Part 1

1.1K 44 2
                                    

"Bunga wisteria itu terlihat begitu cantik disematkan di rambutmu. Biarlah ia menjadi saksi di antara janji-janji yang telah kita buat."

.

.

Otsutsuki Indra bergelung keluar dari tempat tidurnya yang nyaman dan berselimut sutra ketika jam digital di sisi ranjang menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ia meregangkan tubuh, mengerang nikmat ketika merasakan otot-ototnya merileks, dan memutuskan untuk melanjutkan rutinitasnya seperti yang sudah-sudah.

Ketika memandang ke arah cermin, Indra merasakan sesuatu yang berat menggantung di dadanya. Seperti ... ada satu hal yang ia lupakan, tapi begitu persisten untuk berada di dalam dirinya sampai Indra berhasil mengingat.

Namun pikiran itu ditebasnya dengan gelengan kuat. Mungkin aku harus check-up lagi dengan dokter kulitku akhir pekan nanti, pikirnya tegas. Dibasahinya wajahnya dengan air dan diusapnya kuat-kuat dengan sabun wajah. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal remeh seperti ini.

Setelahnya tidak ada yang spesial. Seperti biasa, Indra akan berdandan—wajahnya terlihat begitu pucat akhir-akhir ini, jadi rasanya lebih baik jika disamarkan sedikit dengan bantuan perias—berpakaian, kemudian menetapkan menu apa yang akan dibuatnya untuk sarapan kali ini.

"Selamat pagi, okaasan."

—dan ia selalu melupakan kenyataan bahwa putrinya kini telah dewasa dan cukup bertanggung jawab untuk menggantikan perannya itu.

Di balik konter dapur, Otsutsuki Sasuke tengah meracik minuman—sepertinya untuk dirinya sendiri—masih berbalut kemeja kebesaran sebagai piyamanya dan rambut yang belum sepenuhnya disisir rapi. Wajahnya, kendati demikian, telah terpoles make up, membuatnya terlihat seperti replika dari ibunya sendiri.

"Selamat pagi Sasuke," jawabnya tenang. Seolah-olah ia menyapa anak buahnya dan bukan putrinya sendiri. "Pagi ini kau sudah memasak apa?"

Jawaban Sasuke tak kalah kalem. "Sup miso yang tadi malam kupanaskan lagi, jadi sekalian saja dihabiskan." Dagunya mengedik ke arah mangkuk di atas meja yang isinya masih mengepul-ngepul. "Dan kopi untuk okaasan."

Indra mengulas senyum tipis. "Trims, Sasuke." Hati-hati diraihnya cangkir kopi itu, dan disesapnya dengan kehati-hatian yang sama. Merasakan cecair hangat itu mengaliri tenggorokan dan dadanya membuat suasana hatinya, entah bagaimana, terasa lebih baik. "Seperti biasa, kopi buatanmu selalu yang terbaik."

Sasuke tidak tersenyum, namun rona merah muda mewarnai pipinya yang pucat. "Aku mencoba."

Indra memutuskan untuk menghentikan percakapan mereka sampai di sana dan terus meminum kopinya hingga tersisa separuh. Baru kemudian ia menarik kursi yang tepat berhadapan dengan salah satu mangkuk sup miso dan duduk. Sasuke mengikuti gestur ibunya tanpa suara, dan keduanya mulai makan setelah menggumamkan 'ittadakimasu' secara serempak.

"Omong-omong," suara Indra kembali memecah kesunyian. "Ada sesuatu yang ingin kau makan untuk malam ini, Sasuke?"

Sasuke mengangkat wajah dari mangkuknya. "Aku belum berpikir sampai sejauh itu, okaasan," katanya. "Tapi aku tidak keberatan kalau okaasan ingin memesan sesuatu."

"Hmmm," Indra menyuapkan sesendok sup miso lagi ke dalam mulutnya, menunggu sampai makanan itu benar-benar telah memasuki pencernaannya, lalu lanjut berbicara, "Kalau begitu kita akan bicara soal ini lagi nanti malam."

"Tidak masalah."

Dan keheningan itu terus membawa mereka sampai sup miso itu telah habis sepenuhnya dan cangkir kopi Indra telah kosong dan menyisakan sedikit sekali dari minuman itu.

[COMMISSION] Wisteria Promise (Ashura x fem!Indra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang