Karena udah 500 vote dan kebetulan followers aku 9K, aku update sekarang. Kasian kalian kelamaan🤭🤭
Felix memutar-mutar kartu yang ada di tangannya, kemudian berhenti. Ia menurunkan kartu yang berada di depan matanya, kemudian menatap wanita yang sejak tadi meratapi kamera di tangannya. Felix mendengus. "Jadi, kau mencoba kabur dariku? Lagi?" Tanya Felix dengan sebelah alis terangkat.
Felly menatap Felix, kemudian cemberut seketika. "Tadinya, ya! Tapi setelah kupikir lagi, kau harus mengganti kameranya! Ini bukan kamera milikku, tahu?!" Kesalnya dengan mata yang menyorot nyolot pada Felix.
Felix balas memelototi Felly. "Itu bukan sepenuhnya salahku! Dan lagi, apa jadinya jika aku tadi tidak menarik kerah belakangmu?! Kau akan kabur lagi?!" Desak Felix, kesal sendiri. Dan lagi, apa kau tidak merindukanku? Lanjut Felix dalam batinnya.
Saat ini, mereka sedang berada di dalam salah satu kamar hotel yang disewakan pada Felix. Setelah bertatapan selama beberapa lama, Felly tadinya mencoba kabur dan Felix segera menarik kerah belakang Felly dan membawa mereka ke kamar ini.
"Lalu bagaimana sekarang?! Kau tidak akan menggantinya?" Felly menatap Felix dengan marah. Kegugupannya hilang sudah ketika mengetahui kamera di tangannya hancur lebur tidak dapat digunakan kembali. Apalagi, lensa yang profesional seperti ini sangat sulit dicari di Indonesia.
Felix mendengus. "Berapa harganya? 10 juta rupiah? 100 juta rupiah? Berapa? Katakan saja!"
Felly seketika makin cemberut. "Aku tidak tahu. Ini milik perusahaan."
Felix kali ini tertawa. Bukan jenis tertawa yang hangat dan ramah, namun tawa yang sarat akan penghinaan pada Felly. "Dan kau tidak memiliki uang sebanyak itu? Ya ampun, adikku. Harusnya kau tidak kabur dan mengganti namamu menjadi Nafelly Christine."
Cubitan dari Felix mengenai relung terdalam Felly. Adik. Ya, mau sampai kapan pun, mereka adalah adik dan kakak. Dan yang dilakukan oleh mereka dahulu adalah dosa, bukannya cinta. Benar kata Justin. Mencintai saudara sendiri dengan cinta antara wanita dan pria adalah sebuah penyakit kejiwaan, bukan benar-benar cinta. Namun, bodohnya Felly. Walaupun dia tahu jika itu adalah penyakit, ia tidak dapat langsung menghilangkan nama Felix begitu saja. Felly menghela napas pelan, kemudian menunduk. "Aku jatuh miskin. Uang 1 juta saja tidak punya."
Kali ini, ruangan malah hening. Felix sendiri terdiam mendengar ucapan Felly barusan. Beberapa detik saling diam, Felix segera berdiri. Dia berjalan menghampiri Felly yang duduk di tepi ranjang. Berjongkok di hadapan Felly, lalu perlahan telunjuknya mendorong bawah dagu Felly sehingga membuat Felly kembali mengangkat wajahnya, menatap wajah Felix yang kini sangat dekat dengan wajahnya.
"Aku mencarimu. Dalam waktu yang lama. Menyisir Spanyol. Karena terakhir, namamu ada dalam penerbangan ke Spanyol," Felix berucap lirih, berbisik di depan wajah Felly. "Tapi ternyata, kamu di sini. Dengan nama baru."
Felly menelan ludahnya dengan susah payah. "Bagaimana keadaan Mom dan Dad?"
"Merindukanmu."
Felly terdiam sejenak. "Aku pergi dalam waktu yang sangat lama. Tidak mungkin mereka masih merindukanku. Apalagi Dad. Rasanya mustahil."
Jemari Felix naik, menyentuh pipi Felly dengan lembut. "Kalau begitu, pulanglah. Kau bisa melihat mereka sendiri."
Felly tersenyum tipis. "Nanti. Sekarang, kau ganti dulu kameranya." Ucapnya sambil menjauhkan wajahnya dari Felix dan menunjukkan kamera yang sudah tidak berfungsi itu.
Felix mengangkat sebelah alisnya, kemudian berdiri dan melipat tangannya di depan dada. "Kau mau aku menggantinya secara cuma-cuma?"
"Kau kakakku. Sudah seharusnya kau membantuku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Devil [#TDS3]
RomanceSELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA MINIMAL 500 JUTA DAN PENJARA MINIMAL 2 TAHUN [Cerita Felix - Felly] Konten dewasa 21+ "Kau pikir, aku akan membiarkanmu lepas begitu saja? B...