Angin sepoi-sepoi berhembus masuk lewat jendela kamar, membuat rambut yang sudah ku tata sedemikian rupa menjadi sedikit berantakan.
Hari ini dia akan datang. Setelah pertemuan terakhir kami siang itu, dan dia pergi di jemput seseorang yang sudah merebutnya dariku. Aku kalah, aku merasa mati rasa sejak dia masuk ke dalam mobil dan pergi bersama orang yang menjemputnya. Aku menopangkan dagu, melamun memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi nanti.
Apa kalian pikir aku tidak percaya lagi apa itu cinta? Kalau jawaban kalian iya, kalian salah. Aku mungkin masih percaya cinta, namun mungkin aku sudah tidak percaya lagi dengan cinta sesama. Sekarang aku bersama seseorang yang sudah menemaniku selama 5 bulan terakhir. Kami bertemu di sebuah taman di dekat komplek rumahku. Nanti juga kalian tau siapa dia, yang sudah membuatku kembali tersenyum dan menjadi Veranda yang dulu. Tentang bagaimana perasaanku sekarang, biarkan aku dan Tuhan yang tahu. Aku sudah berdamai dan mencoba bahagia dengan hidupku sekarang.
"Hei, kok nglamun?" Suara seseorang membuyarkan lamunanku. Ia memelukku dari belakang, lalu mencium pipiku lembut.
"Hei. Kapan datang?" Sapaku. Aku tersenyum kepadanya. Dia Valdo, seseorang yang aku ceritakan tadi, dia lebih tua 5 tahun dariku, dan juga yang menemaniku disini karena aku dan Shania sudah 4 bulan tidak bertemu. Shania jarang ke Bandung Lomba dance yang di ikutinya selalu juara, jadi ia dan Beby sama-sama sibuk berlatih untuk ke tingkat selanjutnya.
"Dari tadi, terus nyiapin sarapan buat kita. Aku beli di jalan tadi. Makan yuk." Ajaknya. Ia menarik tanganku, mengajakku turun untuk makan siang bersama.
"Kak, nanti adek aku mau kesini, kamu nanti kenalan ya sama dia." Kataku di sela-sela kami makan.
"Okey. Selesai aku cek kebun, aku balik ya. Ada beberapa masalah disana."
Aku mengangguk. Selebihnya hanya suara denting sendok dan garpu yang memenuhi ruangan ini.
Selesai makan, aku langsung mengantar Valdo ke depan karena ia akan segera berangkat ke perkebunannya.
"Yaaah, bunga aku layu, kok aku baru liat sih." Kataku sambil berjalan ke arah bunga mawar putih di pot paling ujung.
"Waah, kamu lupa siram yaa kemarin, kan panas seminggu ini."
"Iya, aku lupa."
"Yaudah, coba di siram dulu. Nanti kalo nggak tumbuh lagi, aku beliin yang baru. Jangan sedih yaa bidadari nggak boleh cemberut."
"Iya. Kamu hati-hati ya."
"Siap. Aku berangkat yaa."
Seperginya Valdo, aku langsung mengambil beberapa peralatan kebunku. Ternyata banyak yang layu gara-gara aku sibuk beberapa minggu kemarin.
"Kak Veeeeeee..."
Aku menghentikan kegiatan berkebunku karena mendengar suara Shania. Ia turun dari mobil diikuti Shani, Viny dan yang terakhir Beby. Mataku memicing mencari seseorang, namun sepertinya dia tidak jadi ikut karena batang hidungnya sama sekali belum terlihat.
"Aku kangen banget sama kak Ve. Maafin aku yang sibuk, jadi kak Ve sendirian disini, padahal Bandung-Jakarta deket banget." Shania memelukku sangat erat.
"Udah, nggak usah di bahas. Aku baik-baik aja kok, Shan." Jawabku menenangkannya.
"Kak Veeeeeeeee..." Aku melihat Gracia berlari ke arahku, ia memelukku setelah Shania melepas pelukannya.
"Antri kali, Gre." Protes Shani. Gracia menjulurkan lidahnya dan tetap memelukku erat.
Baru saja aku mau bertanya Gracia datang dengan siapa, aku melihat lagi sosoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Hatiku, Terimakasih
FanfictionGXG area!!! "Kuberikan hatiku padamu , agar kau tahu bagaimana cinta menjagamu, Ve" - Devi Kinal Putri. "kadang lebih baik bersama dia yang kamu cinta meskipun ada luka. Daripada bersama seseorang yang bisa memberimu tawa tapi tak ada rasa." - Jessi...