Prolog

1.8K 80 1
                                    

Selamat datang di cerita Naraga<3
Happy Reading!

Seorang siswa SMA dengan seragam yang sengaja dikeluarkan dan jaket hitam yang membaluti tubuhnya, nampak tengah berjalan dengan langkah yang terburu-buru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang siswa SMA dengan seragam yang sengaja dikeluarkan dan jaket hitam yang membaluti tubuhnya, nampak tengah berjalan dengan langkah yang terburu-buru.

Naraga Sailendra Kusuma, nama siswa itu. Dia baru saja dikabari oleh teman ah mungkin sahabatnya, jika mereka dipanggil oleh guru BK. Hal ini terjadi karena buah dari tawuran yang mereka lakukan dengan sekolah sebelah.

SMA Cakrawala merupakan musuh bebuyutan dari SMA Bhakti. Entah apa penyebabnya, yang mereka tahu adalah Raga, sang pentolan SMA Bhakti yang tak lain ketua dari geng Rajawali merupakan musuh bebuyutan dari pentolan SMA Cakrawala yang memegang jabatan sebagai ketua The Lion, yaitu Ardhito Cakra Kusuma.

Yang masih menjadi rahasia adalah keduanya menyandang marga Kusuma di belakang nama mereka. Keduanya belum menjelaskan apapun perihal hal tersebut. Namun, banyak yang berspekulasi bahwa hal itu terjadi hanya kebetulan semata.

"Ga, cepetan elah! Lo ditanyain pak Budi, udah mencak-mencak dia, gue yang kena semprot tau," suara di seberang sana terdengar kesal.

"Bacot, Bim!" Raga memutus sepihak sambungan teleponnya.

Jika saja tadi ia tak menjadi pahlawan untuk mengantarkan salah satu siswi SMA Cakrawala. Mungkin dirinya tidak akan terlambat seperti ini. Tapi tak apa, toh ia menjadi semakin dekat dengan gadis cantik bernama Mikayla yang ia temui di pusat perbelanjaan itu.

Raga masih berjalan dengan langkah terburu-buru sembari mengetikkan pesan pada seseorang, yang tak lain adalah gadis yang tadi ia antar. Cowok itu sampai tak sempat memperhatikan langkahnya, hingga Raga tak menyadari jika di depannya ada seorang siswi yang berjalan dengan tergesa sembari membawa peralatan melukisnya.

Bruk!

"Shit!"

Siswi yang ditabrak oleh Raga itu tampak meringis, ketika melihat cat yang akan ia gunakan untuk mengkuti lomba melukis sudah berceceran di lantai.

"Jalan tuh pake mata!" bentak Raga emosi.

"Maaf. Tapi kamu juga jalan sambil main hape," kata siswi itu sembari masih menunduk.

"Lo nyalahin gue?!"

"Enggak gitu. Aku juga salah, aku buru-buru mau ke aula, lombanya sebentar lagi mau dimulai."

"Emang lo pikir gue peduli?" Raga menaikkan sebelah alisnya sembari menilik siswi itu dari atas sampai bawah.

Siswi itu menunduk takut-takut mendengar jawaban ketus dari Raga. "Maaf," katanya pelan. "T-tapi aku boleh minta tolong buat ambilin cat warna hijau dan kuning di ruang seni? Aku takut didiskualifikasi," pintanya takut-takut.

Raga melirik name tag bertuliskan Sabina Reyuji Athaya itu. Siapa cewek ini? Apa dia tidak tahu siapa Raga sampai berani menyuruhnya seperti ini?

Sadar jika Raga melirik ke arah dadanya, sisiwi bernama Sabina itu refleks menyilangkan tangan ke dadanya. "K-kamu ngapain?"

Raga yang mengerti atas tuduhan Sabina sontak melotot. "Gue cuma liat nama lo," katanya sewot.

"Oh maaf... Jadi aku boleh minta tolong yang tadi?" tanyanya dengan nada memohon, berharap cowok di depannya bisa membantu.

"Lo gak tau siapa gue?" sentak Raga.

Sabina menggeleng.

"Pantes."

Raga menatap Sabina intens, yang membuat gadis itu salah tingkah.

"Gue gak bisa!" final Raga.

"Ke-kenapa?" tanya Sabina gugup, karena Raga semakin mendekatkan tubuhnya hingga tubuh Sabina terbentur ke dinding.

"Gue buta warna."

Hening.

Sabina memberanikan diri menatap mata Raga. "Total atau sebagian?" akhirnya gadis itu bersuara.

"Total," kata Raga singkat. Lalu memegang kedua pundak Sabina. "Cuman bunda gue yang tau. Dan sekarang lo jadi tau, itu tandanya lo harus tanggung jawab."

"A-aku harus ngapain?" tanya Sabina dengan jantung yang berdebar kencang, karena ditatap sedekat ini oleh cowok yang sama sekali tak ia kenali.

"Lo harus jadi pacar gue! Biar gue bisa ngawasin lo, bisa jadi 'kan lo sebarin rahasia gue. Oh kenalin, nama pacar lo Raga." Raga mengusap rambut sebahu Sabina yang tergerai.

"Gue suruh temen gue buat ambil cat. Lo bisa ke aula sekarang. Bye Pacar!"

Setelah kepergian Raga, Sabina memegang dadanya yang masih berdebar kencang. Ia hampir tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

Ini gila!

*
*
*

Langsung ditembak di prolog dong:)

Langsung ditembak di prolog dong:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana Sabi gak meleyot wkwk

Cerita ini cerita kedua yang ku buat setelah MIKADO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini cerita kedua yang ku buat setelah MIKADO. Jadi yang udah baca MIKADO pasti tau siapa Raga. Semoga suka, yaa<3

Dan sorry for typo:)

Luv

Rinrin

NARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang