Murad VIII : Return to The Kingdom of Zirair

24.2K 2.6K 493
                                    

SINAR mentari masuk melalui celah-celah kamar, mengenai wajah cantik Wonwoo yang masih memejamkan matanya. Bagai tersengat, Wonwoo mengerutkan dahinya membuka mata rubah indahnya perlahan. Dilihatnya sang mentari yang naik di cakrawala dan suara kicauan burung terdengar di balkon kamar. Pria manis itu bangun dari tidur cantiknya, mengucak kedua matanya dan menghadap pada sang mentari dengan kepalan tangan memohon serta kepala yang tertunduk.

"Terima kasih telah menyinari kerajaan kami, engkau lah petunjuk kehidupan bagi kami, Matahari."

Wonwoo mengucapkan terima kasih pada sang mentari dengan senyuman manisnya, ia pun berniat turun dari ranjang namun niatnya terurungkan kala melihat pakaiannya yang tergeletak dilantai dan matanya membulat saat melihat pantulan dirinya di cermin besar kamar, ia bisa melihat dirinya yang terduduk di atas ranjang dengan tubuh polosnya. Terlebih lagi ia mendapati jejak kemerahan di sekujur tubuhnya, Wonwoo terkejut. Tangannya refleks menyentuh bibir bawahnya yang terluka karena bekas gigitan seseorang, tubuhnya mematung dan seketika saja ia teringat kejadian semalam. Dimana Murad Mingyu Zaviqare menyentuhnya tanpa memberikan ruang untuk dirinya bernafas normal. Seluruh nafasnya dicuri dan tubuhnya dinikmati.

"T-tidak... Astaga.."

Wonwoo memijit pelipisnya dengan mata yang di pejamkan, seperti tak percaya dengan kejadian semalam tetapi buktinya sangat terlihat jelas ditubuhnya. Kebuasan seorang Murad berbekas ditubuhnya. Wonwoo ingin memaki dirinya sendiri, mengapa bisa ia terhanyut oleh tatapan serta ucapan lembut Mingyu semalam? Astaga, Wonwoo harus menenangkan dirinya. Mengingat akan kewajibannya melayani sang suami, pria manis itu semakin menggila.

"Oh tidak.."

Wonwoo bangkit dari duduknya, ia merintih kesakitan saat mencoba berjalan menuju cermin besar. Pria manis itu menatap tubuh putih mulusnya yang dipenuhi dengan tanda merah tak percaya. Rahangnya terjatuh dan kedua tangannya menangkup wajahnya.

"Ini benar diri ku kan?"

Wonwoo tak percaya melihat wujud dirinya pagi ini, seperti sisi kerasnya melunak dan bentuk tubuhnya menjadi berubah. Apakah semua ini karena Wonwoo yang bisa dibilang sudah tidak tersegel lagi? Murad Mingyu Zaviqare telah membuka segel tersebut sehingga pesona Moza Wonwoo Zoura Marusai menjadi seorang raja lenyap begitu saja. Kini, Wonwoo terlihat lebih cocok diakui sebagai seorang ratu.

Wonwoo bisa merasakan perubahan itu dan ia tidak bisa menerimanya, kepalanya menggeleng beberapa kali dan ia mencengkram sisi cermin erat. Menatapnya tajam dan nafasnya kacau tak beraturan.

"Tenang lah, Moza! Kau akan baik-baik saja. Anggap semua ini angin berlalu, kau bisa menghadapinya!"

Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, pria manis itu berusaha menenangkan dirinya dan kini ia sudah sedikit merasa lebih baik. Kepalanya mengangguk dan ia pun mulai memunguti pakaiannya lalu memakainya. Sadar jika dirinya masih berada dikamar Minghao, Wonwoo pun bergegas keluar dari kamar dengan menahan rasa nyeri di bagian belakangnya.

Sesampainya diluar ia menutup pintu kamar rapat-rapat dan menghela nafasnya, ia berniat melanjutkan langkahnya menuju kamar namun langkahnya mendadak terhenti kala melihat sosok yang baru saja menghabiskan malam bersamanya, yakni Mingyu yang sedang berdiri menatap keluar jendela kerajaan sambil menyeruput secangkir teh hangatnya. Entah apa yang terjadi, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat raja tampan itu menoleh padanya dengan sinar matahari yang menyinari wajah tampannya. Tubuh Wonwoo mematung dan lidahnya kelu.

"Moza, kau sudah bangun?"

Bertepatan dengan menolehnya Mingyu, Minghao muncul membawa poci dengan senyuman manis yang dilontarkan padanya.

"Moza, kemari lah. Murad ingin kita minum teh bersama."

Ajakan ramah Minghao membuat Wonwoo semakin merasa bersalah, pikirnya, apa salahnya menerima ajakan Minghao sebagai tanda permintaan maafnya karena telah membuat pria manis itu tidur dikamar lain dan merasakan api cemburu. Wonwoo meneguk salivanya dalam-dalam dan mengangguk, ia berjalan dengan sangat hati-hati menghampiri keduanya. Melihat kesusahpayahan Wonwoo berjalan, Minghao pun menaruh poci yang ia bawa di atas meja dan berjalan menghampiri Wonwoo untuk membantunya berjalan. Wonwoo jelas terkejut dan segera menolaknya.

[✔] MURAD (GOD MAGNI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang