19. Memeluk Bulan

3.6K 228 7
                                    

"Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan,"
(QS. An-Naba' 78: Ayat 8)

🍁🍁🍁

"Aku tahu apa yang kau rahasiakan  dan apa yang jadi sedihmu. Tapi, apa kamu juga tahu tentang sedihku karena siapa?"

-Cinta Dalam Luka-

🍁🍁🍁

Setelah makan siang bersama dirumah Khaila. Fariz mengajak Khaila untuk pergi kesuatu tempat yang akan membuat dirinya tertawa,  dan Fariz menepati janji itu. Fariz membawa Khaila ke rel kereta, tempat berkumpulnya beberapa anak kecil. Dan fakta barunya adalah Fariz telah bersahabat lama dengan anak-anak itu. 

"Biasanya setiap hari minggu aku akan kesini dari pagi sampai sore,  main sama mereka." Ucap Fariz membuka bicara.

Khaila menoleh menatap Fariz.  Fariz tersenyum ditatap.

"Sepuluh anak-anak ini, mereka semua pintar, hanya saja fasilitasnya saja mereka tidak mempunyai. Kamu harus tahu, anak jalanan seperti mereka itu sebenarnya jauh lebih pintar dari anak yang sudah berkecukupan."

"Diusia mereka yang sama, mereka yang lahir dengan hidup keras, itu jauh lebih hebat, lebih pemberani,  dan mempunyai memori yang banyak, mereka semua punya pengalaman dan kenangan yang menakjubkan. Sedangkan mereka yang lahir dari keluarga berkecukupan mereka tidak mempunyai memori yang menakjubkan apa yang ditemui oleh mereka."

"Contohnya saja Adi anak kecil berbaju kaos polos merah itu, dia anak yang paling cepat dalam berhitung diantara teman-temannya yang lain dan aku yakin jika Adi disekolahkan di sekolah yang paling bagus di kota ini kuyakin ia bisa bersaing, tidak hanya itu ingatannya dalam menghapal juga sangat mudah sekali. Ia sangat pintar, ia adalah Adi si anak pengamen yang mempunyai otak brilian. Aku yakin sosok seperti Adi yang lahir dari hidup keras kelak ia akan jadi orang yang sukses Ai." Ucap Fariz, matanya tertuju pada Adi anak kecil yang baru saja dibanggakan Fariz.

"Masya Allah." Kagum Khaila.

"Lalu anak gadis berjilbab panjang itu?" tanya Khaila, tangannya menunjuk salah satu anak kecil yang satu-satunya anak perempuan yang menutup aurat secara sempurna.

Fariz tersenyum. "Dia Aisyah. Orang tuanya meninggal secara bersamaan ditanah suci saat usia Aisyah masih tujuh tahun. Di usia itu, ia sudah mengalami pahitnya hidup. Ia diusir oleh keluarganya secara paksa, jadilah Aisyah gadis yang hidup dijalanan. Tapi jangan salah, Aisyah adalah seorang penghafal Qur'an, ia paham aqidah-aqidah Islam, ia paham perihal aurat."

"Penghafal Qur'an! Masya Allah aku benar-benar gak nyangka, Riz. Dia benar-benar gadis yang sholehah."

"Kita tidak bisa lihat dari latar belakangnya saja, kita juga harus lihat diri orang itu untuk tahu seperti apa dia sebenarnya. Makanya ada istilah jangan nilai orang dari fisiknya tapi hatinya."

Khaila mengangguk menyetujui, "kamu benar, Riz. Aku kagum sama kamu."

"Kagum kenapa?"

"Kamu hebat punya hati yang baik.  Tak semua laki-laki sepertimu."

Fariz diam.

Khaila menatap Fariz diam menatapnya,  ia gelagapan sendiri apa perkataannya barusan membuat Fariz salah arti?

Cinta Dalam Luka [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang