Happy Reading!
Hari senin merupakan hari yang paling dibenci oleh sebagian murid. Pasalnya mereka harus melaksanakan kewajibannya yaitu mengikuti upacara bendera.
Cuaca sudah mulai terik, seharusnya mereka sudah dibubarkan. Namun kehadiran pak Hadi selaku guru kesiswaan, menahan mereka untuk tetap berada di lapangan. Guru berkepala plontos itu sudah berdiri di depan sembari memegang microphone.
"Mau ngapain lagi tuh si Botak." Abim berujar sembari melepas topinya yang digunakan untuk mengipasi wajah.
"Berisik, Bim. Dengerin aja," sahut Gaga yang berdiri di barisan paling belakang. Jarak Abim dan Gaga terhalang oleh Raga, Gerald, dan Rico.
"Selamat pagi, anak-anak!"
"Pagi, Pak!"
"Masih pada semangat gak?"
"Banyak basa-basi banget tuh guru." Raga jadi ikutan kesal.
"Bapak berdiri di sini untuk menyampaikan sesuatu. Seperti pada tahun sebelumnya, sekolah kita selalu mengadakan lomba melukis antar kelas. Dan pada hari selasa 2 minggu lalu kita sudah melaksanakannya dengan jumlah peserta sebanyak 52 orang. Bapak sudah melihat semua lukisannya, hasilnya banyak sekali yang bagus. Tepuk tangan untuk ke-52 peserta!"
Suara tepuk tangan saling bersahutan.
"Bapak sudah memilih 3 lukisan terbaik. Sebenarnya sulit untuk memilih karena lukisannya bagus-bagus. Untuk itu kita umumkan juaranya karena cuaca sudah semakin panas. Juara ketiga dari kelas 11 IPS 3, Nadia Rianti! Silahkan maju ke depan. Lalu selanjutnya juara kedua dari kelas 12 IPA 1, Sagara Adinata! Silahkan maju ke depan. Lalu juara yang pertama yang lukisannya sangat luar biasa dari kelas 11 IPA 3, Sabina Reyuji Athaya! Silahkan maju ke depan."
Mendengar namanya disebut sebagai juara pertama membuat Sabina terkejut, ia tak menyangka sama sekali. Dia pikir paling tidak dia hanya menjadi juara ketiga.
Sampai tepukan di bahunya menyadarkan Sabina. Ia menoleh.
"Sabi! Kenapa malah ngelamun, itu kamu dipanggil," cerocos Guntur terdengar kesal.
Sabina mengangguk. Hendak berjalan namun Guntur menahannya, lalu cowok itu berkata. "Congrats ya, Sabi!" katanya tersenyum manis.
Sabina refleks tersenyum."Makasih, Tur."
Sementara itu di barisan Raga, Abim heboh meneriaki nama Sabina.
"Hebat cewek lo, Ga. Diem-diem menghanyutkan," seloroh Abim.
"Cewek Raga siapa?" tanya Gerald penasaran.
"Fery Geraldi, lo ke mana aja? Itu cewek yang menang juara satu, pacarnya si Raga. Kaget, ya? Gue juga awalnya gak percaya. Cantik-cantik kok mauan sama modelan kayak Raga gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAGA
Teen FictionNaraga tak pernah mengira, jika rahasia yang selama ini ia tutup rapat, satu-persatu terbongkar oleh gadis yang sama sekali tak ia sadari keberadaannya. Sabina, gadis yang hidupnya penuh dengan warna. Tiba-tiba terpaksa harus masuk ke dalam kehidup...