POV Maira
Kulihat punggung itu semakin menjauh, punggung ternyaman yang dulu kusandari bila diri ini lelah. Sebelum pulang dia mencatat nomer teleponku katanya kapan-kapan akan menghubungiku. Andai waktu bisa terulang aku ingin bersamanya selalu tapi itu tak mungkin kini dia sudah dijodohkan dengan wanita itu, wanita cantik itu. Dia masih berharap kami berjodoh begitupun aku, aku masih mencintaiku
Kenapa juga bang anton harus bilang aku akan menikah padahal jelas-jelas saja aku sedang patah hati, tapi apa kabar dedi apakah aku sudah lupa dengannya? ah , biarlah toh dia sendiri yang menghianati hubungan ini.
🌸🌸🌸🌸
Pagi ini bang anton libur dan kami sudah berencana untuk jalan-jalan berempat, karena beberapa hari disini aku belum sempat jalan-jalan. Kami berencana untuk pergi ke mall karena ponakanku minta dibelikan sepatu baru.
Kamipun tiba di mall dan kamipun menuju tempat sepatu anak, akhirnya si kecil langsung menyukai sepatu yang dipilihkan mamanya. Bang anton mengajak kami ke food court untuk makan dan sesekali kulihat bang anton sibuk memainkan ponselnya, kurasa dia sedang menghubungi temannya.
Disaat kami sedang makan kulihat ada lelaki yang menghampiri kami, kutaksir umurnya seumuran denganku. Dia lalu duduk disebelahku setelah di persilahkan oleh bang anton, rasanya tak nyaman sekali berdekatan dengannya. Aku mencium kelagat aneh dari bang anton, apa mungkin ini lelaki yang akan dijodohkan denganku?batinku.
Kami melanjutkan makan kami, sesekali ada perbincangan ringan. Namanya Danil dia berasal dari jogja dan ternyata benar dia lelaki yang dijodohkan denganku. Dia memang tampan dan keren karena kulihat gerombolan cewek abg disebelah kami selalu meliriknya.
🌸🌸🌸🌸
Akhirnya kami sampai dirumah, capek juga ternyata. Aku kemudian masuk kamar ,kubuka ponselku dan ternyata mas putut mengirim pesan padu dan aku sama sekali tidak tahu karena memang aku sengaja mensilent ponselku.
[Dek,kamu lagi apa?]
[Dek, kamu masih marah ya kan mas sudah jelaskan semua. mas masih berharap kita bisa memulai dari awal lagi dek]
[Ijinkan mas buktikan kalau mas masih cinta sama kamu ]
Hatiku menghangat membaca pesan dari mas putut, dia yang masih kucintai ternyata juga masih mencintaiku.
[Mas maaf mai baru pulang ponsel lupa aku silent, aku tidak ingin menyakiti wanita lain mas cukup aku saja yang pernah disakiti]
Takada balasan dari mas putut, mungkin dia sedang piket. Kupandangi foto profilnya, sungguh aku merindukan mata teduh itu. Tiba-tiba ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk, kukira pesan dari mas putut dan ternyata bukan.
[Dek mai, ini mas danil save nomerku ya,oh ya besok sore kujemput ya kita double date dengan temanku, aku sudah ijin bang anton]
[Baiklah mas, besok jemput mai saja ]
Sebenarnya jujur aku malas untuk pergi bersamanya tapi aku tidak enak dengannya dan bang anton, apalagi bang anton pasti ingin yang terbaik.
######
Sore ini aku sudah bersiap menunggu mas danil, aku memakai gamia warna peach dan kerudung motif bunga, kupoles wajahku dengan riasan natural, kupatut diriku di cermin dan kurasa sudah pas. Aku keluar kamar karena kudengar sebuah mobil datang dan itu pasti mas danil, mas danil turun dari mobilnya dan segera menghampiriku. Kamipun berpamitan dengan mbak lia yang kebetulan juga ada diluar menemaniku tadi.
Sepanjang perjalanan kamipun jarang mengobrol, ntah kenapa rasanya kikuk sekali. Sesekali mas danil mencuri pandang dan saat mata kami beradu secepat kilat kualihkan pandanganku keluar jendela.
"Dek, kamu kerja di BUMN ya?"
"Iya mas ,tapi baru beberapa bulan aku kerja."
"Mas harap hubungan kita bisa ke jenjang selanjutnya."
"Biarkanlah Takdir yang menjawabnya mas."
15 menit
Akhirnya kamipun sampai di salah satu kafe, suasana kafenya nyaman sekali seperti di kampung gitu. Konsepnya bagus banget, udaranya juga sejuk sekali, nyaman rasanya berada disini. Mas danil sengaja memilih tempat ini karena memang asyik untuk ngobrol dan menghabiskan waktu.
Kamipun segera memesan menu yang kami inginkan, aku hanya memesan jus, tiba-tiba mas danil melambaikan tangannya pada seseorang dan ternyata temannya itu adalah mas putut, dia datang bersama wanita itu, duh nyeri sekali hati ini.
Mas danil mempersilahkan mereka berdua duduk dan segera memesankan makanan untuk mereka berdua, ntah kenapa aku jengah melihat mereka hawa ac yang dingin menjadi sangat panas bagiku. Wanita ini bernama diana, parasnya cantik kulitnya putih bahkan dia seperti foto model, akupun tak ada apa-apanya. Kusesap jusku dan mereka memakan menu makanan mereka, sesekali mas danil juga mengobrol dengan mas putut. Disini aku lebih banyak diam karena diana juga enggan untuk mengobrol denganku sepertinya, buktinya dia lebih suka melihat ponselnya.
"Tut, kapan kalian akan melamar diana?"
"Mungkin secepatnya nil menunggu diana lulus co-assnya dulu."
Aku tiba-tiba tersedak dan danil mengambilkan air putih untukku. Danil juga mengambilkanku tisu untuk membersihkan pakaianku.
"Kamu gak apa-apa kan dek?"
"Gak apa-apa kok mas danil hanya tersedak saja."
"Mai, berapa hari kamu disini?"tanya diana padaku.
"Seminggu dian, karena cutiku hanya seminggu kebetulan aku rindu kakak dan ponakanku jadi aku kesini karena aku jarang kesini."
"Kapan kalian menikah mai?"
"Bulan depan aku akan melamar maira"ucap mas danil tegas.
Prang...
Gelas yang dipegang mas putut tiba-tiba jatuh dari genggamannya ,kami semua menatapnya.
"Maaf, gelasnya ada semutnya dan aku kaget."
Akhirnya pelayan datang untuk membersihkan pecahan gelas itu. Kamipun segera beranjak untuk pulang. Diana menggandeng lengan mas putut, ah kenapa jadi begini hatiku saat melihatnya. Aku berjalan beriringan dengan mas danil, dia memarkir mobilnya di ujung. Mas danil mendahuluiku dan menyuruhku menunggu didepan.
Kulihat mas putut menggenggam erat tangan diana padahal kemarin dia bilang masih mencintaiku tapi ternyata semua bohong. Aku berlari menuju tempat parkir mobil mas danil dan tanpa kusadari ada sepeda motor melaju kencang kulihat mas putut berlari untuk menyelamatkanku dan kamipun terjatuh tapi untung saja sepeda motor itu tidak sampai menabrakku. Mas danil dan mas putut segera berlari kearahku dan mas putut langsung memelukku, diana dan mas danil menyaksikan ini dengan tatapan tak bisa diartikan.
"Kamu gak papa dek?"
"Gak mas aku gak papa."
"Syukurlah, mas takut kehilangan kamu!"
"Maksutmu apa tut?"tanya mas danil
"Ora popo (tidak apa-apa) nil."
"Ayo mas tut, kita pulang dulu sudah malam ini."ajak diana
Akhirnya mas putut berdiri mengikuti langkah diana yang semakin jauh, nyeri dada ini melihatnya melihat orang yang kucintai bersama yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIRA
RomanceNamaku Maira, nama yang diberikan kedua orang tuaku nama yang simpel dan mudah diingat. Aku mencintai dia , seseorang yang mampu membuat hati ini bergetar lagi setelah aku kehilangan mas putut tetapi aku harus kehilangan dia juga karena kesalahan fa...