Aku duduk disini ditempat biasa kami makan siang , dedi mengirimiku pesan agar aku datang kesini. Kulihat dia berjalan ke arahku mukanya kusut seperti tidak tidur beberapa hari. Senyuman khasnyapun tidak kulihat.
Kamipun memesan makanan untuk kami berdua , tapi ntah kenapa aku tak berselera karena aku merasa dia menyembunyikan sesuatu dariku, setelah dia selesai memakan pesanannya aku ingin bertanya kenapa beberapa hari ini dia menghilang.
" Kamu kemana saja?kenapa tidak membalas pesan dan teleponku?" tanyaku sambil menatap matanya.Dia masih enggan menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk.
" Maaf sayang aku sibuk saja."katanya sambil menunduk.
" Tatap mataku ketika kau menjelaskan itu karena dari mata akan kulihat kebenaran itu."
"Maafkan aku mai, aku akan menikah minggu depan." Katanya sambil menatapku.
Seketika tubuhku terasa lemas tapi aku berusaha untuk kuat, kuraih meja didepanku agar menopangku.
" Kamu bercanda kan?" tanyaku.
" Aku serius mai, aku dipaksa menikah minggu depan."
" Dengan siapa dan kenapa harus secepat ini?""Aku menghamili orang mai, tapi aku tak yakin itu anakku." katanya.
Seketika aku lemas dan tertunduk , aku merasa ada badai besar menghantamku siang ini. Tanpa sadar kulihat cincin emas melingkar di jari manisnya. Kenapa harus sesakit ini rasanya.
" Kalau memang kamu tidak merasa melakukannya kenapa harus menikahinya."tanyaku.
" Kalau aku tidak mau menikahinya, dia dan keluarganya akan melaporkan aku ke polisi mai, mengertilah."katanya sambil menggenggam jemariku." Apa kamu bilang?aku harus mengerti, apa yang kurang dariku ded hingga kamu tega padaku?" tanyaku.
" Karena hubungan kita tidak wajar, aku ingin seperti yang lainnya, bisa mencium pasangannya disaat kencan berdua tapi denganmu kamu menolaknya , selalu bilang nanti kalu sudah halal, aku laki-laki normal mai."katanya
" Apa harus dengan cara ini kamu menyakitiku ded, kukira kamu laki-laki yang berbeda yang benar-benar menghormatiku, tapi teryata kau lebih menjijikan."kataku sambil berlari keluar.Aku segera berlari ke parkiran kulajukan motorku dan kutinggalkan dedi disana sendirian, biarlah rasanya teramat sakit. Dedi yang kukira berbeda tapi nyatanya dia lebih dari mereka. Kulajukan motorku dengan kecepatan tinggi. Akhirnya aku berhenti di sebuah masjid di pusat kota, aku masuk masjid itu dan kutunaikan kewajibanku. Setelah selesai melaksanakan kewajibanku, kulantunkan doa dan sesekali aku menangisi nasibku ini. Setidaknya disini aku lebih tenang. Kebetulan di masjid ini sepi karena memang waktu salat sudah selesai sedari tadi. Kuatur nafasku agar aku lebih rileks dan kucubit tanganku teryata sakit, ini berarti aku tidak lagi bermimpi dan ini nyata.
Aku terus menangis hanya saja aku tidak meraung-raung seperti di sinetron. Aku lebih bisa menguasai diriku ini. Ponselku sedari tadi berbunyi pasti ibukku yang menelepon, kuusap air mataku dan segera ku klik tombol hijau untuk menjawab panggilan dari ibu. Aku lebih banyak diam dan mengatakan akan segera pulang setelah acaraku selesai.segini dulu ya 😊😊😊😊
Deeasha
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIRA
RomanceNamaku Maira, nama yang diberikan kedua orang tuaku nama yang simpel dan mudah diingat. Aku mencintai dia , seseorang yang mampu membuat hati ini bergetar lagi setelah aku kehilangan mas putut tetapi aku harus kehilangan dia juga karena kesalahan fa...