Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Bab 2

165K 10.4K 385
                                    


Bab 2


Jim duduk di balik meja kerjanya. Sesekali ia menyesap brendi yang sudah dia tuang ke gelas kecil yang kini tergeletak di hadapannya. Pikirannya mulai berkelana.

Brenda memang hanya tunangan di mata Jim. Tak sekalipun ia berpikir untuk menikah dengan perempuan itu atau memiliki anak bersamanya. Pertunangan mereka terjadi karena permintaan orang tuanya, agar telinga Jim tidak panas lagi mendengar ibunya yang mengomel tentang Elang yang sudah punya istri dan anak.

Ya, sejak dulu, keluarganya memang bersaing dengan keluarga Elang. Begitu pun dengan dirinya. Meski Elang lebih tua darinya, tapi Jim tak pernah merasa lebih muda dari Elang karena orang tuanya lebih tua dari orang tua Elang, hingga membuat keluarga Elang lebih menghormati keluarganya.

Hingga ketika Elang sudah bahagia dengan keluarganya, Ibu Jim selalu menasihati dan menuntut Jim untuk segera menikah dan punya anak. Karena itulah, dia dengan spontan mengajak teman kencannya bertunangan. Hanya bertunangan, agar ibunya diam dan tak banyak omong dan menuntut lebih.

Kemudian, kejadian malam itu terjadi. Perempuan sialan itu berani-beraninya menarik perhatiannya dengan gaun lusuh menyedihkan. Jim kembali menenggak minumannya hingga tandas. Ia lalu berdiri dan menuju kamarnya.

Biasanya, Kania saat ini sudah tidur, hal itu cukup membuat Jim tenang, setidaknya ia tidak terganggu jika melihat Kania masih membuka mata. Namun, saat Jim masuk ke kamar, perempuan itu nyatanya masih duduk berselonjor, bersandar di kepala ranjang, dengan sesekali memainkan jarinya di atas perutnya. Seperti anak kecil.

Jim menggerutu sebal. Hal itu membuat Kania mengangkat wajah dan menatap ke arah suaminya.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa enggak tidur?" tanya Jim kesal.

"Nunggu kamu."

"Kenapa?"

"Ada yang mau aku tanyakan."

"Apa?"

"Uum ... itu ... ke mana kamu mau ngajak aku pergi?"

"Enggak mau?"

"Aku lebih baik di rumah saja."

"Kenapa?" Jim mendesak.

"Itu ... aku, kan, kerja."

"Izin sama bosmu. Tiga hari kita ke Bali, kalau dia enggak ngasih izin, keluar saja dari sana."

"Jim, enggak bisa gitu."

"Kenapa enggak bisa?" Jim mendekat dan Kania mulai gugup dengan kedekatan mereka.

"Aku ... butuh pekerjaan itu."

"Kamu bisa keluar dan menjadi cleaning service di kantorku, kalau kamu mau." Sebuah penghinaan lagi didapatkan oleh Kania. Jika sudah begitu, tandanya Jim sedang tidak ingin didebat.

"Baik, nanti aku izin sama bosku."

"Besok juga." Kania mengangkat wajah. "Temani aku belanja. Kamu enggak mungkin ke Bali hanya dengan baju-baju lusuhmu itu. Menggelikan," desisnya, sebelum Jim pergi meninggalkan Kania memasuki kamar mandi. Kania hanya bisa menghela napas panjang. Ia tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Jim.

***

Mobil Jim terparkir di depan kedai minum tempat Kania bekerja. Kedai minum itu lebih mirip sebuah kafe yang menjual beraneka macam minuman dan snack, tapi tak seperti kafe elite pada umumnya.

Jim belum keluar dari mobilnya, dia hanya menatap dari dalam. Saat ini, Kania sedang sibuk melayani tamu kedai yang ternyata cukup ramai saat jam makan siang seperti ini.

Marriage By MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang