#Milk, Shoe, Library, and Cafe

873 100 17
                                    

Datang ke sekolah kecepetan dan guru yang dengar-dengar bisik tetangga katanya nggak masuk (n) suatu situasi dan kondisi yang begitu sempurna untuk bergosip bareng temen di depan kelas.

"Aku move on aja deh" kata Hinata memulai pembicaraan dengan wajah lesu.

"Kok gitu?" tanya Sakura shock.

"Serius? Masa mundur gitu aja sih?" Shion pun keliatan nggak nyangka pejuang tangguh tak tahu malu sejenis Hinata mutusin untuk nyerah.

"Aku sama Adiks tuh ibarat koneksi internet yang not responding. Kalo not responding-nya kelamaan mending aku disconnect aja. Dari pada nunggu nggak jelas" lanjut Hinata masih dengan wajah lesu yang bersandar di bahu Ino.

"Padahal menurut aku nih ya, kamu sama Adiks Sasuke tuh udah cocok banget. Ya, meskipun beda umur sih tapi cuma setahun doang keles. Lagian kamu masih baby face kok" Ino berusaha menyemangatkan.

"Hin, denger yah. Kalo kamu mau mundur cuma gara-gara umur, pacaran itu nggak penting beda usia, beda agama, beda latar belakang sosial atau apalah, yang paling penting tuh beda jenis kelamin. Semangat dong!" Matsuri pun merasa sedikit aneh melihat Hinata yang biasanya banyak gerakan tambahan kini menjadi sedikit kalem.

"Bukan gara-gara itu. Aku rasa aku masih bisa ngelakuin banyak hal selain ngejar-ngejar adiks, aku gak mau jatuh untuk orang yang gak peduli. Mama aku susah payah ngajarin aku berdiri dan berjalan!" baper pagi, man.

"Aku mah apa atuh, disapa kamu duluan aja langsung ngadain syukuran" kata Matsuri mengeryitkan alis sambil membaca stasus yang Hinata buat tadi malam.

"Iya. Apalah aku, mungkin menurutnya aku ini tak cantik, tak menarik dan juga tak asik" kata Hinata menarik nafas dalam-dalam.

Hinata memutuskan untuk move on dan pembicaraan mereka terus berlanjut. Bukan cuma sekedar pembicaraan kabar galau adanya niat Hinata untuk move on tapi juga berita-berita hot news lainnya seperti tetangga apartemen yang bawa cowok cakep nginep. Pembicaraan yang tadinya berapi-api dan membuat malaikat pencatat amal buruk sibuk mencatat dosa mereka berubah menjadi diam dan kaku saat-

"Eh, ada Adiks jalan kesini!" seru Ino menyadarkan Hinata saat melihat adiks Sasuke berjalan ke arah mereka.

"Yaudahlah, biarin aja" padahal dalam hati masih deg-degean lebay dan masih ngarep banget bisa ngeliat totally candy eye-nya adiks tapi namanya juga mau move on, Hinata hanya menundukkan pandangannya. Takut tekad bulatnya berubah menjadi pecahan-pecahan tekad kecil tak berbentuk saat melihat adiks yang cakep itu.

Adiks Sasuke terus berjalan sok keren dan semakin mendekati kerumunan Hinata dkk dan saat ia lewat-

"Pagi..." kata adiks Sasuke pelan dan menatap Hinata singkat, lalu berlalu begitu saja.

"EHHHH?" seru yang lain mencolek Hinata.

"A-apa?" tanya Hinata cengok.

"Kamu denger?" tanya Shion.

"Iyalah, denger. Suara sexy kayak gitu gak mungkin telinga aku nggak denger" kata Hinata sejujur mungkin.

"Dia bilang apa?" tanya Ino ingin memastikan.

"Ngomong 'pagi' 'kan?" Hinata meminta konfirmasi.

"Berarti kamu harus ngadain syukuran!" seru Sakura, Ino, Shion dan Matsuri bersamaan.

"Maksud?" tanya Hinata o'on.

"Dia itu nyapa. Ngucapin 'pagi' dengan sok keren gitu, dia nyapa kamu!" kata Shion mantap.

AdiksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang