Sorry for typo:)
Happy Reading!!
"Kalian duluan aja, gue masih ada urusan," titah Raga pada keempat temannya."Mau ke mana lagi lo, Ga? Hari ini lo kayak orang sibuk banget. Tadi juga lo nyuruh kita pergi duluan ke kantin," protes Abim yang kini sedang memakai jaket hitamnya.
"Nyamperin cewek gue."
Abim, Gaga, Gerald, dan Rico saling berpandangan.
"Wah lu punya cewek juga, Ga?" tanya Gaga tak percaya.
"Lo pikir gue gak laku?!"
"Udah, Ga. Gak usah mancing keributan!" lerai Abim.
Raga dan Gaga kompak menatap Abim. "Lo ngelerai buat ngebela gue atau Raga sih, Bim?"
"Ya, Ragalah. Gue mah ngebela dia, iya 'kan, Kakak Ipar?"
"Sialan lo, Bim! Awas aja kalo lo masih modusin Caca!" kata Raga murka.
"Wehh kalem-kalem, Ga."
Berbeda dengan ketiganya yang tengah berdebat, Gerald dan Rico malah asik memainkan ponselnya.
"Kenapa lo, Ger? Asem banget tuh muka," tanya Abim pada Gerald yang kini menampilkan wajah kesalnya.
"Kalo cewek ngehindarin kita terus, maunya dia tuh apa sih?" ungkap Gerald dengan nada frustasi.
"Bosen kali," celetuk Abim.
"Lo jelek kali, Ger," kata Raga.
"Lo kurang ganteng kali, Ger." Gaga ikut menyahut.
"Lo bau kali, Ger." Rico yang sedari tadi memainkan ponselnya kini ikut menimpali.
Gerald melirik keempatnya dengan tatapan sinis. "Terserah kalian lah, lagi gak mau ribut gue. Gue nanya serius juga." Gerald langsung berdiri. "Gue pulang duluan!"
"Dih PMS si Gerald!"
Raga ikut berdiri. "Gue juga duluan," katanya, kemudian berbalik menatap Abim penuh peringatan. "Lo pulang ke rumah langsung, Bim. Awas kalo sampe nyamperin adek gue!"
*
*
*
Guntur mendiami Sabina selama pelajaran berlangsung. Jika biasanya cowok itu menghampiri meja Sabina dengan alasan meminjam penghapus atau pensil, kini Guntur malah duduk sembari menulis tanpa menoleh sedikit pun pada Sabina.Saat bu Rasti meninggalkan kelasnya karena pelajaran telah selesai, Sabina buru-buru merapihkan alat tulisnya dan langsung berjalan menghampiri meja Guntur.
Sabina tak ingin bermusuhan dengan cowok itu. Karena jika begitu, Sabina jadi tidak mempunyai teman seakrab Guntur lagi.
Semua murid telah meninggalkan kelasnya, kecuali Sabina yang berdiri di samping meja Guntur, dengan Guntur yang masih sibuk menulis. Lalu ada Galen yang menunggu Guntur karena mereka selalu pulang bersama. Rumah Guntur dan Galen terletak di komplek yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAGA
Teen FictionNaraga tak pernah mengira, jika rahasia yang selama ini ia tutup rapat, satu-persatu terbongkar oleh gadis yang sama sekali tak ia sadari keberadaannya. Sabina, gadis yang hidupnya penuh dengan warna. Tiba-tiba terpaksa harus masuk ke dalam kehidup...