Rumah Sakit

70 5 0
                                    

Cinta itu dapat mengubah sifat seseorang bagaikan obat

~quotes asal

🍒🍒🍒

Seminggu kemudian..
Gadis bertubuh mungil ini masih terbaring lemah di rumah sakit. Lelaki yg sebaya dengannya tengah duduk menggenggam tangannya, menunggu gadis itu siuman. Tak lama tangan gadis itu bergerak, si lelaki memanggil suster.

Lelaki itu, Rafi, segera keluar ruangan untuk menunggu Alin diperiksa. Diluar juga ada Salma, Amri dan Putra yg menunggu dgn cemas.

Alin mengalami koma selama seminggu ini, karena rupanya Ajeng menggores juga pelipis dan kepalanya dengan goresan yg dalam sehingga Alin mengalami pendarahan hebat di kepalanya.

Selesai diperiksa, Rafi dkk masuk ruangan tersebut, dan tersenyum cerah. Kini Alin telah siuman.

"Ya Ampunn Alinn kngn bngttttt" Salma histeris lalu memeluk Alin.

"Hush! Berisik lo! Alin baru siuman jgn dibuat kaget liat muka lo yg kayak sapi." Sahut Amri.

"Dihh paansih lo. Pulang aja sana!"

"Pasutri ni berantem trs ya! Inget Jua sm Niko oy!" Ucap Putra yg tidak tahan melihat Amri dan Salma selalu bertengkar setiap bertemu.

"Bukan gitu put, nih babang Rafi daritadi ga punya kesempetan. Eh." Kata Amri lalu melirik Rafi yg sedari tadi diam.

"Mmm, apaansih kok ribut bngt kalian! Dan.. kok gw bisa disini?" Tanya Alin akhirnya.

"Lo koma seminggu sob." Jawab Putra.

"Kok bisa?" Tanya Alin polos.

"Lo disekap Ajeng. Trs dia bikin goresan di muka sm pala lo smpe pecah. Ya trs gitu dah kita tolongin tp doi lo itu agak telat mnggil polisi, jd lo keburu kesiksa." Jwb Putra lagi, agak ceplas ceplos.

"Iya, maaf ya. Soalnya waktu itu bokap gw ngabarin klo adek gw rupanya satu sekolah sm gw, trs bokap gw dpt nomor hp nyokap gw yg bru. Trs gw ketemuan dlu sm nyokap, eh ga taunya Putra nyamperin, Teriak-teriak pula. Padahal gw belum sempet tau nama adek gw." Cerita Rafi, tersenyum.

"Lah, emng lo ga tau nama adek lo sndiri?" Amri mengangkat sebelah alisnya.

"Pas waktu kecil kan emg org itu daya ingatny msh rada blur kek cintaku padamu, eaa." Jawab Putra mewakili.

"Apa sih lo, bucin!" Alin tertawa.

"Btw makasih ya guys, udh mau jadi sahabat gw. Ga nyangka bngt ada yg mau temenan sm gw yg kayak gini hehe."  Lanjut Alin.

"Lo yakin yg ini sahabat lo?" Putra menunjuk Rafi dgn beraninya. Rafi hanya menepis tangan Putra yg mengganggu pandangannya.

"Ya iyalah, emg maunya apa?" Tanya Alin. Semuanya hanya melongo, kecuali Alin yg memasang wajah bingung.

"Umm gini ya..." ucap Amri lembut, namun terpotong omongan barbar Putra.

"Dia kan suka sm lo aelah gimana sih. Biasanya cowok yg ga peka eh ini ceweknya."

Amri menepuk kepala Putra,
"Frontal amat sih lo, ga pake strategis sm sekali." Bisiknya.

"Biarin, kelamaan njir." Ucap Putra santai.

Alin bangkit, lalu berjalan menuju jendela kaca utk melihat pemandangan. Kepalanya masih agak pusing, dan ia hampir terjatuh. Rafi merangkulnya dan membawa Alin untuk duduk di ranjang yg Alin tempati selama seminggu ini.

"Lo ga usah kemana-mana dulu, lo belum fit, apalagi baru siuman gini." Ucap Rafi pelan, namun teman-temannya dapat mendengar itu.

"Seorang Rafi kanebo kering bisa romantis jg, ya." Putra terbahak.

"Ga lucu njir." Rafi salah tingkah.

"Eh btw, nyokap lo bilang lo harus pindah darisini... tp terserah lo mau kemana." Ucap Salma pada Alin yg sedari tadi sepertinya ragu untuk membicarakannya.

Rafi tertunduk lesu. Putra yg sedari tadi mengoceh menjadi diam seribu bahasa. Amri hanya memasang wajah datar.

"Hm, sprtinya aku mau ke Jakarta." Ucap Alin mantap.

"Jauh amat, di Bandung kan banyak SMA." Sahut Putra.

"Iya, tapi ada suatu hal yg mengharuskan aku kesana."

"Siapa?" Tanya Rafi penasaran.

"Aku belum siap cerita sekarang." Alin tersenyum tipis. Yg dia mksd adalah Aca. Alin tahu jika ia memberitahu skrg, Rafi akan kecewa besar.

"Plis deh cerita sekarang tan, mati penasaran ntar nih anak." Putra menepuk bahu Rafi.

"Udah ga usah dipaksa, hm ya udah deh. Kata dokter, lusa km boleh pulang." Rafi tersenyum manis.

Amri tiba-tiba menarik tangan Salma, menuju keluar ruangan.

"Ehh, apa nih woy ga bagi pj." Ucap Putra.

"Diem dulu dah lo." Amri ketus.

🍒🍒🍒

"Ih apa sih lo tiba-tiba, tobat dlu lah sifat playboy lo itu! Jua udh cukup baik buat lo." Kata Salma ketika ia dan Amri berada di lorong rumah sakit.

"Lo sama aja kek Putra! Ga usah sok nyinyir, gw syg Jua kok!" Ucap Amri kesal.

"Gw bawa lo kesini krn pgn ngomongin hal penting tanpa gangguan Putra lambe."

"Kenapa? Masalah Rafi Alin?"

"Tau aja lo." Amri tersenyum.

"Ga usah sok genit! Lgsg aja, ck."

"Susah ya ngomong sm elu! Apa-apa dibilang genit." Amri menepuk dahinya.

"Sebenernya, lo tau ga sih penyebab Alin pengen ke Jakarta?" Suara Amri mulai memelan.

"Kayaknya sih, gara-gara Aca." Jawab Salma cuek.

"Hah? Siapa Aca?"

"Dia itu ibf Alin. Temen internet gitu mksdnya. Tapi care bngt, tiap hari ngepeduliin Alin. Ditelpon jam 2 malem aja diangkat." Amri hanya melongo mendengarnya.

"Lah, gw kira selama ini temen dia cuma elu. Tau sndiri Alin ansos bngt."

"Iya, tp dia nganggep lo sm Putra tmn, lho! Gw aja sempet heran, pdhl lo pada aja kek org dongo gini."

"Ternyata dia bnyk menyimpan rahasia, ya. Elegan gitu."

"Hm, lo ga boleh bilang sama siapa-siapa apalagi Putra or Rafi. Ini rahasia kita aja ya."

Amri pun menodongkan jari kelingkingnya.

"Kek bocah hehe." Kata Salma, namun ia menyambut jari kelingking tersebut.

🍒🍒🍒






Maaf pendek :v

Vote and comment biar aku semangat lanjutin next part ^^

Satu vote kalian sangat berarti T_T

TIAP DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang