8. Putus

476 35 0
                                    


Happy Reading!

Raga berdecak sembari mengusap rambutnya kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raga berdecak sembari mengusap rambutnya kasar. Sedari kemarin Sabina tak kunjung membalas pesannya, panggilan Raga juga tak kunjung diangkat. Raga jadi khawatir, tidak biasanya Sabina bersikap begini.

Raga bisa saja menyambangi kelas Sabina, tetapi hari ini jadwal pelajarannya diisi oleh guru yang menurut Raga galak.

Untuk itu Raga tetap berada di kelas, bahkan di jam istirahat saja Raga tidak sempat ke kantin karena guru pelajaran matematika sudah memberikan tugas yang banyak. Guru tersebut juga mewanti-wanti agar Raga tidak bolos, terlebih dengan tugasnya yang menumpuk.

"Cepet kerjain, Ga!" Abim yang duduk di sampingnya melotot ke arah Raga.

Raga melirik Abim. "Bawel banget sih lo."

"Bu Endah bentar lagi ke sini. Lo malah main hape mulu," cibir Abim.

"Ya terserah gue dong," sewot Raga.

Abim berdecak keras. "Kita jarang ngerjain tugas, hari ini buku bakal dikumpulin buat diperiksa. Buku kita masih banyak yang kosong, Ga, lo mau diceramahin lagi sama bu Endah? Gue mah ogah."

"Tapi Bina gak bales pesan gue, Bim."

"Mungkin dia lagi belajar, Ga. Dikira hidup Sabina isinya cuman elo doang," cibir Abim.

"Tapi ini dari kemarin chat gue belum dibales. Ditelpon juga gak diangkat." Raga masih bersikeras.

"Ngebucinnya entar lagi. Kerjain dulu!"

Raga mendengus. "Iya, Bunda."

"Heh!"

"Lo kayak bunda gue yang nyuruh ngerjain PR waktu kecil." Raga memilih untuk menuruti apa yang diperintahkan Abim.

"Ya, seenggaknya ayah bukan bunda. Gue, 'kan cowok, Ga. Gue masih suka Caca." Abim malah meladeni perkataan absurd Raga.

"Sayangnya Caca gak suka elo," sahut Raga tanpa beban.

"Ya, jangan dijelasin juga di bagian Caca gak suka guenya." Abim cemberut.

Raga bergidik ngeri melihat Abim merajuk. "Geli anjir ... muka gitu gak cocok ngerajuk."

"Ihhh Mas Raga ..." Abim sengaja memukul-mukul pelan bahu Raga.

"Jijik sumpah, Bim."

*
*
*

Raga duduk di atas motornya yang sengaja diparkirkan di depan gerbang. Saat ini Raga tengah menunggu Sabina untuk nanti diajak pulang bersama. Bisa saja Raga menunggu di depan kelas cewek itu, tapi Raga merasa malas, karena guru yang mengajar di kelas Sabina merupakan salah satu guru yang selalu mengomelinya.

Raga tersenyum mendapati Sabina yang berjalan menuju ke arahnya. Namun, jika biasanya Sabina akan cemberut atau balas tersenyum melihat Raga, sekarang justru Sabina malah menampilkan wajah datar.

NARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang