Sesampainya di rumah, Hannah dan Nikko ternyata disambut oleh dua pria di ruang tamu. Mereka tampak berdebat satu sama lain. Cara mereka memaki mirip seperti siswa SMA yang memperebutkan calon kekasih.
"Om?" sapa Hannah.
Om Edwin langsung menyapa balik, "Hei, keponakan cantik, syukurlah kamu baik-baik saja."
"Hannah, Om Edwin sudah cerita semuanya," ucap pria satunya, empat puluhan, bertubuh tegap tinggi terbalut jas hitam rapi, "kalian berdua, duduk dulu."
Hannah mengajak Nikko duduk di sofa depan mereka. "Tumben Papa pulang?"
"Karena putri Papa dapat peringatan dari sekolah terus," sindir papanya tersenyum, lalu melirik tajam Nikko, "dan parahnya putri Papa juga membawa pulang cowok yang tidak jelas asal usulnya."
"Kukira hilang, Om." Hannah malah fokus pada Om Edwin. "Om ke mana aja? Masa ninggalin aku sama surat."
Papa menghela napas pertanda paham sedang diacuhkan.
Om Edwin menuding Nikko. "Waktu itu om sedang mencari buku tentang Nicholas-mu! Lalu kalian menghilang, dan ada orang-orang aneh mengawasi rumah, mereka membawa pistol! Mereka mengejar Om! Om enggak tahu kenapa ada surat untukmu ... tapi, ya sudahlah."
Papa Hannah memotong, "Iya, terus ommu ini mendatangi Papa, udah tahu kerja malah dihampiri, malah bajunya compang-camping, memalukan."
"Edrik, kau, kan, kakakku, urus, dong, adikmu ini. Kemarin aku nyaris dibunuh orang, loh," ucap Om Edwin menatap wajah saudaranya itu.
"Halah, palingan penagih hutang."
"Bukan."
"Apalagi masalahmu memangnya?"
Hannah selalu kesal saat kedua pria itu bertemu. Mereka bagaikan bumi dan langit, papanya orang teratur dan rapi, sementara sang paman sangat berantakan dan acuh pada apa pun. Mereka juga lupa diri kalau sudah tua.
"Om-om sekalian, jadi ini masalah Nikko bagaimana?" tanya gadis itu meredakan emosi mereka.
Om Edwin menaruh buku tua di atas meja sambil menjelaskan, "Oh itu, jadi intinya setelah kubaca tulisan tangan khas dokter ini, katanya Nicholas lahir cacat bawaan. Hampir semua organ tubuhnya ...."
Hannah menyela, "Aku tahu bagian itu. Aku tahu ayahnya mengubah seluruh organ tubuhnya atau semacamnya, kan? Aku enggak paham masalah semua itu. Intinya kenapa dia ini bisa kuat?"
"Om enggak bisa baca tulisannya, makin jauh halamannya, makin kelihatan seperti semut baris, tapi dugaan Om, dia ini disuntikkan sesuatu, latihan sejak kecil, dan semacamnya," ucap Om Edwin menatap Nikko. Isi kepalanya mengalir dipenuhi beragam fantasi liar tentang penciptaan remaja laki-laki itu. "Iya, kan?"
Nikko menoleh pada Hannah.
"Dia serius kesulitan bicara?" tanya Papa Hannah mulai serius, "apa perlu Papa panggilkan dokter spesialis?"
"Jangan dulu, Pa! Masalahnya, dia ini dikejar orang, Om Edwin benar, kami diserang pemburu yang berniat membawanya hidup-hidup atau membunuhnya. Waktu itu kami juga diserang, tapi Nikko mengalahkan mereka, dia menyelamatkanku."
Papanya mulai takut. "Hannah, tolong sebaiknya ini dilaporkan polisi saja. Papa tidak mau ...."
"Pa!" potong Hannah sangat kecewa. "Sekali saja dengarkan ucapanku, mereka benar-benar akan membunuhnya."
"Apa urusan kita?"
"Maaf, ya, Nikko, Papaku egois, dia tidak sungkan saat mengatakan hal jahat seperti di depanmu," ucap Hannah menoleh pada Nikko.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICHOLAStein ✔
RomanceHannah yang menginap di rumah kuno milik pamannya bertemu dengan seorang laki-laki misterius, tetapi satu per satu rahasia milik laki-laki itu mulai terungkap hingga membuat Hannah dan keluarganya dalam bahaya besar. *** Hannah merasa dihantui oleh...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi