Suara ambulance memecah keheningan malam hari ini. Shania berada di dalam mobil bersama mamanya dan juga Veranda. Tubuh papanya sudah di pasang infus dan beberapa peralatan di dadanya.
Air mata mamanya sedari tadi tidak berhenti mengalir. Begitu juga dengan Veranda yang berkali-kali memanggil papanya dan meminta maaf.
Shania menyandarkan tubuhnya, ia memeriksa hpnya yang dari tadi belum ia sentuh lagi setelah mengabari Kinal dan juga Beby. Rencananya, setelah makan malam, Beby akan menjemput Shania dan juga Veranda untuk menyusul Kinal dan Naomi yang akan melaksanakan foto pre wedding di daerah lembang keesokan harinya.
"Papa di bawa ke rumah sakit. Langsung kesana aja. Aku di ambulance bareng kak Ve sama mama."
Shania mengirim pesan kepada keduanya. Ia kembali fokus kepada papanya yang terpejam dengan muka pucat. Dari tadi mulutnya tidak berhenti komat-kamit berdoa, mengharap kesembuhan untuk papanya.
Sesampainya di rumah sakit, papa langsung di bawa masuk ke ruang ICU. Shania dan mamanya menunggu di depan ruangan sambil berpelukan. Selang beberapa menit, pintu ruangan terbuka, Veranda langsung menghapiri dokter.
"Selamat malam, saya dokter Arfan, spesialis jantung di rumah sakit ini. Bisa bicara dengan keluarga pasien?" Tanya dokter Arfan.
"Kami, dok." Jawab Shania.
"Ikut ke ruangan saya." Dokter Arfan berjalan menuju ke ruangannya di ikuti Shania, Veranda dan Mamanya.
"Jadi, suami saya sakit apa, dok?" Tanya mama.
"Sebelumnya, saya bersyukur karena pasien di bawa tepat waktu ke rumah sakit. Setelah kami lakukan pemeriksaan, pasien terkena penyakit jantung koroner." Jawab Dokter Arfan.
"Jantung?" Kata mama terlihat shock. "Tapi papa nggak pernah menunjukan gejala kalo sedang sakit jantung, dok." Lanjut mama.
"Memang benar, pada tahap awal, gejala penyakit jantung sering tidak menunjukan gejala apapun. Namun seiring berjalannya waktu, arteri yang sering tersumbat menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala. Misal, nyeri di dada, sesak nafas, lebih cepat letih, dada berdetak lebih cepat dan juga pusing. Mungkin pasien sudah menunjukan gejala yang tidak di sadari oleh ibu." Kata dokter Arfan.
Mama, Veranda dan juga Shania sama-sama kaget. Bagaimana bisa tidak ada satupun di antara mereka menyadari gejala yang di alami papa.
"Lalu, apa papa bisa sembuh? Kapan papa bisa sadar?" Tanya Veranda. Ia mulai mengeluarkan air mata. Dari tadi ia berusaha keras menepis semua kemungkinan terburuk tentang papanya.
"Saya harus melakukan sebuah prosedur. Arteri jantung yang mengalami penyumbatan harus segera di lakukan operasi bypass jantung. Hal ini di karenakan ada lebih dari 1 pembuluh darah yang mengalami penyempitan, sehingga bilik kiri jantung yang merupakan ruangan untuk memompa darah ke seluruh tubuh, tidak berfungsi dengan normal. Arteri koroner kiri utama itu bertugas memasok darah ke bilik kiri mengalami penyempitan dan penyumbatan." Dokter Arfan memberi penjelasan dengan menggambarkan sakit jantung yang papa alami.
"Apa tidak bisa di lakukan pasang ring saja dulu, dok?" Tanya Shania menyela penjelasan dokter.
"Mohon maaf. Operasi Bypass harus di lakukan karena penyumbatannya tidak bisa di atasi dengan pemasangan ring."
"Lakukan apapun yang terbaik untuk suami saya, dok. Kalo perlu saya minta rekomendasi untuk operasi di luar negeri saja." Kata mama.
"Baiklah, sebaiknya ke yang terdekat saja, bu. Singapore atau Malaysia. Hal ini di karenakan kondisi pasien yang bisa saja sewaktu-waktu semakin drop. Kalo untuk perjalanan jauh saya tidak merekomendasikan. Tapi nanti di pesawat tetap ada tim ahli yang mendampingi sampe pasien tiba di rumah sakit tujuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Hatiku, Terimakasih
FanfictionGXG area!!! "Kuberikan hatiku padamu , agar kau tahu bagaimana cinta menjagamu, Ve" - Devi Kinal Putri. "kadang lebih baik bersama dia yang kamu cinta meskipun ada luka. Daripada bersama seseorang yang bisa memberimu tawa tapi tak ada rasa." - Jessi...