MATAHARI muncul di atas langit, menerangi setiap wilayah di dunia ini. Di pagi yang baru datang ini, sang ratu, Moza Wonwoo Zoura Marusai telah berdiri didekat jendela kamar, menunggu sang mentari terbit dengan kedua tangan yang mengepal meminta permohonan. Saat yang dinanti dari beberapa menit yang lalu pun tiba, sang mentari naik ke atas cakrawala dan ratu cantik itu memejamkan manik rubah indahnya lalu mulai berdoa dengan hati yang tulus.
"Wahai Sang Mentari..
Pagi ini aku menyambut kedatangan mu..
Untuk berterima kasih atas semua yang telah kau berikan pada dunia ini..
Pada kerajaan, keluarga dan juga rakyat ku..
Tanpa sinar mu, kami tidak bisa mencapai impian yang kami inginkan.."Sinar mentari menerobos masuk melalui celah-celah dikamar, baik itu celah kecil atau besar. Selain itu, sinar pun menembus jendela besar yang dimana sang ratu sedang bermunajat padanya sehingga sinar terang itu mengenai wajah cantiknya yang tenang dengan lengkungan bulan sabit indah yang semakin melengkapi kecantikannya.
"Tidak hanya itu yang akan aku ucapkan pada mu..
Aku sangat berterima kasih atas kepulangan suami ku kerumah..
Dia terlihat sehat, kuat dan tampan seperti biasanya..
Sisi rajanya melekat kuat dan tidak akan pernah luntur sampai kapan pun.."Mingyu yang masih memejamkan matanya di atas ranjang pun mengerutkan dahinya kala sinar mentari mengenai tepat diwajahnya, ia membuka matanya perlahan dan melihat sang istri yang sudah berpakaian rapih berdiri didekat jendela kamar dengan kedua tangan yang mengepal sebagai tanda permohonan sambil memejamkan manik rubah indahnya.
Alis Mingyu bertaut namun tak lama bibirnya tersenyum dan kakinya turun dari atas ranjang, tanpa mengenakan atasan sehingga tubuh atletisnya terekspos dan hanya menyisakan celana hitam panjangnya, Mingyu berjalan menghampiri sang istri. Ratu cantik itu terlalu fokus berdoa sampai tidak mendengar langkahan kaki sang suami yang kini sudah berdiri dibelakangnya dengan senyuman manis yang merekah.
"Mentari..
Engkau pasti tahu betapa aku sangat mencintai dan bahagia berada disisinya..
Maka dari itu, jagalah cinta dan keluarga kami.
Hentikan badai yang akan menenggelamkan kapal kami..
Hanya pada mu aku meminta perlindungan untuk keluarga kecil kami..
Semoga kau mendengar dan mau mengabulkan doa ku..
Terima kasih.."Ratu cantik itu membuka matanya perlahan dan tersenyum manis melihat sang mentari yang bersinar terang diluar sana, ia menarik nafasnya lalu berbalik ke belakang sambil mengusap perut besarnya. Matanya pun mengerjap kala melihat sang suami yang sudah berdiri dihadapannya dengan senyuman manis yang sukses membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan rona merah memenuhi pipinya. Wonwoo mendadak salah tingkah.
"A-ah selamat pagi, maaf menganggu waktu tidur—"
Belum selesai Wonwoo berbicara, Mingyu sudah maju satu langkah lebih dekat dengannya. Tangan besar raja tampan itu menangkup wajah cantik Wonwoo dan manik rubah indah Wonwoo membulat saat sang suami mengecup keningnya penuh kasih. Tubuhnya membeku dan Mingyu kembali menatapnya dengan tatapan penuh puja.
"Aku pikir yang berdiri didekat jendela adalah seorang dewi dan saat aku mendekatinya, ternyata memang benar seorang dewi namun dalam wujud manusia yang sangat cantik, yaitu istri ku."
Blush~
Rona merah terlihat jelas di pipi putih mulus Wonwoo, kepalanya tertunduk malu karena mendengar pujian hangat Mingyu namun raja tampan itu segera menahan dagu Wonwoo sehingga manik dalam penuh cinta keduanya tetap bertatapan dan senyuman manis terlihat jelas dibibir dua pasangan yang saling mencinta itu. Mingyu mendekatkan wajahnya dan mendaratkan satu kecupan singkat dibibir manis ratu cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] MURAD (GOD MAGNI)
FantasíaMoza Wonwoo harus menerima kenyataan yang pahit, kerajaan dan rakyat yang sangat ia cintai harus jatuh ke tangan diktator buas dari kerajaan timur. Ia dinikahi oleh raja dari timur, yakni Raja Murad Mingyu Zaviqare. Akan kah Moza mempertahankan pern...