Bagian Sepuluh

205 17 3
                                    

Bugh!

Dengan keras, Jurina memukul orang itu. Tanpa ada sepatah kata pun yang terucap, ia langsung saja memukul orang itu.
Lelaki tampan itu terkejut, ketika melihat Jurina yang menatapnya tajam. Lelaki itu menatap bingung Jurina, sementara Jurina memandang sinis ke arahnya. Lelaki itu tak mengerti, kenapa Jurina memukulnya. Bahkan, ia tak mengenal Jurina sama sekali dan dengan seenaknya, Jurina memukulnya seperti ini.

"Kenapa kau memukulku? Siapa kau?" Tanya lalaki itu tak mengerti.
"Lelaki keparat! Beraninya kau berbuat seperti ini!" Kata Jurina dan ia memukul lagi lelaki itu.
"Tunggu! Mungkin, kau salah paham!"
"Salah paham apa? Kau kurang ajar! Tak bertanggung jawab!"

Sementara perempuan yang bersama lelaki itu, langsung menolong suaminya. Ia tak mengerti, kenapa suaminya di pukul oleh seorang gadis yang sama sekali tak mereka kenal. Dan entah apa maksud ucapan dari gadis itu.

"Hei! Tolong hentikan!" Kata perempuan itu sambil membantu suaminya.
"Perempuan jalang!" Kata Jurina emosi.
"Eh?"
"Hei! Kita tak tahu siapa kamu! Dan jangan berkata kasar seperti itu!" Balas lelaki itu dengan tajam. Mengabaikan rasa luka di bibirnya.
"Jangan berlagak bodoh! Dasar bajingan!"

Jurina pergi dan memandang jijik ke arah lelaki itu dan istrinya.
Kemudian, sang istri membantu suaminya yang sedikit terluka di bagian bibir. Ia membantu untuk mengobati luka di bibir suaminya.

"Kenapa dia marah-marah dengan kita?"
"Aku tak tahu, Paruru. Aku juga bingung. Mungkin, dia salah paham." Kata Yuichi.
"Baru kali ini ada orang yang memanggilku 'Perempuan Jalang'. Tapi, apa maksudnya? Dan aku bahkan tak tahu apa salahku?"

Yuichi memeluk erat tubuh sang istri. Wajar jika dia kecewa, tanpa ada angin atau hujan, ada orang yang mencaci maki dirinya. Dan itu membuatnya sangat sakit hati, ketika orang itu memanggilnya dengan sebutan 'Perempuan Jalang'.

"Jangan dengarkan! Kau adalah perempuan hebat, yang pernah aku kenal. Anggap saja, jika dia salah paham. Bagiku, kau adalah salah satu perempuan yang sangat sempurna. Jadi, lupakan apa yang di katakan perempuan tadi. Jangan sedih, ya?" Kata Yuichi dengan lembut, lalu mengecup singkat bibir istrinya.
"Iya. Mungkin kau benar, dia salah paham."

Yuichi tersenyum dan hanya mengangguk. Kemudian, mereka melanjutkan makan malam mereka yang sempat tertunda.

***

Mayu tak mengerti, kenapa wajah Jurina begitu sangat marah, setelah keluar dari kafe. Seperti kecewa. Tapi, apa yang membuat Jurina kecewa seperti ini? Sedari tadi, Jurina hanya diam dan mengemudikan mobil dalam keadaan tidak tenang. Mayu hanya khawatir, jika mereka akan menabrak sesuatu, karena Jurina tak fokus dalam menyetir.
Ia sudah bertanya berkali-kali, namun Jurina tetap diam dan tak sedikit pun berkata. Entah itu fokus menyetir atau justru ke pikirinnya?
Jurina menghentikan mobilnya. Kini, mereka sampai di apartemen Mayu. Mayu diam sejenak, kemudian memandang Jurina. Ia membelai wajah Jurina dengan lembut. Mencoba menenangkan perempuan itu yang tengah dalam kondisi kacau.

"Jurina, kau kenapa?" Tanyanya dengan lembut.
"Aku tidak apa-apa, Mayu. Kau harus istirahat sekarang, aku ingin pulang." Kata Jurina dengan datar
"Baiklah. Aku tidak akan memaksa kali ini. Hati-hati di jalan, jangan menyetir dalam kondisi pikiranmu yang sedang kacau. Aku tak mau terjadi sesuatu kepadamu."

Jurina hanya mengangguk untuk membalas ucapan Mayu. Seolah enggan untuk mengeluarkan kata-kata. Jurina sangat malas dengan kejadian di kafe tadi, rasanya hatinya tak tenang. Pikirannya hanya tertuju pada Rena.
Setelah Mayu keluar, ia kembali mengemudikan kendaraannya dan tetap saja ia memikirkan Rena. Rasanya tak akan hilang sama sekali. Rena kembali hinggap di pikirannya. Seolah menghantui dirinya.

"Aku tak percaya dengan lelaki itu. Bisa-bisanya dia selingkuh! Bagaimana dengan Rena? Ku harap, lelaki itu tak membuat Rena sedih sepanjang hari. Rena harusnya menjadi milikku saja!" Katanya tanpa di saring sama sekali.

Walau bagaimana pun juga, Jurina masih mencintai Rena. Rena masih ada di dalam hatinya. Seolah, tak akan pernah pergi.
Jurina pernah mencoba melupakan Rena, namun ia tak bisa. Rena selalu berhasil menghantui dirinya dan tak pernah pergi. Membuatnya begitu mencintai Rena.

"Aku khawatir dengan Rena. Rena, aku harap kau tak kecewa setelah ini. Aku harap, lelaki itu meminta maaf kepadamu karena telah mengecewakanmu."

***

Rena menitipkan Yuira dan Yuria kepada Paruru. Ia bahkan melihat Yuichi yang akan berangkat ke kantor. Namun, ia melihat luka di sekitar bibir Yuichi. Rena bingung, kenapa Yuichi memiliki luka seperti itu. Setahu Rena, Yuichi orang yang baik dan tak pernah terlibat dalam masalah apa pun. Tapi, kenapa luka itu seolah Yuichi dapatkan dari seseorang yang memukulnya?
Rena yakin, Yuichi tak memiliki musuh sekali pun. Tapi, kenapa luka itu bisa di dapatkan oleh Yui?

"Kenapa dengan suamimu? Bibirnya seperti terluka?" Kata Rena menebak.
"Itu karena semalam ada seorang gadis yang tiba-tiba memukulnya. Mungkin, dia salah paham." Balas Paruru.
"Eh? Siapa perempuan itu?" Tanya Rena lagi.
"Aku dan Yuichi juga tidak tahu. Tapi sudahlah, Rena. Aku tak mau mengingatnya lagi."

Rena diam sejenak, kemudian sedikit mengangguk dengan ucapan Paruru. Tak mau lagi meneruskan pertanyaannya. Sepertinya, Paruru tengah marah saat ini. Itu terbukti, ketika ia melihat ekspresi wajah Paruru dan juga mendengar suara Paruru yang menggeram.

"Aku titip si kembar kepadamu." Kata Rena sambil tersenyum.
"Aku akan menjaga mereka dengan baik."
"Terima kasih."

***

Jurina menatap Rena yang tengah serius bekerja. Ia menghela nafas, dan sedikit merasa iba. Rasanya, Jurina tak sanggup untuk menceritakan semuanya. Jurina hanya bisa diam, tak bisa bercerita dan tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Jurina tak mau, jika Rena sakit hati atau terluka.
Rena tak tahu apa-apa, dan itu yang membuat Jurina merasa bersalah. Apa ia harus menceritakannya atau tidak? Namun, Jurina tak mau jika Rena sakit hati. Jurina tahu, betapa lemahnya hati Rena. Jadi, Jurina tak tega untuk membuat Rena sakit. Terakhir kali Rena terluka saja, membuatnya merasa bersalah setengah mati, apalagi jika ia menceritakan semuanya yang terjadi.

"Rena, kasihan sekali kau." Katanya lirih.

Namun perempuan yang ia tatap, masih serius dalam pekerjaannya. Sebentar lagi, jam istirahat akan tiba dan Jurina sudah berada di luar ruangannya. Karena dia atasan, tak akan ada yang berani menegurnya sama sekali. Terkecuali Yuki, mungkin.

"Jurina?" Jurina terperanjat, ketika mendengar suara seseorang memanggilnya.
"Yuki?"
"Ada apa kau di sini? Sedang memperhatikan apa kau di sini?" Tanya Yuki.

Yuki menoleh, ia melihat Rena yang masih serius dalam pekerjaannya. Yuki menatap Jurina tajam. Sepertinya, Yuki mengira jika Jurina mengincar Rena. Atau perasaannya benar, jika ada sesuatu di antara adiknya dan Rena. Sejak kejadian di parkiran waktu itu, Yuki memang belum sepenuhnya yakin dengan penjelasan Rena.
Yuki masih menaruh curiga, jika Jurina dan Rena mempunyai hubungan.

"Kenapa memperhatikan Rena?" Selidik Yuki.
"Sok tahu! Siapa yang memperhatikan Rena? Aku sama sekali tak peduli dengannya! Sudahlah, aku pergi dulu!" Kata Jurina. Mencoba menghindari tatapan penuh selidik dari Yuki dan membiarkan sang Kakak diam, namun menaruh curiga dengannya.

"Aku sangat yakin, jika ada sesuatu yang terjadi pada mereka. Tapi, apa?"

TBC

ComeBack To Me Again! (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang