Hannah masuk ke dalam ruang kelasnya. Kemudian, dia menghempaskan diri di kursi dengan perasaan lega. Dalam beberapa Minggu belakangan, dia benar-benar telah mengalami kejadian berbahaya yang terlalu banyak. Bahkan, untuk sekedar bersantai saja tidak ada waktu.
Akan tetapi pikirannya kembali teringat akan sosok lelaki asing yang dia temukan di rumah kuno sang paman. Sejak bertemu dengannya, hatinya senantiasa berdebar tanpa sebab hanya karena mengingatnya. Dia tidak pernah jatuh cinta selama ini, jadi wajar saja dia belum memahami hal semacam ini.
"Ah, akhirnya, penderitaan selama berminggu-minggu kelar," gumamnya.
Teman sebangkunya, Nancy, penasaran dengan apa yang terjadi pada temannya ini. Dia bertanya, "Kamu kenapa? Letih banget kelihatannya?"
"Gak apa-apa, biasa hari ini, kan, gak ada pelajaran matematika, cuma olahraga, aku senang aja."
"Beneran? Kok, beneran, loh, kamu kayaknya lagi mikirin sesuatu, masalah Carissa, ya? Aku mau ngomong sesuatu, sih ...." Nada bicara Nancy agak canggung dan dipenuhi penyesalan. Dia selalu saja begini karena gugup sekalipun bicara dengan temannya sendiri. "Anu ...."
Hannah enggan bicara masalah Carissa. "Anu-nya siapa?"
Nancy sontak tercengang karena disela dengan ucapan ambigu. Dia terbatuk-batuk, lalu menggeleng. "Terus kalau bukan Carissa, kamu lagi ada masalah apa, sih?"
"Gak ada masalah apa-apa. Aku cuma banyak kegiatan aja jadi agak capek."
"Gitu, ya. Bentar lagi olahraga, kalau kamu lelah, aku bilangin ke guru supaya kamu ke ruang kesehatan aja gimana?"
"Udah gak perlu. Aku suka olahraga, pelajarannya gak terlalu pakai otak soalnya."
Mendadak obrolan mereka disela oleh seorang murid lelaki di belakang mereka. Ari. Dia berkata, "Oh iya, ada guru baru, loh, cantik, seksi katanya."
Revan yang duduk di sebelahnya langsung menoleh. "Itu yang ditunggu. Guru olahraga itu bagusnya cewek. Biar semangat ngeluarin keringat!"
Hannah dan Nancy menoleh bersamaan kepada mereka. Keduanya tampak tidak peduli dengan keberadaan guru baru yang akan mengajar kelas mereka.
"Bodoh, sih." Hannah tidak peduli.
"Katanya juga ada anak baru juga? Beneran?" tanya Revan serius. "Baru-baru semua, nih."
Nancy lebih tertarik mendengar berita murid baru. "Murid baru, ya."
Ari menuding keluar pintu di mana Nikko sedang berjalan dengan guru wanita muda yang sudah berpakaian seragam olahraga sekolah. "Itu mereka."
"Cantik banget itu!" Revan langsung terpana pada sosok sang ibu guru. "Yang benar ada guru seperti ini? Itu bukan guru, itu model."
Bukan hanya dia, hampir seluruh populasi laki-laki di sini terpesona. Mereka membeku saat guru baru itu berdiri di depan kelas. Sementara sisanya alias lawan jenis mereka fokus pada Nikko.
Nancy ikut terpesona pada Nikko sampai-sampai dia tanpa sengaja menggumam, "Dia ganteng banget, Han."
Di saat semua teman perempuannya terlena pada 'sepupu'-nya, Hannah malah melotot pada guru baru itu. Bagaimana tidak? Itu adalah wanita yang sama saat mereka dikejar orang-orang gila di pinggiran hutan.
"Apa-apaan ini? Mustahil? Kenapa dia ada di sini?" gumamnya mengerutkan dahi, bingung sendiri dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sebelumnya wanita itu sudah menyuruh mereka untuk bersembunyi, melarikan diri, lantas untuk apa datang lagi ke kehidupan mereka?
Sang wanita misterius berparas cantik yang membantu mereka kabur, kini berdiri di depan kelas dengan seragam guru sekolah sambil memperkenalkan diri, "Selamat pagi, Good morning, students, nama saya Jessika, kalian bisa memanggil Miss Jessie, atau Bu Jessie, terserah kalian, mulai sekarang saya adalah guru olahraga baru, jadi kita adalah keluarga di sekolah ini, ya. Salam kenal"
KAMU SEDANG MEMBACA
NICHOLAStein ✔
RomansaHannah yang menginap di rumah kuno milik pamannya bertemu dengan seorang laki-laki misterius, tetapi satu per satu rahasia milik laki-laki itu mulai terungkap hingga membuat Hannah dan keluarganya dalam bahaya besar. *** Hannah merasa dihantui oleh...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi