Hannah membawa Nikko ke kamar. Mereka duduk berhadapan di lantai. Selama beberapa menit hanya saling memandang. Di saat pancaran mata Nikko menunjukkan kekaguman, Hannah fokus ke setiap anggota tubuh laki-laki aneh itu. Tegap, bagus dan terlatih.
Gadis itu mengambil penggaris besi dan menyerahkannya. "Coba patahkan ini jadi dua."
Nikko paham, dia melakukan perintah tersebut tanpa kesulitan. Dia mematahkan penggaris besi seperti menyobek kertas. Bahkan otot tangannya tidak keluar sama sekali.
"Wah ...." Hannah takjub penggarisnya menjadi dua bagian. Dia semakin ingin menguji kemampuan Nikko dengan menuding lantai keramik yang mereka duduki. "Coba pukul sedikit?"
Nikko memiringkan kepalanya bingung.
"Begini, pukul," ulang Hannah memperagakan kepalan tangannya memukul lantai.
"Oh." Nikko paham dan meninjunya perlahan. Meskipun demikian, pukulan dari tangan itu mampu membuat lantai hancur sebagian.
"Oke, oke, hentikan," pinta Hannah mundur dengan sedikit kaget. Berulang kali dia menggelengkan kepala tidak percaya, bahkan memeriksa kondisi punggung tangan Nikko. Kulitnya terlihat masih mulus meskipun sudah hampir melubangi lantai.
Nikko mengangguk patuh, "Iya."
***
Setelah membisu sesaat, Hannah kian penasaran. "Ini aneh, kamu ini siapa, Nikko? Kita mulai perkenalan bagaimana?" Ia menunjuk dirinya sendiri. "Namaku Hannah, aku manusia, lahir dari perut ibu. Kamu?"
Nikko menunjuk dirinya. "Nikko. Manusia. Perut ibu."
"Di mana ibumu?"
"Mati."
"Jika ditanya mana ibumu, jawabnya 'sudah meninggal', jangan 'mati', oke?"
"Oke."
Hannah memberanikan diri menyentuh bahu Nikko yang tegap, lalu menyentuh tangannya yang cukup keras meski tidak terlalu kekar. Dia pun bertanya, "Apa yang sudah dilakukan ayahmu padamu? Gak mungkin, kan, dia menyuntikkanmu sesuatu? Apa kamu digigit laba-laba? Kok, kamu bisa kuat begini?"
"Mmm?"
"Kita perjelas, apa ayahmu melukaimu?"
"Ayah?"
"Iya, menyetrummu atau melakukan sesuatu padamu?"
Nikko benar-benar kebingungan.
"Ah lupakan." Hannah menghela napas panjang pertanda putus asa. "Kamu ini kadang paham ucapan, kadang tidak. Kita tunggu saja, Om. Siapa tahu dia dapat buku catatan tentangmu."
"Hannah?"
"Iya? Ada apa?"
Nikko memegangi perutnya.
"Baiklah, akan kuambilkan sesuatu, tunggu di sini," kata Hannah sambil berdiri.
Nikko malah merangkak ke belakang lemari dengan cepat, lalu menangkap seekor kecoak. Tanpa menunggu lama, dia memakannya hidup-hidup. Akibat ulahnya, Hannah berteriak jijik bukan main.
Nikko yang kaget lantas menoleh. Ia memberikan setengah daging kecoak yang belum dia kunyah. "Hannah?"
"Dari semua makanan, kamu milih kecoa! Lebih baik makan kapas saja!" Hannah memukul tangan laki-laki itu sehingga melepaskan sisa kecoaknya.
"Ke ... kenapa?"
"Jangan-jangan kemarin itu kamu makan, makan, makan tikus? Oh, no," kata Hannah mual membayangkan tikus yang berkeliaran di sudut-sudut ruangan, berkotor-kotoran itu dimasukkan ke dalam mulut dalam kondisi hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICHOLAStein ✔
RomansaHannah yang menginap di rumah kuno milik pamannya bertemu dengan seorang laki-laki misterius, tetapi satu per satu rahasia milik laki-laki itu mulai terungkap hingga membuat Hannah dan keluarganya dalam bahaya besar. *** Hannah merasa dihantui oleh...
Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi