatikan Jurina yang mendadak diam, ia menggelengkan kepalanya dan segera menarik pergelangan tangan adiknya itu. Jurina suka berhenti tiba-tiba membuatnya kesal.

"Ayo!"
"Eh... iya iya!" Balas Jurina dengan malas.

TBC

ComeBack To Me Again! (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang