Hot 7 : Ikatan Adik Kakak

21.2K 1.3K 237
                                    


Felly sedang menyiapkan sarapan di dapur ketika merasakan sebuah tangan mungil yang melingkari perutnya dan disusul dengan suara seseorang yang mengendus punggungnya. "Felly, kau sangat wangi hari ini."

Felly ingin sekali tertawa mendengar ucapan anak 8 tahun itu. Namun dia menahannya. Felly memilih melepaskan tangan yang melingkar di perutnya, lalu berbalik dengan muka marah yang dia buat. "Sam! Berapa kali kubilang, panggil aku Ibu!"

Sam yang tingginya sebatas dada Felly hanya menaikan sebelah alisnya dengan tidak terima. "Dan berapa kali kubilang jika aku tidak mau?" Tanyanya balik sambil bersidekap dada. "Menyerahlah, Felly. Sampai kapanpun, aku takkan memanggilmu dengan sebutan yang kau mau. Kecuali Cintaku, Sayangku, Kasihku, dan Belahan Jiwaku."

"Sam! Kau adalah anak—"

"Hanya di kartu keluarga saja, Felly," potong Samuel, membuat Felly sukses menganga lebar dibuatnya. Samuel menghela napas secara berlebihan ketika melihat ekspresi tersebut dari Felly. "Walaupun umurku masih 8 tahun, aku tetap masih ingin menikahimu ketika aku sudah sembuh dan memiliki banyak uang untuk menikahimu."

Dan ucapan Samuel akhirnya sukses membuat Felly tertawa lebar. Felly mengacak rambut hitam lebat milik Samuel dan kemudian mencubit pipi tembam anaknya. Walaupun masih SD, Samuel memiliki pemikiran dewasa karena keadaan. Dan lagi, tubuh Felly yang mungil itu bahkan hampir terkalahkan oleh anak kelas 3 SD di depannya.

"Kenapa tertawa? Kau tidak menganggap ucapanku serius?" Kesal Samuel dengan matanya yang memincing tidak suka.

Felly kali ini mencubit kedua pipi tembam Samuel dengan kuat-kuat. "Ekspresimu itu yang lucu, Tuan Samuel."

Samuel menatap curiga pada Felly. "Bohong! Kau tidak mempercayai ucapanku, kan?"

"Aku percaya."

"Bohong!"

"Aku bersungguh-sungguh, Sammy!!"

"Kau bo—"

"Oh ya ampun rotinya sudah selesai terpanggang," potong Felly, menghindari Samuel sambil diam-diam mendengus geli. Felly mengambil piring dari rak dan menyimpan roti yang sudah terpanggang itu ke atas piring. "Sam, kau ingin selai apa?"

Samuel berdecak. "Apapun, kecuali yang manis." Katanya sambil berjalan menjauhi Felly.

Felly diam-diam tersenyum dan mengoleskan selai yang diinginkan Samuel. "Seleranya mirip sekali dengan Felix."

***

Ketukan di pintu hotelnya membuat Felix yang selesai sarapan segera berdiri dan melangkah menuju pintu hotelnya. Setelah melihat interkom yang terpasang, Felix segera berjalan ke daun pintu dan membukanya. Senyum Felix terukir lebar kala melihat Karl, sang sekretaris sedang ngos-ngosan di depan pintu. Karl memberikan sebuah paper bag ke hadapan Felix. "Ini barang yang Anda inginkan, Sir. Sama persis."

Felix meraih tas itu dan melihat-lihat isinya. "Kerja bagus, Karl. Kau ingin promosi atau kenaikan gaji?"

"Hanya jangan merepotkan saya saja, Sir."

"Apa tadi? Kau ingin kupecat?"

"Tidak, Sir. Saya bilang jika dua-duanya pilihan yang bagus, Sir."

Felix tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Karl. "Kerja bagus. Waktumu untuk mencari tahu tentang Valerie tinggal dua hari ya. Ingat kan?"

"Ingat, Sir. Kalau begitu, saya pergi sekarang saja karena kebetulan banyak informasi mengenai Valerie di negara ini."

"Oh! Bagus sekali kalau begitu. Silahkan pergi sekarang."

Hot Devil [#TDS3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang