💚 Puzzle of Life - Part 11

730 102 4
                                    

Tangisan deras mulai membasahi pipiku. Hatiku hancur berkeping keping. K-kenapa Stephen??

Aku langsung meninggalkan semua barangku dan berlari sekencang kencangnya.
Entah kemana. Yang jelas,
Aku benar benar terpukul dan aku ingin pergi.

~~~•~~~

Gelap. Aku tidak tahu aku harus kemana. Aku memang bodoh.
Kenapa aku tidak bawa sling ringnya.
Mboh lah!

Aku berjalan seperti orang yang sedang mabuk. Entah apa yang ada dipikiranku. Satu suara mengatakan aku harus kembali. Suara yang lainnya menolak keras.

"Bruakkk!" aku menabrak seseorang.
Buku dan peralatan berserakan
di aspal.

"Eh maaf maaf." kataku sambil membereskan barangnya.

"Eh? [Y/N]? Ngapain kamu malam malam disini? Nggak takut diculik atau apalah?" kata seseorang.

Aku mendongak melihat wajahnya.

"PETER??? Justru aku yang nanya?
Ngapain kamu gelap gelap disini?"
kataku heran.

"Oh, aku cuma butuh inspirasi buat kostumku yang baru. Lah, terus kamu ngapain." kata Peter.

Aku sudah tak tahan lagi.
Aku memeluknya diikuti tangisan.
Peter menatapku bingung.

"K-kenapa [y/n]? Ada apa? Cerita aja."
kata Peter.

Peter merangkulku seperti yang aku lakukan waktu itu. Dia menuntunku ke tempat yang agak sepi.

Aku bercerita padanya dengan air mata berjatuhan di pipiku.

Peter ikut merasakan kepedihanku seiring aku bercerita.

~~~•~~~

Aku sudah mulai tenang.
Peter sudah tahu segalanya.
Sekarang tinggal menunggu apa reaksinya.

Dia menggengam tanganku.
Apakah dia ingin aku kembali padanya?

"[Y/n], dengarkan aku baik baik.
Aku tahu, ini berat. Namun,"

Aku menunggu kata yang akan keluar dari mulut Peter.

"Kembalilah bersama Stephen.
Aku tahu dia mengasihimu. Sungguh.
Mungkin dia di mind control oleh Christine, tapi kalau tidak, i believe,
kamu dapat melunakkan hatinya lagi.
Sama seperti yang kamu lakukan biasanya. I believe in you." kata Peter.

"Darimana kau tahu he loves me?
Palingan kamu hanya mengarangnya." kataku ngeyel.

"[Y/N]," katanya sambil tertawa kecil, "Semua orang bisa melihatnya.
Dia punya sepotong hati, dan itu untukmu."

Aku mengangguk.
"T-tapi, bagaimana denganmu?
Kamu tidak... kecewa gitu?"

"[Y/n], [y/n]. Dari awal kan sudah aku bilang. Itu semua pilihanmu.
Lagipula, ada seorang cewek, di kelasku..." Peter tertawa mengingatnya.

"Hayo, Peter ya..." balasku.

Kita tertawa.

~~~•~~~

"Da da Peter!" kataku sambil mengedipkan mata.

Aku sudah bertekad. Aku akan kembali pada Stephen.
Berbekal kata-kata "motivasi Mario Seterong" dari Peter, aku siap melangkah lagi menuju Sanctum Sanctorum.

~~~•~~~

Aku mengetuk pintu bertuliskan
"177A Bleecker St."

Stephen membuka pintu.
Aku masuk dan menutup pintunya.

"S-stephen. Dengar dul-

Stephen memelukku erat.

" I-i am s-sorry. B-belakangan ini,
aku merasa b-bukan diriku.
M-maafkan aku. I m-miss y-you."

Aku merangkulnya lebih erat.
Air mata kesedihan sekaligus kebahagiaan turun dari mata kami.
I miss you too, Stephen.

"CUKUP SUDAHH!! AKU MUAK BERMAIN PIKIRAN DENGAN KALIAN!!"

Kita menoleh kaget.
W-WHAT ?!?

"Feelin' sad?
Maybe you lost
a piece of your puzzle."

[Ending Part 11]
13 Agustus 2019

Strange Love - Doctor Strange Fan FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang