"ADA dua hal yang harus kau tanamkan didalam dirimu, Zaviqare."
Mingyu menatap pria tua yang membelakanginya, diruang khusus raja, di Kerajaan Zirair, pria tua yang diduga adalah sang kakek, Murad Donghwan Tunzaka, pemimpin Kerajaan Zirair saat itu berbalik. Manik tajam bagai elangnya menatap cucu kecilnya dalam, ia maju satu langkah lalu sedikit berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan Mingyu. Meskipun sang kakek terlihat menyeramkan tetapi Mingyu tahu kakeknya itu sangat menyayanginya.
"Apa itu kakek?"
Keduanya saling menatap lalu Donghwan menjawab..
"Keberanian dan keadilan."
Mingyu memicingkan kepalanya tak mengerti.
"Keberanian dan keadilan?"
Donghwan mengangguk, diraih lah tangan mungil Mingyu dan membuat telapak tangan yang terbuka itu menjadi mengepal. Mingyu hanya bisa menatap kepalan tangannya dengan tatapan tak paham.
"Tangan ini akan menjadi simbol keberanian mu, semakin kau mengepalkannya maka semakin besar keberanian yang kau dapatkan."
Mingyu membulatkan matanya takjub lalu tak lama sang kakek menaruh jari telunjuknya di dada kirinya.
"Dan disini, ada suatu hal yang harus kau kendalikan jika ingin mencapai kebahagiaan. Yaitu adalah Keadilan."
Mingyu mendengarkan dengan seksama, sang kakek adalah panutan hidupnya. Segala yang dilakukan dan diucapkan oleh Raja Zirair itu terlihat sempurna dimata Mingyu. Raja Murad Tunzaka adalah contoh terbaik sepanjang masa untuk keturunannya, pemberani dan juga bersikap adil. Murad Tunzaka diakui oleh dunia bahwa ia adalah raja yang paling ditakuti saat itu.
"Apapun yang ingin kau lakukan dengan keberanian mu, maka lakukan lah, tetapi kau harus ingat, untuk tetap berlaku adil karena keadilan akan membawa mu menuju perdamaian."
"Jadi, jika aku menginginkan sesuatu dengan keberanian ku itu di izinkan oleh kerajaan ini kakek?"
"Tentu saja cucu ku, saat kau menjadi Raja Zirair nanti, menggantikan ayah mu, kau berhak melakukan apapun dengan keberanian mu. Bukti kan pada mereka bahwa Kerajaan Zirair adalah yang terkuat didunia ini."
Bocah tampan itu tersenyum lebar dan mengangguk siap, semangat dirinya untuk menjadi penerus sang kakek mulai membara.
"Baiklah! Kalau begitu aku akan meneruskan tujuan Raja Murad Donghwan Tunzaka untuk menguasai dunia!"
Donghwan tersenyum bangga, Murad Mingyu Zaviqare benar-benar mewarisi ambisinya. Diusap lah pucuk kepala cucu tampannya dan bibirnya menyunggingkan senyuman miring.
"Saat kau menjadi raja nanti, ambil lah sesuatu yang seharusnya menjadi hak mu dan buktikan bahwa kau memang cucu Murad Donghwan Tunzaka dan putra Murad Minho Vala Zeheir dengan julukan.. Si singa padang pasir."
"ROAAAR!"
Auman keras Zaigham didepan pintu masuk kerajaan menyadarkan Mingyu dari lamunannya, setelah melewati dua hari kemarin, akhirnya hari yang paling ditunggu oleh seluruh anggota Kerajaan Zirair datang. Hari ini, tepatnya di Kerajaan Mehrdad, Raja Murad Mingyu Zaviqare dan Pangeran Moza Wonwoo Zoura Marusai sedang melaksanakan upacara pernikahan. Seluruh rakyat datang untuk menyaksikan janji suci yang diucapkan sang raja pada pangeran tercinta mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] MURAD (GOD MAGNI)
FantasyMoza Wonwoo harus menerima kenyataan yang pahit, kerajaan dan rakyat yang sangat ia cintai harus jatuh ke tangan diktator buas dari kerajaan timur. Ia dinikahi oleh raja dari timur, yakni Raja Murad Mingyu Zaviqare. Akan kah Moza mempertahankan pern...