PILIHAN

2 0 0
                                    


"Aku terlalu takut. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk belajar saja.Iya, benar lupakan saja keinginanku ini" batinku sendiri sambil memandangi pengumuman perekrutan anggota klub marching band. Aku berlalu pergi menyusuri lorong untuk bertemu seseorang yang cukup penting.

" Iya bu, saya sudah menyelesaikan draf pertama cerpen yang akan dilombakan" kataku mantap pada sosok guru yang sangat aku kagumi.

" Bagus, Anya. Tapi ibu terpaksa memberi kamu pilihan karena tanggal seleksi lomba ini bersamaan dengan study tour kelas 8" ucap Bu Laksmi.

Percakapan itu cukup membuatku bingung menentukan pilihan. Bagaimanapun aku sangat menantikan study tour yang telah lama ditunda ini. Setidaknya ini adalah kesempatanku untuk melihat dunia yang benar – benar belum pernah aku jamah, Pulau Bali. Tetapi di satu sisi lomba yang akan aku ikuti juga merupakan kesempatan langka yang aku dapat. Untuk pertama kalinya ada orang – orang yang mengenali bakatku sehingga aku tidak lagi berada di belakang bayang - bayang sesorang lagi.

" Hei, jangan melamun saja!" hentak Dara membuatku terkesiap.

Ssst. Isyaratku sambil meletakan jari telunjuk di depan bibirku. Aku menarik tangan Dara membawanya keluar dari ruang perpustakaan. Aku hanya menggelangkan kepala menyadari kelakuan sahabatku yang satu ini. Dengan hentakan singkatnya tadi, dia hampir saja membuat penjaga perpustakaan itu marah. Padahal sudah sering kali dia ditegur gara – gara membuat kebisingan. Benar – benar Dara yang tidak kenal rasa takut.

"Okay okay, stop menarik tangan gue. Sakit" katanya sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

Nih. Dia mengulurkan satu lembar formulir pendaftaran yang pernah aku lihat.

" Ayo, terima saja. Lagian kurang baik gimana lagi sih gue " dia menarik lenganku dan memaksakan tanganku untuk menggenggam formulir tersebut.

Memang benar, kurang baik apalagi sahabatku ini. Dia seakan – akan tau apa yang ingin aku capai saat ini. Meskipun aku baru mengenalnya ketika masuk ke sekolah menengah pertama ini, kami sudah cukup tidak dapat dipisahkan dan selalu bersama. Tapi aku juga tidak mengingkari bahwa hatiku masih bimbang untuk memutuskan bergabung ke dalam klub Marching Band. Melihat senyum berharap Dara membuatku tidak tega untuk menolaknya. Sebenarnya sejak kelas 7 Dara mengajakku bergabung bersamanya. Lalu aku memberikan kompromi bahwa aku ingin fokus belajar dan akan mencoba bergabung tahun depan saja. Alasan itu diterima oleh Dara dan kini dia menagihnya dariku. Mungkin aku memang harus menepati janjiku.

***

"Lo udah isi formulirnya?" aku hanya mengangguk meresponnya.

Aku tidak tau apa yang dipikirkan Dara hingga melompat bahagia hanya dengan menerima lembar pendaftaran yang telah aku isi itu. Tapi aku juga ikut bahagia melihatnya, akhirnya aku punya kesempatan membuat orang lain tersenyum bahkan tertawa bahagia.

Brakkk. " Awwww.." teriak Dara.

"Dara...!!!! " teriakku menghampiri dan membantunya berdiri. Aku begitu ketakutan dengan kondisinya tapi dia hanya meringis menahan sakit di kepalanya. Mengabaikan ekspresinya saat itu, karena begitu risau aku menariknya menuju UKS.

"Kan udah dibilangi kalau jangan berlebihan. Kaya gini kan jadinya" ucapku ketus padanya. Aku mengomel panjang kepadanya dan dia melakukan hal yang sama. Memang salahku juga sih, sudah tau Dara baru saja kepentok jendela tapi malah menyeretnya berlari ke UKS. Meskipun kepalanya hanya lecet, aku tetap risau. Bukan hanya risau dengan keadaan Dara tapi dengan pikiranku mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Melihat ekspresi Dara yang semakin jengah, aku menghentikan omelanku. Aku tahu dia selalu seperti itu ketiku lelah dengan ceramahku.

"Okay, maaf udah ngomel – ngomel mulu" dia hanya melirikku ketika mendengar kalimat itu terucap.

" Ngomong – ngomong Dara, aku penasaran kenapa kamu begitu ingin aku masuk ke klub Marching Band. Nggak mungkin banget kan kalau alasannya karena nggak punya temen bicara. Aku yakin kalau kamu pasti gampang akrab sama anak lainnya" tanyaku kepada Dara.

" Akhirnya lo nanyain itu, Nya. Gue udah lama pengen cerita tapi karena lo sibuk sama pelajaran terus jadinya gue tunda. Dan alasannya karena gue suka sama salah satu anak Marching Band. Yah, meskipun gue baru kenal dia dan juga barusan suka. Tapi itu motivasi gue sekarang. Dulu sih gue pengen elo ikut karena pengen ngajak lo cari banyak temen. Tapi sekarang gue bener – bener butuh bantuan lo" ujar Dara

Aku berusaha memahami ucapan Dara. Alasannya mengajakku ikut bergabung untuk menambah pertemanan cukup bisa aku terima karena aku punya kelemahan dalam hal itu. Namun untuk alasannya saat ini, aku tidak menemukan hubungannya dengan kehadiranku di sana.

" Jadi gini gue jelasin. Dia itu adik kelas kita dan yang suka sama dia bukan hanya gue. Ada satu orang, kelas 8 juga yang suka sama dia. Jadi lo harus bantu gue okay!" ujar Dara cukup keras.

Aku menajamkan mata kepadanya karena suara yang cukup menggelegar itu hamper membangunkan seisi UKS. Dasar Dara, sakit langsung hilang kalau udah ngomongin cowok. Kali ini dia harus berhasil.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Junior LivingWhere stories live. Discover now