Sejak pagi Jihyo merasa gelisah. Dia menatap cermin lama kemudian kembali membaringkan tubuh di kasur.
Hari ini, dia akan berpisah dengan Jungkook. Ada rasa sedih sekaligus gembira akhirnya ini semua berakhir.
Jarum jam berputar cepat. Tak terasa hari kembali petang. Jihyo memeriksa ponselnya. Tak ada pesan apapun dari Jungkook. Sementara itu, manajernya sudah membereskan segala kesepakatan dengan Bighit Ent. JYP bertanggung jawab penuh atas kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi mempengaruhi dua idol itu.
Jihyo menatap barang-barang pemberian Jungkook yang sudah dimasukkannya kedalam kardus. Boneka, baju, sepatu, syal yang belum terpakai. Di lehernya menggantung sebuah kalung tempo hari.
Kenangan betapa tulus Jungkook menerimanya, sikap hangatnya, senyum konyolnya, guyonan garingnya, semangat dan kebijaksaan sang kekasih sebagai seorang senior bagi Jihyo berkelebat. Semuanya terputar seakan mengingatkannya. Akankah jika semuanya telah kembali, Jihyo dapat menerimanya? Apakah dia dapat menjamin dapat menemukan laki-laki yang lebih hebat atau setidaknya sama andalannya seperti Jungkook? Jihyo tidak yakin tapi bagaimanapun hubungan mereka tak bisa berlanjut.
Jihyo mengerjapkan matanya membunuh kekhawatiran yang menjalar di tubuhnya. Sesekali gadis itu melakukan stretching, mengatur napas agar tenang. Jeon Jungkook membuatnya dalam kesusahan.
Sementara itu Jungkook tengah mematut diri di cermin. Kaus hitam dipadu dengan jaket kulit berwarna gelap dan celana hitam membuatnya terlihat 100 kali lipat lebih tampan. Di kepalanya bertengger beannie berwarna hitam. Melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, maknae BTS itu mendesah.
"Apakah ini saatnya? Tuhan, tidakkah Engkau ingin beri aku keajaiban?" Jungkook tidak tahu kenapa dengan dirinya. Separuh hatinya menolak pergi untuk melakukan perpisahan dengan Jihyo. Seperti ada rasa berharga yang akan hilang jika itu terjadi.
"Jungkookie, ponselmu berdering sejak tadi. Jihyo." Ujar Seokjin. Member tertua BTS itu memang belakang memperhatikan maknaenya.
"Ah, baiklah." Sebalnya kemudian berlalu keluar. Langit gelap menyapa pandangan Jungkook. Dia memasuki mobil dan segera melesat ke dorm Twice. Tak memakan waktu lama dia segera sampai di depan. Menatap nyalang tempat tinggal kekasih yang nantinya tak akan dikunjunginya lagi.
Seorang perempuan keluar dengan tergesa. Dia tersenyum sekilas dari depan kemudian berjalan memutar untuk masuk ke kursi penumpang. Mereka akan berkencan untuk yang terakhir kalinya di mobil. Jungkook menyukai kencan di mobil, tidak perlu repot dan sangat menyenangkan. Dia masih ingat betul saat waktu lalu melakukannya, dia bersandar di bahu Jihyo sembari beristirahat. Tangan hangat gadis itu tertaut dengan miliknya, membuat kenyamanan menglelilingi mereka.
"Maaf, aku tidak sabaran." Ujar Jihyo. Jungkook terdiam menatap gadis itu lama. Jaket kulit berwarna hitam yang melekat di tubuhnya terlihat sangat cocok ditambah legging hitam yang menggoda. Perpaduan imut dan seksi yang begitu sempurna. "Kita tidak berangkat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Were Dating
FanfictionLeader Twice, Park Jihyo terpaksa berkorban demi grupnya, setelah skandal yang melibatkan tiga member Jepang kembali memanas. Untuk mengalihkan topik dan mengangkat kepopuleran twice, JYP memutuskan untuk membuat Dating Media Play. Jeon Jungkook, ma...