2

4.4K 229 17
                                    

Jam di rumah Saktia berdentang 7 kali. Shania yang sedang bermain hp terlihat bosan menunggu Saktia, Gaby, Shani dan Ayana mengerjakan tugas masing-masing. Shania yang paling pintar di antara mereka berempat sudah terlebih dahulu mengerjakan tugas, sementara teman kelompoknya yang lain bertugas mengetik, mendikte dan mengirim email. Saktia yang melihat Shania bosan, bangkit dari duduknya dan duduk di sebelah Shania.

"Gab, itu tugasnya udah selesai tinggal di kirim. Aku mau beli bakso ke komplek depan dulu ya sama Shania. Nanti aku bungkusin buat kalian juga." Kata Saktia. Ia berdiri memakai jaket. "Yuuk, Shan."

"Pepet terooooos." Gaby menyoraki Saktia. Shania hanya tertawa melihat teman-temannya yang lain ikut menyoraki Saktia.

"Pake jaketnya, Shan. Habis hujan dingin loh. Naik motor aja nggak apa-apa kan?" Tegur Saktia. Shania menganggukan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Saktia dan langsung memakai jaket.

Sesampainya di warung bakso, Saktia langsung memesan untuknya dan Shania. Saktia sengaja makan di tempat biar bisa berduaan dengan Shania lebih lama. Sekalian Saktia mau ngobrol dengan Shania yang hari ini lebih banyak diam.

"Shan, kenapa sih seharian ini cuek mulu? Ke gue apalagi." Tanya Saktia sesaat setelah bakso mereka selesai makan.

"Nggak papa, Sak. Kayaknya gue mau pms nih. Ditambah seleksi buat kapten dance, lo tau kan gimana pengennya gue jadi kapten."

"Oh kapten dance, selo aja kali Shan, kak Kinal pasti kasih jabatan itu ke lo, gue yakin banget. Secara nggak ada lagi kandidat yang layak selain lo."

"Iya sih, tapi gue tetep aja deg-degan."

"Udah lo tenang aja, gue dan anak dance yang lain dukung lo 100% buat jadi kapten dance." Shania tersenyum senang mendengar jawaban Saktia, ia reflek memeluk Saktia. Tanpa Shania sadari, pelukan itu membuat Saktia mematung karena kaget. Shania senang, setidaknya kegugupannya berkurang karena support dari Saktia dan teman-temannya. Dia yakin bisa menjadi kapten dance menggantikan kak Kinal.

"Woooy, katanya kerja kelompok malah mojok disini." Suara seseorang mengagetkan Shania dan Saktia. Shania dan Saktia tau betul siapa yang mengagetkan mereka.

"Kak Kinal, rese banget sih, siapa juga yang mojok. Aku bosan nungguin selesai kerja kelompoknya, terus Saktia ajak aku kesini. Yg lain juga dibungkusin kok. Kakak kesini sendiri?"

"Nggak, Shan. Kinal sama aku sama yg lain juga." Ve muncul dari arah belakang Kinal bersama beberapa orang yang tidak Shania kenal. "Oh iya, kalian udah selesai kerjain tugasnya kan? Nanti Shania pulang bareng kak Ve aja ya, Sak. Biar Kinal nggak bolak-balik." Shania hanya mengangguk, matanya fokus menatap seseorang gadis kurus di belakang Veranda yang memakai earphone dan sibuk dengan hpnya.

"Yaudah kalo gitu. Aku duluan aja deh, Shania juga nggak jadi nginep, kasihan yang lain nunggu aku di rumah." Saktia kemudian berpamitan kepada Ve dan Kinal.

"Oh iya, Shan. Ini tetangga baru rumah sebelah kita. Yang ini satu tahun di bawah kamu, namanya Shania Gracia." Setelah kepergian Saktia, Kinal memperkenalkan orang yang ada di belakang Ve.

"Hallo aku Shania Junianatha, panggil aja aku Shania, nama kita mirip yaa." Shania tersenyum ramah kepada Gracia.

"Hallo, kak Shania, aku Gracia, biasa di panggil Gre, waaah senang punya kakak baru, kakak aku sibuk semua, aku suka sendirian kalo di rumah, nanti aku sering main ke rumah kak Shania yaa."

"Gree, jangan bawel." Tegur Naomi. "Hallo, aku Shinta Naomi, panggil aja Naomi, aku seumuran sama Kinal dan Ve. Sorry ya Gracia emang bawel anaknya, sorry juga kalo nanti suka ngrepotin".

"Aaah santai aja kak, aku senang kok punya banyak teman baru. Mmm kalo yang ini siapa kak?" Tanya Shania karena ada satu orang yang daritadi hanya menunduk memainkan hpnya. Dilihatnya Naomi menyenggol Beby. Beby mendongak dan sedikit kaget melihat gadis yang ada difoto ruang tamu rumah Ve ada didepan matanya.

Dari Hatiku, TerimakasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang